Attract

1.3K 121 24
                                    

"Euughh"

Lenguhan pelan Baekhyun memenuhi kamar diiringi dengan kerjapan matanya melihat sekitar. Menatap tirai jendela kamar berwarna maroon sekilas. Sudah pagi ternyata. Bahkan matahari pun sudah menembus sela-sela tirai dan juga ventilasi kamarnya. Matanya ia edarkan sekilas, melihat jam dinding. Ah, sudah jam 9.

Baiklah, kali ini ia tidak akan berangkat bekerja.

"Apa yang terjadi semalam?"

Dahinya mengernyit. Bahkan ia sendiri pun tak mengingat kejadian semalam. Hanya mengucek matanya perlahan sampai pada saat ia akan bangun, nyeri di perutnya mengingatkannya akan sesuatu. Kepalanya pening dan melihat tangan serta tubuhnya penuh bekas kebiruan juga memperjelas ingatannya.

"Ah, aku ingat, perbuatan Jongin lagi"

Baekhyun tersenyum miris. Berusaha keras bangun dari tidurnya. Memegangi kepala dengan pening yang masih tersisa. Kembali menatap tangan dan kakinya yang membiru. Ia berdecak kesal karena mengalami lagi hal yang seharusnya bisa ia lawan. Berjalan tertatih menuju meja rias di kamarnya, duduk, dan menatap wajahnya yang mengerikan. Pelipisnya yang sobek, ujung bibirnya yang berdarah, pipinya yang membiru, melengkapi semua ingatan yang seharusnya ia lupakan saat ini juga.

Ingatan tentang Jongin terlalu menakutkan dan ia membencinya.

"Harusnya aku lawan ya. Hahaha. Brengsek" ringis Baekhyun sembari memegang pelipis yang terasa perih. Jangan lupakan darah kering yang ada di ujung bibirnya. Sungguh, ia merasa mulutnya benar-benar telah robek. Memejamkan matanya sejenak untuk meredam emosi serta rasa sakit yang ia kubur dalam. "Bukankah kau puas selama ini aku biarkan tubuh ini disiksa olehmu, Kim Jongin!"

Tadi malam, saat ia turun dari bis, Jongin mengepungnya dengan tatapan marah. Matanya nyalang menusuk mata Baekhyun. Memaki dan memarahinya keras sampai ia ditarik masuk apartemen dan Jongin memukulinya secara brutal. Ia tak melihat bagaimana wajah murka seorang Kim Jongin karena ia kesakitan. Hanya meringkuk memegang perutnya sampai saat ia merasakan ada sesuatu hal yang menahan amarah Jongin. Menutupi pergerakan Jongin padanya yang akhirnya membuat Jongin pergi dari apartemennya.

"Bukankah…" ucap Baekhyun terdiam. Memegangi salah satu luka yang tertutupi plester. Mengingat kejadian semalam. Ia bahkan tidak ingat kapan ia menempelkan plaster dan..

"Oh Sehun?!"

Ia ingat sekali bahwa Sehun menolongnya.

Sosok itu tiba-tiba muncul saat kayu yang dipegang Jongin akan menghujam tubuhnya lagi. Menahannya dan menyelamatkannya. Membelanya saat Jongin menyerangnya secara keji. Membawa ke kamar dan memeluknya. Ia ingat, ia dipeluk Sehun.

Seorang Oh Sehun memeluknya.

Dalam kamus kehidupan seorang Baekhyun, ia tak pernah sekalipun dipeluk seseorang untuk dilindungi. Bahkan untuk kasusnya yang bahkan hampir setiap hari didatangi oleh Kim f*ck Jongin, ia juga tak mengharap seseorang datang untuk memberi bantuan. Memuakkan tentunya. Apalagi orang lain akan melihat semua kelemahannya dalam satu waktu. Itu semua hal yang paling Baekhyun benci. Sungguh.

"Mengapa anak itu mencampuri lagi urusanku. Bahkan aku memeluknya. Ck, aku sudah berbaik hati agar aku tidak seketus biasanya" Baekhyun memang tak suka kehidupannya diusik, bahkan jika sekalipun itu saudaranya, ia akan segera menendang mereka semua jauh-jauh dari masalah hidupnya. Ini kehidupannya, dan itu mutlak ia yang mengaturnya.

"Baiklah, kalau begitu, dimana si Brengsek Oh Se--"

DEG

Lewat pantulan kaca riasnya, matanya menangkap selembar sticky note bertuliskan beberapa kalimat yang sangat ia yakini tulisan milik Sehun itu menempel pada pintu kamar. Dengan segera ia bangkit dan berjalan kearah pintu. Sticky note berwarna biru laut itu ia ambil, membaca setiap kalimat yang Sehun tulis di sana.

Day After Day (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang