Minkyu as Farel = Minrel

969 67 19
                                    

Pertemuan pertama keduanya terjadi di bangku dasar kelas tiga.

Saat itu Wonjin tengah berada dalam jalan menuju ke sekolah yang melewati kebun teh, kata ibunya, kalau lewat kebun teh itu lebih dekat daripada lewat jalan biasa.

Saat tengah berjalan, Wonjin mendengar suara gedebuk tidak jauh dari sana, berbekal rasa kepo, Wonjin pun menghampiri suara itu. Ia melihat seorang anak yang sedang meringkuk di tanah karena dipukuli orang lain berjumlah tiga orang yang ketiganya memiliki postur tubuh lebih besar daripada si anak yang tengah meringkuk di tanah. Jiwa keadilan membara di dalam hati Wonjin. Ia berteriak.

“HEI! Jangan beraninya main keroyokan ya kamu. Ga adil namanya. Kalo mau, satu lawan satu sini.”

Wonjin berlari ke arah kerumunan itu, mendorong salah satu dari ketiga orang itu jatuh ke tanah, dua lainnya merasa terganggu pun menoleh sinis.

“Heh, lo siapa? Kecil begini mau sok-sokan jadi pahlawan? Mau bonyok juga lo?!” yang badannya paling besar nantangin.

Wonjin melet.

“Wleeeee. Ga takut tuh.”

Si badan besar melayangkan tinjunya ke Wonjin, Wonjin berhasil menghindar ke samping, ganti menendang si badan besar jatuh tersungkur ke tanah. Di saat akan meninju yang masih berdiri, orang itu malah kabur. Dua orang lainnya mengikuti tapi si besar berkata begini sebelum pergi.

“Awas lo ya kalo ketemu lagi!”

“Halah, badan doang gede tenaga ga ada. Cemen woooooooo.” Wonjin menepukkan kedua tangannya ke atas ke bawah lalu mendengus sombong. Teringat sesuatu.

“Eh iya, kamu gapapa? Lain kali kalo diajak berantem lawan dong! Jangan diem aja, cowok apa bukan kamu?”
Wonjin mengulurkan tangannya untuk membantu anak tadi berdiri. Setelah anak itu berdiri, Wonjin menilai fisik si anak terbully.

“Cungkring sih, pantes ga bisa ngelawan. Hahahaahahha.”

Si cungkring yang sedang membersihkan seragamnya yang terkena debu tanah mendengar itu, ia tersinggung.

“Aku bukan Cungkring, aku punya nama. Namaku Minkyu.”

Wonjin menyedekapkan tangan di dada.

“Ya ya ya.”

“Kamu kenapa sih? Kok nyebelin banget?”

Mata Wonjin berubah sinis, menatap Minkyu dengan pandangan menilai.

“Elo tuh yang nyebelin, gw tuh paling kesel ya ngeliat ada orang yang terima-terima aja pas dipukulin. Lemah!” Wonjin berteriak seperti itu di depan muka Minkyu. Minkyu kesal, sudah dikatai cungkring, tambah pula dikatai lemah. Minkyu tidak merasa dirinya cungkring kok, Cuma ya emang kurang daging aja makanya tulangnya keliatan semua.

“Aku ga lemah! Merekanya aja yang main keroyokan, aku mau ngelawan malah dipegangin dari belakang badanku.”

“O gitu ya?”

Jawaban Wonjin yang satu itu semakin membuat Minkyu kesal, tadinya Minkyu ingin berterima kasih kepada orang yang sudah menolongnya, tapi tidak jadi. Orang itu tidak berniat menolongnya, hanya ingin menjadi sosok pahlawan kesiangan saja pikir Minkyu.

“Udah ah! Ga jadi bilang makasih aku, percuma. Kamu nyebelin!”

“Loh kok gitu? Aku kan udah nolongin kamu. Hei tunggu!”
Wonjin menjerit ketika ditinggalkan begitu saja oleh si cungkring.
















Minkyu tertawa sendiri ketika mengingat itu.

“Bos, senyum-senyum sendiri orangnya pas kita palakin.”

HEART ❤️WonKyuJun❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang