Bab 4 | Zian, Si Orang Asing

10 3 0
                                    

Aku melajukan motor Rezya kearah pemakaman Riyan. Ini masih siang, jadi aku tidak begitu takut untuk kesana sendiri.
Setelah drama yang kulakukan dengan Rezya dan Kak Dion, akhirnya aku berhasil membujuk mereka dengan ancaman mogok makan, klasik? Aku tidak peduli.

***
"Hai."

"Kita sudah lama gak ketemu Riy, aku kangen sama kamul"

Dengan sekuat tenaga aku menahan air mataku, "mama sama papaku keluar kota lagi, biasanya kamu akan main sampai malam dirumahku, bersama Rezya. Tapi sekarang, kak dion yang jaga kami, aku senang tapi aku lebih senang kalo ada kamu."

Aku menyeka air mataku.

"Riyaann, Risya kangen."

Perlahan memoriku mengulang kisah kasih kami, saat dia menjemputku untuk berangkat sekolah bersama, saat ia membelaku daripada Della, pacar sialannya itu, sampai menemani aku dan Rezya saat mama dan papa keluar kota.

"Mama sama papa gak dirumah, biasa."

Riyan menepuk kepalaku, "gak boleh gitu, mama sama papa kamu kerja buat kamu sama Rezya juga."

Aku hanya tersenyum kecil, aku sudah bosan percaya dengan hal itu.

"Rezya dah pulang?"

Aku menggeleng, "gak tahu, motornya gak ada."

Riyan memarkirkan motornya dihalaman rumahku, tenang saja ada Bibi dirumahku, tidak menginap, tapi kalau mama papa pergi, bibi akan menginap bersama aku dan Rezya.

"Riyan, kamu kemana aja lek?" Tanya bibi antusias melihat kehadiran Riyan dirumah.

"Riyan disini aja bi, masih nganter jemput Risya juga, cuman memang jarang main karena ada tugas."

Aku tertawa melihat interaksi mereka, "aku ke kamar dulu ya bi, ganti baju."

Bibi dan Riyan melanjutkan obrolan mereka, biarkan mereka melepas rindu.

Sekitar setengah jam kemudian, suara motor terdengarm pasti Rezya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, baru pulang kamu?" Tanya Riyan.

"Iya kak, ada rapat osis tadi."

"Sombong banget." Kataku.

"Sirik aja."

Aku diam menatapnya membuka sepatu.

"Rezya ke kamar ya kak, mau mandi."

"Iya, nanti sholatnya bareng sama aku." Ucap Riyan.

"Oke."

Ekhm...

Ah sial, menganggu saja. Aku melihat kesampingku.
"Kamu?"

Dia tersenyum, kalian pasti tahu siapa dia. Iya, pria asing yang tadi minta kutemui di shelter Mangkubumi. "Kamu ngikutin aku ya?"

Dia tertawa remeh, apa - apaan dia, kalau tidak mengingat tempat sudah ku cakar wajahnya.

"Lupakan yang sudah berlalu."

Aku mengerutkan keningku, "Jangan sok tahu masalahku, kamu siapa, aku gak kenal kamu."

"Aku Zian, kan sudah aku katakan tadi."

Aku menghela napas kasar, "Oke, kamu Zian. Mau kamu apa?"

"Ck, gadis pikun."

"Edan." Gumamku.

Red StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang