Prolog

41 11 3
                                    

"Ini rumah, bukan sekedar rumah.
Terlihat jelas pada warna yang tertera."

-----


Pagi mengabu, tidak sedang membiru terasa suhunya sangat syahdu untuk sepasang kekasih yang sedang merindu.

Tidak, pada seorang remaja belia itu, baik remaja puan maupun remaja tuan.

Jakarta kini sedang berbicara, didengar oleh zebra cross yang sedang terinjak, dan trotoar yang meninggalkan banyak jejak.

Usai telah hubungan Asmara yang terlewati, seorang remaja puan kini tengah sibuk membenahi diri untuk bertemu seseorang dan orang banyak di kemudian hari.

Haifa jelita, namanya. Gadis cantik nan ramah namun itu semua tak menjamin setiap manusia benar memiliki rumah.

Rumah, tempat yang selalu Haifa harapkan untuk ia pulang, berteduh, terlelap, menari, dan menjadi seniman untuk dirinya sendiri. Kini, hancur sudah bangunan rumah itu.

Terlebih, ketika ia mengetahui bahwa orang tuanya harus sama berpisah, tak ada lagi fondasi untuk rumah itu. Namun ia belum mau menyerah, sebab ia memiliki kawan yang bisa menjadi ventilasi untuk rumahnya.

"Morning, Guys ... besok weekend, Kita beli seblak di langganan kita itu ya, kita ngumpul bareng." pinta Kia dari ambang pintu.

"Sorry nih, gue gak bisa, biasa ada arisan keluarga, doain ya guys biar gue yang menang." jawab Tika

"Apaan sih, kayak orang tua deh, demennya arisan."

"Yeuuu ... Kalo gue menang juga, kalian gue traktir, tapi es teh aja ya." Bela Tika

"Dasar medit!!!" ucap teman-teman yang lainnya

"Guys ..."

"Sss .. Sorry.. Gue juga gak bisa. Sorry ya.." jawab Haifa

"Kenapa?" tanya Lala, alisnya terangkat sebelah.

" ... "

"Kenapa sih fa? Kok akhir-akhir ini, Lo suka menyendiri, kayak orang yang ngejauh dari kita-kita tau ga." ujar Citra

"Bu .. Bukan gitu."

"Hmm.. Gue..."  Haifa berusaha melanjutkan kalimatnya

" ... "

Haifa, kembali diam membisu.

"Yaudah lah, udah tau gue jawaban lu, pasti gak akan mau jawab juga." ujar Kia, terlihat sedikit kecewa

"Sorry, kii—"

Kia langsung beranjak mendekati Haifa

"Santai fa, gue paham. Lo butuh waktu sendiri kan? Walaupun tanpa alasan."

"Thanks Ki, thanks guys ..."

Lalu Kia dan teman-temannya pun memeluk Haifa, erat dan hangat.

Hari ke hari tak lama, ia benar-benar merasa kehilangan rumahnya tak ada pondasi, jendela, ventilasi, langit-langit, genteng, dan ruangan lagi, yang ada hanyalah dinding besar yang masih mau berdiri tegak tanpa memberi duri ketika dipeluk, dan pintu tanpa gagang itulah yang membuat sang dinding memiliki daya setia ketegaran. Pintu tanpa gagang itu, yang tak lain ialah dirinya sendiri, Haifa jelita.

Lagi dan lagi ... Untuk pagi yang mengabu namun tidak sedang membiru, Pasar menjadi tujuannya, Haifa berjalan ditemani awan yang mengikuti langkah gontainya.

"Hari ini, aku akan membeli apa?"

"Hari ini, aku akan memasak apa?"

"Hari ini, aku akan memakan apa?" - Tanyanya pada dirinya sendiri.

"Ah, aku membeli sayur saja, biar tetap sehat." ucapnya untuk menyemangati diri

"Tidak, aku sedang tidak sehat, walaupun kamu selalu memberiku makanan yang sama setiap harinya." bisik hati kecilnya itu.

Seketika Haifa mematung, menatap bingung, tetapi ia tetap membeli sayur mayur dengan perasaan yang pilu.

Mengingat rumah lamanya, ia selalu disuguhkan teh hangat oleh fondasi-fondasi rumahnya, katanya guna untuk menenangkan hati, dan menyegarkan fikiran. ia kemudian mencari toko dimana menjual segala teh di sana.

"Teh celup, untuk quality time."

"Teh hijau, untuk diet dan kebersihan muka."

"Dan ... Teh bubuk yang akan kubuat manis ini, agar aku bisa relaksasi. Aku ingat sekali, ibuku berkata seperti itu."

Teh bubuk, hari ini adalah pelampiasan atas teriaknya hati.

Jalan pulang, mata Haifa memotret kejadian paling duka menurutnya, pulang dalam keadaan membawa kenangan dan membawa kepiluan.

Bersambung ...

Haloo Readers,
Gimana prolognya? Sudah merasa paham? tertarik? atau bingung? Nah.. Kalo gitu baca terus ya part selanjutnya..
Author belum bisa menjadwal akan update beberapa kali dalam seminggu, dan di hari apa saja. Tapi, stay terus yaa di cerita ini.

|Semoga cerita ini bisa menjadi teman buat kalian, dan menjadi rumah. Aamiin|

Salam Rindu ♥♥
Viraftr — Author.

Berkelana PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang