"Cie yang kemarin pulang Sama Nanda" ledek Anggi sambil tertawa.
"Apaan si, cuma kebetulan." jawab ku. Sambil tersenyum.
"kebetulan apa kebetulan." Anggi mencubit perut sebelah kanan ku.
"kebetulan lahh!! Udah si lupain aja." jawabku dengan sedikit wajah marah.
"iyaiyaa dehh maaf dehh putri Akiya hehehh"
Terlihat wajah Arka berubah drastis. Setelah mendengar, bahwa aku pulang dengan Nanda. Aku pun merasa tidak enak dengan Arka.
Arka meninggalkan kelas begitu saja. Mungkin dia merasa cemburu setelah mendengar itu.
"Nandaaa!!!" teriak Arka. Membuat perhatian tertuju padanya.
"gk usah teriak-teriak kali." jawab Nanda. Ia sedang makan di kantin sekolah.
"Gua gk suka yaa, kalo lu deket-deket sama Kiya." Arka berbicara tepat didepan muka Nanda.
"Yaelahh santai aja kali." Sambil memakan kentang goreng miliknya.
"Sampai gua liat lu, dekat-deket sama kiya. Lu berhadapan sama gua." Arka lalu meninggalkan kantin.
Arka terlihat begitu emosi.
"Kenapa tuh si bapak Osis?" Tanya Rud yang baru saja datang.
"Lagi sakit kali." Nanda tertawa kecil.
"Anjirrrr" Rud pun ikut tertawa.
***
Seperti biasa, setelah bel istirahat. Aku selalu berkunjung ke kantin.
Aku berharap, aku dapat menatap mata Nanda.Setelah sampai disana. Terlihat kantin tidak pernah sepi. Di kantin juga ada banyak anak-anak IPS. Tapi aku belum melihat keberadaannya Nanda.
Mungkin ia lagi sibuk, sampai tak sempat ke kantin, dalam hati ku.Aku melihat Arka, ia menatap mata ku terus. Wajahnya tak seperti biasanya. Mungkin ia masih mengingat perkataan Anggi tadi pagi.
Tiba-tiba ada perempuan duduk tepat didepan ku dan anggi. Ia langsung menjulurkan tangannya kehadapan ku.
"Hay, gua Sinta"
"Akiya." sambil menjabat tangannya.
"salken ya"
Aku hanya mengangguk."oiya Ya, dia Alya. Gua sama dia temenan dari kecil. Dia habis dari rumah sakit, ya kurang lebih satu bulanan." jelas Anggi.
"haa serius, lu sakit apa?" tanya ku.
"Biasa lah kurang istirahat." jawab Alya.
Kami pun berbincang-bincang sampai bel masuk berbunyi. Teman baru ku itu, Alya namanya. Sangat asik diajak ngobrol dan kami pun saling bertukar pikiran.
Jam sudah menunjukan pukul 15:00. Itu tandanya kami sudah diperbolehkan untuk kembali kerumah. Seperti biasa Arka selalu mengajak ku untuk pulang dengannya. Seperti biasa pula, aku selalu menolaknya cetus.
Sekolah sudah lumayan sepi.
Aku berjalan menuju gerbang dan menunggu angkutan.
Dari kejauhan, aku melihat..
I..itu Nanda, tapi siapa perempuan itu, yang tak nampak wajahnya.
Nanda terlihat sangat akrab dengannya. Ia memberi senyum kewanita itu dan memegang pundaknya.Seketika kakiku bergemetar, dadaku sakit, nafasku terasa sangat berat. Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Menatap senyumnya yang bukan untuk ku.
***
Air mataku hampir saja terjatuh. Syukurlah mereka sudah pergi.
Padahal baru kemarin aku merasa bahagia karena Nanda. Tapi sekarang aku merasa sakit karena Nanda pula.
Terkadang orang yang paling kita damba. Ialah orang yang paling bisa membuat hati kita rapuh. Sangat rapuh.
Sepanjang perjalanan menuju rumah. Aku selalu terbayang-bayang tentang kejadian tadi.
Sesampai dirumah aku langsung menuju kekamar dan mengunci pintunya.
****
Pagi telang menjelang. Sialnya aku bangun terlalu siang. Aku terburu buru untuk mandi sampai lupa tidak sarapan.
"Bu, kiya berangkat dulu." teriakku sambil membuka pintu rumah.
"Makan dulu nak." suara ibu terdengar, aku mengabaikan saja.
Syukurlah gerbang sekolah belum ditutup.
Aku pun masih terburu-buru untuk sampai kelas. Aku berjalan lumayan cepat, mengabaikan orang-orang disekitar ku.Guru pun belum datang ke kelas. Aku sangat bersuyukur walaupun dengan nafas yang terengah-engah.
"kok siang bgt si lu berangkatnya." tanya anggi,
"tadi gua kebablasan tidurnya." jawabku sambil menaruh tas.
"dasar lu!!"
***
Setelah pelajaran selesai, dan jam istirahat berbunyi. Anggi mengajakku menuju ruang Osis. Terlihat Arka dan Jhoni pun sepertinya juga akan ke ruang Osis.
"Ya, ke Ruang Osis." ajak Anggi.
"oke"
Aku memasukan buku-buku ku kedalam tas, sebelum aku meninggalkan kelas.
Anggi menyuruh ku masuk kedalam ruang Osis.
"Gua tunggu sini, lu masuk aja Ya." perkataan Anggi membuat ku penasaran.
"Ada apa si?" aku pun bingung.
"udah lu masuk aja, ntar juga tahu." Anggi memaksa sambil mendoro tubuh ku.
"iyaiyaa gua masuk."
Terlihat sosok pria membelakangi ku. Postur tubuhnya tidak asing bagi ku.
Dia membalikan badannya."Ehh Arka" spontan dan aku kaget.
Arka hanya melempar senyum kepada ku."Ada apa Ka?" Tanya ku.
"Gua mau bilang sesuatu ke lu." Arka manatap mataku.
"Bi.. Bilang apa?" aku pun salah tingkah dihadapannya.
"Gua suka sama lu"
"Maksudanya?" aku pun bergetar.
"Lu mau gk jadi pacar gua." terus manatap mata ku.
Haaa... Seriusan Arka nembak gua. Apa gua gak salah denger, batinku. Sambil bengong.
"Ya!! Jawab dong." gertak Arka.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara 23:59
RandomEntah ini puisi atau cerita ringan yang tak kunjung terungkap dikepalsuan bulan.