bucky barnes - the night at the museum

2.3K 272 28
                                    

PERHATIAN UNTUK PARA PENGUNJUNG MUSEUM SMITHSONIAN; JAM LAYANAN KAMI AKAN BERAKHIR PADA PUKUL SETENGAH ENAM SORE. KAMI AKAN MENGAKHIRI JAM LAYANAN KAMI LIMA BELAS MENIT LAGI. TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN DAN KERJA SAMA ANDA.

Suara Betty bergaung di seluruh Museum Smithsonian, meminta seluruh pengunjung untuk segera pulang secara tersirat. Setelah itulah baru kujalankan rutinitas harianku sebagai pemandu wisata (baru) di sini; mengecek setiap pengunjung yang masih nongkrong di sudut-sudut museum (walaupun kedengaran seperti mengusir). Seharusnya tugas ini adalah tugas utama satpam, namun aku - yang baru diterima bekerja disini seminggu lalu - juga kecipratan job desk si satpam.

Sore ini lumayan ramai untuk ukuran pengunjung hari Kamis. Aku berhasil 'mengusir' sepasang kekasih yang duduk berdempetan di bagian perpustakaan, sekelompok remaja yang belum selesai menyelesaikan penelitian mereka tentang fosil, seorang wanita yang buang air terlalu lama di toilet dan mengantar seorang anak kecil yang tersesat ke meja resepsionis. Tepat pukul setengah enam sore, sinar mentari meredup dan tidak ada pengunjung lagi yang tersisa.

Di ruang rekreasi karyawan, kebanyakan pegawai terburu-buru untuk pulang. Lagian, siapa juga yang sudi untuk kerja overtime? Hanya tinggal Bettany 'Betty' Wilder si announcer dan Quentin Foster yang sedang bercakap-cakap sambil membereskan tas mereka.

"(Y/n), kau tidak mau pulang?" Quentin bertanya sambil menyisir rambut ikalnya dengan jari. "Situasinya agak horor akhir-akhir ini."

"Horor? Q, kau bicara tidak masuk akal," kataku sambil memutar bola mata.

Quentin berpaling pada Betty yang berkata dengan nada mencemooh, "Dia belum tahu saja, Q."

"Tahu apa?" aku mengernyit. "Aku yang selalu pulang paling belakangan dari kalian semua dan aku masih tidak apa-apa. Apanya yang horor?"

"Kau masih belum tahu tentang Bagian Perang Dunia Kedua, ya?" Q mendesah dengan jengkel. "Coba saja lewat sana sendirian. Auditoriumnya pasti masih menyala, dan rekaman naratornya berbunyi sendiri."

"Asal kau tahu saja, aku selalu lewat sana setiap pulang. Tidak ada apa-apa." Di sebelah bagian PDII ada pintu keluar yang langsung mengarah ke halte bus, karena itu aku sering keluar lewat sana. 

"Hmm. Terserahmu saja," kata Q sambil meraih tasnya, diikuti Betty di belakangnya. 

Setelah mereka pergi, aku baru mengomel-ngomel sendiri, "Kalau aku pulang cepat, lalu siapa yang akan membereskan ruangan ini? Hantu? Dasar manusia negara maju yang nggak punya inisiatif!"

Aku baru selesai membereskan ruang rekreasi itu nyaris setengah jam kemudian. Setelah itu, kukunci ruang rekreasi karyawan dan melenggang pulang. 

Langkahku yang cepat segera membawaku ke depan Bagian Perang Dunia Kedua, dimana kebanyakan materi disana didominasi oleh Kapten Steve Rogers. Lampu-lampu neonnya telah menggelap ketika aku lewat, dan aku ingin sekali menertawakan gagasan Q tentang horornya tempat ini.

"Captain Rogers and Sergeant Barnes, they were not separated since in the schoolyard and the battlefield..."

Tunggu, apa itu suara narator dari dalam sana? Apa Mr. Palwoski lupa mematikannya sebelum berganti shift?

Sambil mencari keberadaan pihak keamanan lain, aku memasuki Bagian PDII. "Mr. Palwoski, apa kau di sana?" 

Pengelihatanku berusaha menyesuaikan diri dalam gelap sementara aku berusaha mencari-cari keberadaan pihak keamanan. Atau siapapun yang bertanggung jawab atas kelalaian ini. Jika Mr. Everett tahu, ia bakal memberi surat peringatan pada orang terakhir yang absen... dan itu sudah pasti aku.

 assembled; avengers one-shotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang