"Yusuf!!!! Astaghfirullah'adzim... " Teriak Ummi Najwa melengking. Ummi mengusap dadanya melihat putra semata wayangnya turun dari kamar dengan pakaian rapi. Tetapi bukan itu yang menjadi masalahnya, hari ini Yusuf menggunakan softlens berwarna merah menyala persis orang sakit mata.
"Assalamu'alaikum Ummiku sayang," sapa Yusuf dengan senyum mengembang. Yusuf tidak menghiraukan tatapan tajam Ummi Najwa.
"Wa'alaikum salam. Itu pakai apa lagi mata kamu?" Tanya Ummi geram.
"Ini koleksi terbaru Yusuf. Keren kan, Ummi," kata Yusuf sembari menaik turunkan alisnya.
"Itu kaya sakit mata! Kamu jangan pakai dengan warna aneh lagi. Mata kamu bisa terus bertambah minusnya!" Sentak Ummi garang.
"Tenang saja, Ummi. Yusuf cuma pakai sebentar, karena sebentar lagi ada meeting dengan client penting. Setelah itu Yusuf lepas kok," kata Yusuf meyakinkan Umminya.
Ummi Najwa menghela nafasnya panjang, setiap hari berteriak adalah menjadi rutinitasnya. Najwa menatap putranya pasrah. Percuma saja berteriak sampai melengking sekalipun, Yusuf terlalu keras kepala.
"Sudahlah Ummi. Biarkan saja Yusuf mengganti dan mengkoleksi bola mata kucing sesukanya. Siapa tahu pulangnya dapat menantu buat kita," sela Abi Dzaki sembari mengelus punggung istrinya lembut.
Ummi Najwa hanya mengangguk pasrah, mau bagaimana lagi jika anaknya sudah begitu dari sananya.
"Nanti samperin tati Enab dulu, jangan langsung ke kantor. Tadi grandpa sudah menghubungi Ummi. Ummah ada perlu, jadi grandpa ngga bisa antar tati Enab," kata Ummi lembut sambil mengambilkan sarapan untuk Abi Dzaki.
"Yah, Ummi. Padahal Yusuf ada perlu ini," tolak Yusuf dengan wajah masam.
Ummi mendelik menatap tajam ke arah anaknya. Yusuf menunduk tanpa berani membantah lagi.
Siapa yang berani jika melihat Umminya sudah melotot begitu?
"Kamu pasti mau ngapelin cewek - cewek incaran kamu lagi ya?" Tuduh Ummi geram.
Yusuf tergagap kemudian menggeleng cepat. Tetapi dia tidak berani menjawab karena takut kualat jika berbohong pada Ummi tercintanya.
"Ummi..." rajuk Yusuf manja.
"Halah, ngga pantes kamu merajuk begitu. Umur sudah bangkotan juga," kata Abi Dzaki mencibir.
Yusuf hanya bersungut melihat abinya meledek.
"Kamu ngga ada kapoknya ya! Mau Ummi tabok lagi kamu," ancam Ummi.
"Yusuf ngga akan macam - macam Ummi," kata Yusuf lagi.
"Dosa, jangan berkhalwat dengan wanita yang bukan mahram kamu," tegur Abi Dzaki tegas.
"Yusuf kan bekerja, abi. Yusuf ngga bisa, akan sangat sulit menolak mereka mendekat," kilah Yusuf.
"Halah, dulu abi kamu bisa," jawab Ummi menyindir putranya.
"Ngga mungkin, Ummi. Abi pasti sama saja seperti Yusuf," jawab Yusuf sambil menjulurkan lidahnya melihat abi. Abi Dzaki melotot pada anaknya.
"Abi ngga kebanyakan modus kaya kamu. Senyum sama wanita lain selain Ummi saja ngga pernah kok," kata Abi Dzaki mantap.
Yusuf memutar bola matanya dengan malas.
"Jelas saja abi begitu. Abi kan sama kaya grandpa. Bucin," kata Yusuf mencibir.
"Kamu belum tahu sih, apa itu cinta," kata Abi Ddaki mendramatisir.
Abi Dzaki tersenyum lembut ke arah Ummi Najwa kemudian mencium pipi istrinya lembut. Najwa tersenyum malu - malu meong, pipinya sudah memerah tanpa memakai blus on.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENERASI BUCIN
SpiritualYusuf sejak kecil hidup dikelilingi para bucin. Dari mulai grandpa, sampai abinya sendiri. Yusuf bilang, "Yusuf ngga akan jadi bucin seperti abi" Tetapi dia selalu penasaran bagaimana rasanya menjadi playboy. Sayangnya bahkan hingga usianya 25 tahun...