Kenangan akan selalu disimpan. Entah memori yang menyenangkan atau mengerikan, semua itu akan selalu membeku di sudut ingatan. Mereka banyak belajar. Belajar mengenai sebuah kesetiaan dan keteguhan. Belajar mengenai rasa kebaikan dan rasa peduli pada luka seseorang. Belajar mengenai sebuah keberanian.
Dan juga belajar ... bagaimana cara untuk menghargai kepergian seseorang.
Orang yang sudah tiada.
Meskipun mereka tiada, kenangan mereka pasti akan tetap membekas.
"Semoga kamu tenang disana, Bas."
Sepucuk bunga indah itu diletakkan di makam Abas. Meskipun tidak bisa membawa pulang jasad Abas, setidaknya mereka ingin membangun sesuatu untuk mengenang dan mendoakan kepergiannya.
"Ayo kita pergi. Kita perlu buat klarifikasi kenapa kita hilang nyaris berbulan - bulan tanpa kabar." Yuta yang pertama berdiri usai memberikan doa terbaiknya. Dia menyeka setetes air di sudut matanya. "Saya tunggu di mobil."
"Makasih, Abas. Baik - baik di alam sana. Aku pasti enggak akan lupain kamu. Apalagi semua tingkah konyol kamu. Satu hal yang perlu kamu tahu. Kita semua ... kangen kamu disini." Isabel mengusap pelan nisan Abas. Gadis itu mengusap matanya. Menghilangkan bayangan kabur akibat genangan air mata.
"Baik - baik, Bas. Walaupun sekarang enggak ada yang bisa aku goda atau pukul lagi, aku yakin kamu lebih baik di alam sana." Kamal tertawa kecil. Dia mengusap matanya yang terasa panas. "Jangan lupain kami, bro."
Kamal berdiri. "Ri, jangan lama - lama."
Gadis itu hanya mengganguk kecil setelah melihat punggung Kamal mulai menjauh. Riri mendekat. Mencium pelan nisan Abas yang terasa dingin di bibirnya. "Makasih buat semuanya. Buat semua pengorbanan kamu. Buat semua kasih sayang dan peduli kamu. Dan buat semua nyawa yang udah kamu pertaruhin demi aku."
Riri tidak akan pernah melupakan ketika pemuda itu menyelamatkannya. Memeluknya dan membiarkan punggungnya yang menjadi tameng tusukan. Kejadian mengerikan sebulan lalu yang terus berputar di otaknya. Suatu pengalaman yang bahkan terlalu irasional untuk dicerna logika.
Sebuah desa terpencil yang nyaris membawa mereka pada kematian yang mengerikan.
Pak Saleh, Nyi Roro, Pak Rasim dan semua orang di dalamnya.
Dan sekarang, semua itu hanya tersisa ingatan yang terus membekas.
Dengan membawa kematian salah seorang sebagai pahlawan diantara mereka.
Gadis itu berdiri. Tersenyum kecil ketika merasakan kehangatan di punggung belakangnya. "Makasih dan ... sampai jumpa."
THE END
OoO
Tamat yeaah!
Akhirnya tamat juga ceritanya wkwk. Iya tahu chapter ini isinya mengenang kepergian Abas doang. Aku udah bilang nggak terlalu penting😶Terimakasih banyak buat teman - teman yang sudah baca sekaligus vote dan komen. Yang selalu kasih semangat untuk lanjutin menulis. Yang baca ataupun vote saja juga makasih. Setidaknya kalian bisa menikmati ceritanya whehe. Pokoknya makasih buat yang sudah mendukung selalu sampai cerita ini berakhir. Aku hargai peduli kalian.🤗
Tanpa kalian, naskah ini nggak akan pernah jadi wkwk.
Oke, sekian.
Dengan ini saya umumkan, Desa Mati sudah selesai.
Sampai jumpa di work berikutnya.
Semoga kita bisa ketemu di kisah2 berikutnya! :D
OoO
Jangan dihapus dulu buku Desa Mati dari perpustakaan kalian. Siapa tau saya akan share info cerita terbaru di sini. Mau follow juga boleh:>

KAMU SEDANG MEMBACA
Desa Mati [Completed]
Terror[Update tiap Rabu dan Jum'at] Ghost [Normal] Mystery [Hard] Riddle [Hard] *** Ada beberapa pantangan penting di Desa Widi. Tidak ada yang boleh keluar ketika senja sudah menyongsong dan semua rumah harus tertutup rapat ketika maghrib sudah menjel...