Unexpected

3.2K 162 32
                                    

"Kau sudah selesai dengan desainmu?"

"Sedikit lagi"

"Ya dan aku mempercayaimu"

Sehun mengangguk. Menyetujui pernyataan rekan satu divisinya-Park Chanyeol-. Ia memang bukan haus akan kekuasaan. Sudah cukup ia dipercaya menjadi salah satu karyawan terbaik. Ia hanya memuaskan salah satu hobinya, mendesain ruangan. Dan sejak saat ia mengklaim dirinya suka dengan hal yang berbau desain interior, ia masuk dalam perusahaan ini-dan juga pembuktian bahwa ia hebat dalam mendesain-. Perusahaan milik Kim Junmyeon. Salah satu perusahaan terkenal di Seoul.

"Akan aku selesaikan dalam kurun waktu 3 hari, dan aku akan menunjukkannya padamu" ujar Sehun sembari tersenyum tipis. Membenarkan sedikit kacamata bulatnya dan menatap Chanyeol. "Pulanglah terlebih dahulu, Hyung. Aku akan pulang setelah ini"

Chanyeol meremas kaleng cola yang baru saja ia habiskan dan mengangguk menyetujuinya. "Ya, aku mungkin akan segera pergi karena kekasihku menungguku"

Sehun tahu Chanyeol sedang menyindirnya. Sangat tahu. "Ya ya. Baiklah terserah kau saja, Park Chanyeol-ssi. Aku tak akan mengganggumu. Dan aku tak merasa terusik oleh sindiranmu" Sehun memutar bola matanya malas melihat Chanyeol yang dengan sengaja sedang menyindirnya. Ya baiklah, Sehun memang belum memiliki kekasih.

Atau lebih tepatnya malas memilikinya.

"Ayolah Oh Sehun. Sudah saatnya kau mencari kekasih. Setidaknya hidupmu tak akan memuakkan seperti yang selalu kau bilang" ucap Chanyeol bersemangat. Membenarkan tuxedo hitam miliknya dan kembali menatap Sehun dengan tatapan jahil. "Rivalmu itu menawan juga. Walaupun kau rasa agak menyebalkan"

"Rival?" Sehun mengernyitkan dahinya sebelum mukanya berubah mengeras sembari menatap sinis Chanyeol. "Aku tidak akan pernah memasukkannya dalam daftar orang yang ada dihidupku sekalipun itu rivalku!.

Chanyeol terbahak mendengar pernyataan Sehun yang masih tetap sama, membenci rivalnya yang menurut orang-orang sangat menawan itu. "Jangan terlalu membencinya, kau tau kan kalau ada pepatah bahwa be--"

"Pergi atau aku tidak akan menyelesaikan desainku ini?"

Chanyeol terbahak puas mengerjai Sehun seperti ini. Orang terlampau dingin dan tak berperasaan namun tetap tampan dan jadi incaran semua pekerja disini. Bahkan mungkin Sehun termasuk orang yang tak bisa didekati dengan mudah. Selain dia tentunya.

"Baik, aku pergi" Chanyeol membalikkan badan sambil melambaikan tangan pada Sehun. "Jangan lupa makan setelah ini. Kau butuh asupan untuk menyelesaikan desainmu"

"Hmm"

Setelah kepergian Chanyeol, Sehun menghela nafas panjang. Jam memang menunjukkan pukul 8 malam dan ia tak memiliki keinginan untuk sekedar pulang ke apartemennya. Sepi? Tentu saja. Bahkan entah di ruangannya pun, atau di apartemennya, ia selalu sendiri. Beberapa orang memang memilih untuk menjaga jarak dengannya walaupun tatapan terpesona tetap ada setiap Sehun melewati mereka atau sekedar berucap ketika rapat koordinasi berlangsung. Ya, hidup Sehun terlalu kelabu. Terlalu biasa.

Dan memuakkan.

Ayolah Oh Sehun. Sudah saatnya kau mencari kekasih. Setidaknya hidupmu tak akan memuakkan seperti yang selalu kau bilang.

Kepala Sehun pusing kala mengingat pernyataan Chanyeol yang sebenarnya sangat menusuk hatinya. Menekan pelipisnya dan mencoba berpikir realistis. Dua puluh delapan tahun ia hidup dan ia sama sekali belum pernah menyukai seseorang. Atau lebih tepatnya ia menepis rasa tertarik dia akan seseorang.

"Mungkin aku harus segera pulang dan menidurkan badanku. Ya, besok libur dan aku akan tidur sepuasnya"

Mengambil mantel jas warna beige dan tas hitam miliknya. Sedikit membenarkan dasi dan kemejanya, ia berjalan keluar dari ruangan. Kantor sudah nampak sepi. Maklum, jam kerja mereka hanya dari jam 10 pagi sampai jam 6 sore. Sisanya hanya ada beberapa karyawan yang ditugaskan lembur atau sukarela melakukan lembur. Kakinya berjalan lurus ke arah pintu keluar kantor sebelum matanya menangkap sesosok pria kecil dengan tuxedo berwarna merah dibalut dengan mantel jas berwarna hitam berjalan ke arah keluar dari arah lawannya. Dia tersenyum. meremehkan, ketika mata mereka saling bertemu.

Day After Day (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang