Chapter III

31 2 0
                                    

"Arka!?" suara lembut Kiya memanggil sang ketua Osis.

"ehh, silakan duduk." sambil menarik sebuah kursi.

"Emangnya ada apa Ka, lu manggil gua kesini?" tanya Kiya.

"Sekolahan kita akan ngadain lomba basket, dan gua pengin lu jadi panitia lomba."

Terpampang bingung diraut wajah kiya. Bagaimana tidak, baru satu minggu lebih ia bersekolah. Ia mendapatkan kepercayaan sebagai panitia dalam acara sekolah. Acara yang terbilang lumayan ribet bagi Kiya. Ia ingin sekali menolaknya.

"tapi...." masih dengan wajah bingung dari Kiya.

"Tenang aja, lu gk sendiria kok. Nanti ada Jhoni sama Anggi yang ikut jadi panitia." ekspresi memaksa terlihat dari Arka.

"emm iya deh gua mau." dengan keterpaksaan akhirnya Kiya meng-iyakan kemauan Arka.

Wanita berumur 17 tahun itu akhirnya mengemban tanggung jawab yang diberi dari sang ketua Osis. Mungkin wanita itu akan menyelesaikan tanggung jawabnya dengan baik. Karena ia terbilang rajin, dan pekerja keras.

Sehari sebelum pertandingan dimulai. Ia harus mempersiapkan segala kebutuhan dan memaksanya untuk pulang terlambat. Digerbang sekolah ia terlihat sendirian setelah Anggi pulang. Berjalan melewati gerbang, dan menunggu angkutan umum dipinggir jalan. Kini ia berada disebrang sekolahan.

Tak lama terdengar suara motor keluar dari dalam sekolahan. Terlihat jelas seorang laki-laki dengan motor bututnya dan helm tanpa kaca.

Kiya pun memandangi laki-laki diatas motor itu.

"Dia kan yang dulu nabrak gua, kok tadi gua gk liat dia di dalem." kiya pun bergumam dalam hatinya dan merasa bingung. Tak lama, akhirnya ada sebuah angkutan yang berhenti didepannya.

-

Masing-masing kelas telah mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba basket. Apalagi sang juara bertahan kelas XI IPS 3 tanpa latihan pun mungkin mereka akan juara. Siapa lagi jika bukan Rud, Bagas, dan Nanda. Mereka bertiga terkenal dengan skill mainnya. Bagas dengan tubuh besarnya sangat baik dalam bertahan serta Rud dan Nanda dengan kelincahannya yang akan merangsak masuk kejantung pertahanan lawan.

Bagaimana dengan sang ketua Osis? Sebenarnya ia juga memiliki skill yang mumpuni. Hanya saja ia tidak terlalu suka dengan basket.

Beberapa tim sudah bertanding. Kini giliran timnya Nanda.

"Pertandingan selanjutnya yaitu antara XI IPS 1 melawan XI IPS 3.." suara kiya sebagai pantia pertandingan.

Keluarlah sang bintang basket Rud, Bagas, dan diikuti oleh nanda serta 2 pemain lainnya.

"Kita sambut sang juara bertahan Kelas XI IPS 3 yang akan melawan kelas XI IPS 1, mana tepuk tangannya" sambutan diulangi oleh Anggi dengan semangat yang luar biasa.

Terdengar dari suara penonton menyoraki nama Nanda. Hampir semua penonton tertuju pada kehebatan Nanda. Akiya pun baru sadar jika yang sedang bermain adalah pria yang menabraknya waktu itu. Kiya pun bingung mengapa penonton tertuju pada pria itu. Anggi pun menyoraki pria itu, sehingga kiya bertambah heran.

Dalam hati kecil Kiya berkata "oh ternyata namanya Nanda"

***

Setelah pertandingan selesai dan akan dilanjutkan esok hari. Akiya pun memutuskan pulang lebih awal. Namun Anggi memintanya agar pulang terlambat. Anak-anak pun masih banyak yang berada disekolahan. Akiya merasa tidak masalah jika pulang terlambat.

"Tadi pertandingannya seru ya" suara kiya memecahkan suasana dilorong sekolaha.

"iyaa seru banget, apalagi waktu kelas XI IPS 3 vs XI IPS 1. Gua liatnya sampai deg-degan. Apalagi nih ya liat Nanda main, gilaa keren banget. " respon Anggi cepat.

"Nanda??" spontan Kiya mengucapkan nama Nanda.

"iyaa Nanda, dia tuh anak XI IPS 3, kalo masalah main basket dia pasti nomor 1. Tapi sayangnya Nanda tuh orangnya cuek, ngeselin terus ya intinya nyebelin lah. Tapi dalam hatinya gua yakin dia orangnya baik, lembut dan penyayang. Yaa walaupun gua sama Nanda gk sekelas, dulu gua sama Nanda pernah deket." Anggi terlihat antusias membahas tentang Nanda.

Baik dari Hongkong!!!, waktu nabrak gua aja kaya ngajak perang dunia, Batin Kiya.

"ya udah yok, kita ke ruang osis. Habis itu kita pulang." ucap Anggi

"yoa"

***

Akhirnya pertandingan telah memasuki babak final. Jangan ditanya siapa yang maju ke babak final, sudah jelas anak-anak XI IPS 3. Kini mereka melawan XI IPA 1 kelas dari Arka. Pertandingan cukup sengit. Arka dan kawan-kawan terlihat kewalahan menghadapi tim Nanda.

Prediksi para penonton memang benar. Juaranya tetap dari kelas XI IPS 3. Para pemain langsung kembali kedalam kelas untuk merayakan kemenangannya.

"Nda gua sama Bagas duluan ke kelas" ujar Rud.

"yoi"

"Lu gak ikut Nda" tawaran bagas.

"iya gampang, nanti gua nyusul."

Akiya melihat Nanda duduk sendirian dibangku kantin. Dengan keringat yang masih bercucuran diwajah Nanda. Kebetulan kiya membawa sebungkus tisu dan sebotol air mineral. Namun ia memutuskan untuk kembali menemui anggi.

Setelah beberapa langkah, ia terhenti dan memutar tubuhnya. Ia memberanikan diri mengampiri Nanda yang terkenal dengan kecuekannya.

"selamat ya" sambil duduk didepan Nanda.

"iyaaa" jawab Nanda dengan wajah sedikit bingung dan kaget.

"Nih gua ada minum buat lu, sama tisu buat ngelapin keringet lu." kiya menyodorkan kehadapan Nanda.

"iyaa makasih." sambil mengambil selembar tisu dan mulai mengelap keringatnya.

"oh ya Nama gua Akiya Wulandari kelas XI IPA 1 panggil aja Kiya." sambil menyodorkan tangannya.

"Gua nanda"

"Salken ya. Ohya gua juga mau minta maaf, karna waktu itu gua gk sengaja nabrak lu."

Seketika Nanda menatap wajah Kiya, memeperhatikan dengan serius. Keheningan pun terjadi.

"iyaa santee aja, gua juga minta maaf" jawab Nanda memecahkan suasana.

Yaelah gitu doang kampret emang, batin Kiya.

"ya udah gua ke kelas dulu" kiya meninggal kan Nanda di bangku kantin.

"hee!!! makasih tisu sama minumannya"

Kiya berbalik badan dan saling memberikan senyuman.

Ternyata Nanda gk seperti yang gua bayangin, emang si lumayan cuek, dalam hati Kiya.



Aksara 23:59Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang