loki - taruhan

988 104 15
                                    

"Kurasa kita perlu berpisah untuk sementara."

Kata-kata itu bukan sebuah gagasan, namun itu adalah keinginan. Keinginanku.

Loki menatapku nanar. Seharusnya kami berdebat, namun kurasa tidak ada yang punya tenaga untuk berdebat. Entah apa yang ada dalam kepala pria itu. Mungkin sibuk mencari-cari sesuatu dari masa lalunya. Aku tidak tahu.

Aku menelan ludah. "Jika itu maumu, baiklah," katanya mengiyakan. Hubungan ini membuat kami seolah-olah berdiri di tepi tebing, dan aku, lebih dari segalanya, ingin sekali menyelamatkan Loki.

Tapi beberapa orang berkhianat dengan cara yang tidak bisa kau tebak. Loki punya dunianya sendiri, tempat dimana aku tidak punya izin untuk mengenalnya lebih jauh.

"Aku benar-benar minta maaf, (Y/n)," Loki mendadak berlutut di depan kakiku. Ia menunduk dan memeluk lututku. "Aku sungguh minta maaf. Aku tidak berbohong tentang perasaanku padamu selama ini."

Untuk saat ini, aku ingin memaafkan Loki dan mencintainya lagi. Tapi rasanya mustahil.

"Aku tidak mempercayaimu."

Aku melepas pelukannya dan berlari keluar. Menuruni tangga dan melewati teras, aku kembali menghirup udara musim gugur Brooklyn yang mendingin.

17 menit sebelumnya

POV — LOKI

Steve Rogers baru saja pindahan dan ia menggelar acara syukuran kecil-kecilan di apartemen barunya. Aku dan (Y/n) tiba setelah Sharon sampai. Bruce sedang membuat koktail, Sam dan Vision sedang menonton siaran olahraga di televisi, Thor dan Steve asyik menyambut Sharon dan Wanda membuka oven. "Loki! (Y/n)!" Steve memanggil.

(Y/n) tersenyum sementara aku dan Steve bersalaman singkat. "Maaf nih, tapi aku perlu ke toilet sebentar," kata (Y/n) pada Steve.

"Ia sudah menahannya dari tadi," kataku sambil tersenyum meledek. Tanganku melingkar di pinggang gadisku erat-erat.

"Ssh," (Y/n) tertawa geli.

"Toiletnya agak jauh di belakang, dekat dapur!" Steve menunjuk toilet itu dengan dagunya.

"Permisi, sayang, tapi aku perlu pipis," kata (Y/n) sambil melepas tanganku dari pinggangnya. "Aku boleh ikut, tidak?" Aku bertanya.

"Hei, jangan ngomongin syahwat di sini," Sam berteriak dari ujung ruangan.

"Sam betul. Sofa dan ranjangnya baru, jangan dipakai," Steve menimpali. "Behave yourself, boys," kata (Y/n) sebelum ia berlalu ke toilet.

"Kalian kelihatan bahagia," Scott berkomentar sambil tersenyum senang.

Vision mengernyitkan dahinya. "Apa ini ada kaitannya dengan taruhan waktu itu?"

Kini, semua mata tertuju pada Thor dan aku. Sharon menggerutu dan mendesah keras-keras. "Duh, jangan bahas taruhan tidak penting itu lagi," Sharon memutar bola matanya.

"Taruhan apa?" Sam bertanya.

"Bukan apa-apa," kata Thor. "Aku juga sudah lupa."

"Taruhan apa sih? Tidak ada yang mau menjelaskan?" Sam mendesak.

Akhirnya, Thor menyerah. "Serius, itu tidak penting. Itu hanya tentang Loki dan aku. Siapapun dari kami yang bisa mengajak (Y/n) berkencan, dialah yang menang."

Bruce menatap mereka dengan tidak percaya. "Hei, perasan bukan untuk dipertaruhkan!" Ia memprotes.

Tanpa mereka sadari, (Y/n) mendengar percakapan itu. "Taruhan?" Perempuan itu bertanya. "Aku tidak salah dengar?"

(Y/n) ternyata sakit hati padaku. Aku tidak menyalahkannya. Ia ternyata minta putus. Aku tidak menyangka akhirnya jadi seperti ini.

Semua orang menatapku dengan penasaran ketika aku kembali. "(Y/n) minta putus," aku berkata.

Sharon yang pertama kali mengomel; "Lagian, aku sudah bilang kalau taruhan itu tolol! Tidak perlu dibahas lagi! Jadi begini, 'kan. Hancur semua."

"Aku mengecewakan (Y/n)," aku menggumam.

Aku ingin minta maaf. Aku ingin mengulang semuanya. Gadisku tidak pantas kuperlakukan seperti ini...

Namun semua sudah terlambat.

Satu jam kemudian, aku ditelpon oleh pihak rumah sakit.

(Y/n) tertabrak mobil tak jauh dari apartemen Steve. Ia tak selamat.

Aku tidak sempat minta maaf padanya.

 assembled; avengers one-shotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang