KRING
KRING
KRING
"Hahaha, yang kau sebut kekasihmu menelponku berulang kali" Jongin menyeringai lebar kala ia melihat handphone nya yang berdering dan tertera nomer Sehun disana. Ia menghafalnya. Ia menghafal apapun yang berkaitan dengan Baekhyun. Segila itu ia pada Baekhyun. "Kau akan mengangkatnya, atau aku? Ini sudah panggilan ke 21 dan aku enggan menjawabnya"
Baekhyun masih terisak. Meringkuk disamping kasur milik Jongin. Saat ini ia dibawa ke apartemen Jongin yang jauh dari pusat kota. Bahkan lebih jauh dari apartemen Baekhyun. Mustahil sekali sepertinya seseorang bisa menemukannya. Bahkan seorang Sehun sekalipun. Ia sudah menyerah. "Tidak usah. Untuk apa. Kau akan membunuhku sekalipun, aku sudah tidak peduli"
"Kau tidak merindukan kekasihmu itu? Haha, bahkan aku geli mengucapkannya"
"Untuk apa? Jika aku menjawab, aku akan ditebas olehmu bukan?"
"Byun Baekhyun"
"Aku muak sekali jika seperti ini, Kim Jongin. Aku lelah" Baekhyun mendesah nafasnya pelan, menetralkan detak jantungnya yang menggebu. Ia marah pada Jongin, namun ia tak bisa melakukan apapun. Sudah cukup ia melawan Jongin, dan mungkin sudah saatnya ia menyerah. "Semua orang yang mendekatiku, kau ancam. Bahkan Suho Hyung sekalipun. Aku seperti mendapat oase ketika Sehun ada dihidupku. Dan kau dengan sangat mudahnya membuatku hancur lagi. Kau tahu, mungkin benar lebih baik aku mati dan benar-benar hilang. Itu membuat kau senang, bukan? Aku tidak ada yang memiliki"
"....."
"Sungguh, jangan pernah menyentuh Sehun. Jika kau ingin menyalahkan ini semua, yang patut kau bunuh adalah aku. Byun Baekhyun. Seseorang yang pernah kau sayangi sebegitunya"
Jongin melirik Baekhyun sekilas dan menghela nafas panjang. Mulai mendekatkan diri pada Baekhyun dan duduk disampingnya. Ia sebenarnya tahu, bahwa Baekhyun takut padanya. Semua perkataan yang Baekhyun lontarkan hanya pembelaan diri bahwa sesungguhnya Baekhyun sudah lelah. Menyerah. Ia tahu bahwa semua ini karena dirinya. Ia mengerti. "Maafkan aku, Baekhyun-ah"
"......"
"Karena aku, hidupmu hancur"
Baekhyun terdiam menatap kosong lantai kamar Jongin. Melirik sekilas ke arah kaki Jongin bahwa untuk pertama kalinya Jongin meminta maaf padanya. Untuk pertama kalinya ia bisa duduk sedekat ini disamping Jongin tanpa adanya pukulan, hinaan, bahkan makian dari Jongin. Dadanya berdesir nyeri. Orang ini dulu ia cintai. Sama seperti cintanya pada Sehun. Bahkan bisa dibilang cintanya pada Jongin melebihi segalanya. Jongin ini baik, awalnya. Selalu berusaha ada saat Baekhyun terpuruk pun dan berani menjadi garda terdepan saat Baekhyun disakiti oleh orang lain.
"Aku tidak mengerti mengapa aku seperti ini" ucap Jongin datar. Tak berani untuk menatap Baekhyun lebih dekat dan memilih untuk menatap pantulan dirinya dan Baekhyun lewat lemari kaca didepan mereka. Mengingat apa saja yang sudah ia lakukan pada Baekhyun. "Aku hanya terlalu mencintaimu, Byun. Aku segila itu padamu. Aku tidak ingin kau pergi. Aku tidak ingin kau dimiliki yang lain. Aku takut kau tidak pernah menyambutku lagi"
"....."
"Dan aku takut, kau mengabaikanku"
Jongin memejamkan matanya sejenak. Menikmati desiran aneh ketika ia mengatakan bahwa Baekhyun pada akhirnya suatu hari nanti akan mengabaikannya. Kenyataan pahit yang sampai sekarang tidak bisa ia terima. "Aku hanya tidak bisa menerima kenyataan bahwa kau akan mengabaikanku"
Tak menyangka bahwa Jongin akan berbicara seperti ini padanya, Baekhyun memilih untuk terdiam. Ia tetap terdiam. Menikmati segala ucapan Jongin yang ada di sampingnya. Ia membeku, tak ingin menanggapi apapun. Sudah cukup lelah ia akan hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day After Day (Completed)
FanficHUNBAEK/SEBAEK FANFICTION Mungkin, aku memang terlambat. Untuk menyadari bahwa kau lah satu-satunya. Sekalipun kau hilang dan aku berusaha untuk melupakan, kau selalu ada disana. Dalam ujung hati tersempitku. Tersisa disana. Dengan segala kenangan d...