DM || Bagian 6

19.7K 1.8K 168
                                    

[P.S : Bab 6, 7 dan 8 gak tau kenapa kebalik dan gak bisa dibenerin. Scrool ke bab 7 di atas buat baca kelanjutannya. Maaf kalau tidak nyaman dan terimakasih^^]

OoO

"Kau selalu memintaku untuk menjemputmu. Aku tak bisa. Kuharap kau mengerti, bahwa orang tuaku tak mengijinkan diriku untuk menggali liang lahatmu lagi."

OoO

Waktu yang melelahkan tadi sudah berakhir. Isabel dan Yuta, keduanya memutuskan untuk berjalan - jalan sejenak di sekeliling desa. Meninggalkan Abas dan Riri yang masih belum sadar bersama Kamal yang harus menunggu mereka sampai terjaga. Sebenarnya, bukan tanpa alasan juga mereka berkeliling seperti ini. Usai diceritakan Isabel tentang apa yang di dengarnya tadi, Yuta bersikukuh untuk langsung mencari tau apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Kita istirahat dulu disana." ucap Yuta. Menunjuk arah pepohonan dimana sungai dangkal mengalir di depan mata. Isabel menurut. Ia hanya berjalan mengekor Yuta sampai pemuda itu mencari tempat yang tepat untuk rehat.

Sepi.

Baik Yuta ataupun Isabel tidak ada yang berbicara semenjak tadi.

Isabel ... jadi lebih pendiam usai kejadian yang menimpanya. Ketika matanya membeliak setelah mendengar suara parau yang Yuta sendiri berani bersumpah dia tidak mendengar suara apapun.

Yuta melirik Isabel sejenak. Gadis itu sedang bertopang dagu dengan mata yang menerawang terlalu jauh. "Kita harus keluar dari desa ini." bisiknya. Memecah keheningan yang sudah terlalu lama mendominasi. Sebenarnya, jika ditanya apa kenginan terbesarnya saat ini, Isabel hanya ingin satu hal.

Pulang.

Tapi bagaimana caranya?

"Aku juga mau pulang. Tapi kamu sendiri tahu, kita bener - bener terjebak disini. Kita itu ibarat mangsa yang udah ada di tangan predator. Gak ada yang bisa dilakuin," ucap Isabel pesimis. Gadis itu menenggelamkan wajahnya, "Aku gak suka disini, Yut. Aku gak suka." 

Isabel benar. Sungguh tidak nyaman berada di desa ini. Sekelilingnya hanya hutan. Pohon dan semak belukar. Rasanya jadi terpencil dari dunia luar.

Mereka hanya ingin pulang. Itu saja.

"Kita pasti bisa pulang, Bel. Saya yakin itu. Percaya sama saya," tandas Yuta pasti, "sekarang fokus saya cuma kamu dan Riri. Kalau benar apa yang kamu denger tadi, berarti kalian berdua yang jadi incaran."

Isabel tak ingin menjawab. Terjebak di desa antah berantah sudah cukup membuat hatinya terguncang. Terlebih memikirkan nyawa dan jiwanya yang akan menjadi tumbal di desa ini, Isabel sudah ingin melenyapkan diri sendiri jika membayangkannya.

Menyadari raut Isabel yang berubah pasi, Yuta langsung menyentuh tangannya. "Kamu tenang. Saya gak bakal biarin orang lain atau apapun itu nyakitin kamu. Kita harus ngumpulin semua bukti, kalau kita mau pecahin semua misteri."

Isabel mengganguk percaya. Dia sepenuhnya percaya pada Yuta. Jika Yuta saja optimis, kenapa dia harus pesimis? Yuta benar. Mereka harus mengupas semua misteri di Desa Widi jika ingin tahu bahaya apa yang sedang mengintai mereka dalam kegelapan. Menunggu mereka masuk ke dalam sarang, sebelum menyerang dan menjadikan mereka tumbal.

"Aku sadar ada yang aneh di desa ini. Dan dari yang aku lihat, ada kejanggalan di setiap keluarga. Aku punya asumsi baru." ucap Isabel yakin.

Yuta menoleh. "Apa?"

Desa Mati [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang