4. Bagaimana kalau sedikit agresif?

22.2K 418 24
                                    

Gue merenggangkan badan, sekarang sudah pukul 5 sore dihari jumat, weekend sudah ada di depan mata. Beberapa orang sudah mulai bergerak merapikan meja masing-masing lalu pulang kerumahnya atau melanjutkan kegiatan malam entah ngapain. Mungkin Radit bakalan ikut pengajian di masjid belakang kantor. Ciwi-ciwi bagian Database Administrator bakalan nongkrong cantik di kedai kopi deket kantor yang gue nggak terlalu suka nongkrong di sana karena AC nya nggak dingin. Pak Joseph yang LDR sama istrinya bakalan langsung video call ketika sampai rumah nanti dan Alvin mungkin bakalan jemput ceweknya dan mereka akan menghabiskan malam hari dengan entah melakukan apa, mungkin menonton film di apartemen sambil cuddling yang dilanjut dengan foreplay dan... ah, otak gue kenapa lagi sih

Ngomong-ngomong perihal Alvin, ini adalah satu minggu setelah kejadian paling gila kemarin dan gue sama sekali nggak ngerti gimana caranya ngajak doi nge-date

Fine, gue kira bakalan gampang tinggal bilang, Hai, ngopi skuy. Or something like that lah, tapi nggak bisa, setiap kali gue mau ngajak doi, gue langsung ditampar oleh kenyataan bahwa, Bapak Alvin Adinata yang bibirnya kadang berwana pink natural itu sudah punya cewek.

Gue memijat pelipis yang rasanya berdenyut mau meledak

Pak Farhan, supervisior yang pernah gue sebut sekilas di chapter 2, mengetuk meja gue

"Nggak pulang, April ?" katanya.

Gue mendongakkan kepala dan mendapati orang-orang di ruangan sudah pada balik. Gue melihat smartwatch di tangan dan bener aja, udah mau setengah 6 sore, ternyata gue ngelamun udah setengah jam. Super sekali.

"Iya ini mau pulang. Duluan aja pak,"

"Yaudah saya duluan ya. Happy weekend" dan beliau berlalu meninggalkan ruangan yang tersisa 3 orang, gue, Pak Wibi koko-koko sexy yang udah punya bini dan di ujung ada Alvin.

What, ada Alvin yang juga belum pulang. Apakah ini kesempatan ????

Bagaimana kalau sedikit agresif ?

Gue melepas ikat rambut, membiarkan rambut gue tergerai acak. Tepat sekali Pak Wibi sedang ke pantry, membuat kopi sorenya. Di ruangan tinggal gue sama Alvin.

"Nggak pulang Vin? " kata gue setelah menarik kursi ke sebelahnya. Dia menoleh dan tersenyum.

"Bentar lagi, tanggung kurang dikit" katanya.

"Emang weekend gini nggak ada acara?" pancing gue

"Nggak ada, palingan balik apart langsung tidur"

I see...

Gue berdiri berjalan di belakangnya sambil mengelus pundaknya dari kiri ke kanan dengan ujung telunjuk gue. Doi menegang tapi tak berkomentar apapun. Asik gue dapet lampu hijau. Hanya ada suara hak sepatu gue yang beradu dengan lantai dan napasnya yang memburu. Gue membungkuk mensejajarkan kepala gue dengan kepalanya dari belakang. Dari jarak sedekat ini, gue bisa mencium wangi parfum doi yang maskulin, sedikit manis bercampur dengan keringat. Aromanya sexy sekali.

"So, are you available for some dinner tonight?" Tembak gue langsung berbisik ke telinganya.

Doi menoleh. Hidungnya yang mancung itu menyentuh ujung hidung gue. Sial. gue nggak bisa bergerak, terkunci tatapan mata doi yang mengintimidasi. Kalau orang lain melihat dari sudut belakang sudah dipastikan besok bakalan jadi headline news di kantor. Dua karyawan divisi IT sedang berciuman di ruangan.

"Sure" katanya pelan dan kembali berpaling ke laptopnya.

Gue mengerjapkan mata berkali kali. Bagaimana bisa Alvin membuat satu kata "sure" jadi sangat sensual. Kali aja tadi posisi nggak lagi di kantor, sumpah udah gue ajak lidahnya menari-nari dalam mulut gue.

Dan disinilah kita berada. Salah satu bar dengan lampu-lampu kecil yang mereka susun indah sekali. Kita duduk berhadapan dan mata gue nggak bisa lepas natap dia. Wajahnya manis.

"Jadi, apa ini kencan yang pertama?" katanya

"Emm... gue sebenernya nggak mau ngitung sih, inginnya selalu bisa kencan setiap waktu nggak ada limitnya" jawab gue

Doi memiringkan wajahnya menatap gue

"Gue bahkan nggak kenal lo siapa, April"

"Dan gue juga. Tapi bentar deh. Gue forward sesuatu. Kali aja bisa bikin lo kenal gue"

Gue membuka ponsel dan mengirimkan CV terbaru gue ke WhatsApp-nya

"Udah. bisa di cek. Di sana juga ada sosmed gue, lengkap dengan riwayat pendidikan"

Alvin membuka ponselnya dan tertawa. Sial, tawanya terdengar begitu... sweet, menyegarkan.

"Ini adalah cara PDKT paling nggak masuk akal yang pernah terjadi dalam hidup gue. Tapi oke. Dari awal semuanya udah nggak masuk akal. So let's me see...."

"Sure" gue bertepuk tangan kecil, siap dengan semua hal yang bakalan dikatakannya

"Lulusan Informatika, IPK 3.80, masa studi 7 semester. Wow. you really ??" katanya kaget

"Mana mungkin gue ngarang nulis CV"

Doi manggut-manggut. "You are tradisional dancer? Lo bisa nari tradisional?"

"Hanya sekedar hobi masa kecil"

"Terus apa semua sosmed ini wajib gue follow?" tanyanya

"Silahkan, siapa aja boleh follow tapi nggak wajib juga."

Doi meletakkan ponselnya dan tersenyum kearah gue. Fix, kali ini Alvin beneran berhasil bikin bulu roma gue berdiri, senyumnya benar-benar menggoda.

"Menarik, lo unik banget" katanya lembut.

"Ya itulah sekilas. Jadi hal apa yang paling penting yang perlu gue tau tentang lo ?"

Alvin diam beberapa saat. Masih dengan senyum yang sepertinya sengaja ia lakuin buat goda gue. Doi masih terus mengamati gue lekat lekat.

Hening

"Gue baru putus sama cewe gue, minggu lalu"

Dan seketika tanpa komando gue reflek bersorak.

"YEEESSSS"

Love IssueWhere stories live. Discover now