9. Speechless

3.3K 61 8
                                    

Bimo memandangi wajah Kia yang terlelap. Berbagai pertanyaan bersarang di benaknya. Sebenarnya apa yang membuat Kia ketakutan? Seingatnya, Azka tidak pernah bercerita jika Kia memiliki ketakutan berlebih atau phobia pada sesuatu. Bimo yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Kia darinya.

“Apa yang kamu sembunyikan dari aku Sayang?” lirih Bimo sembari mengusap pipi Kia yang masih terasa panas. Demam Kia memang sudah mulai menurun dari setengah jam yang lalu. Tapi Bimo masih enggan meninggalkan Kia sendirian di kamar. Mendadak Bimo memiliki firasat buruk. Entah apa alasannya. Tapi Bimo mulai merasa gelisah. Besok atau lusa setelah memastikan Kia sembuh barulah Bimo akan menemui Azka untuk mencari informasi. Sebagai kakak seharusnya Azka mengetahui semua tentang adiknya. Mendadak Bimo berpikir lain. Bisa saja Azka juga tidak mengetahuinya mengingat jika selama ini sahabat baiknya tersebut menempuh pendidikan di Jakarta bersamanya.

Saat jarum jam dinding menunjukkan hampir pukul 4 sore barulah Bimo beranjak. Dengan sangat hati-hati Bimo ke luar dari kamar. Bimo hanya akan menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim lalu kembali ke kamar. Sesampainya di depan kamar mandi langkah Bimo tiba-tiba berhenti. Ponsel Kia yang berada di ruang tengah berdering. Gegas Bimo berbalik arah. Ingin mengecek siapa kah yang menelepon Kia. Bimo hanya khawatir jika yang menelepon adalah keluarga Kia. Bimo sedikit berjongkok demi menggapai ponsel Kia yang berada di atas meja. Sepasang alis tebal Bimo seketika berkerut dalam. Nomor yang tertera di layar pipih itu tidak terdapat dalam kontak Kia. Baru saja Bimo hendak menggeser tanda hijau untuk menerimanya saat tiba-tiba telepon itu berhenti. Lalu disusul dengan dua pesan whatshapp masuk dari nomor tersebut. Sejenak Bimo terdiam. Tak bergerak sembari menatap layar ponsel di tangannya. Ada perasaan ragu mengisi relung hatinya. Ponsel adalah salah satu barang pribadi pemiliknya. Pantaskah ia membuka pesan itu sedangkan izin dari Kia saja belum didapatkannya?.

“Maaf Sayang terpaksa aku membukanya,” lirih Bimo seraya membuka pesan whatshapp tersebut..

Deg… Jantung Bimo seketika berdebar kencang saat membaca deretan kata yang berhasil memancing emosinya. Membangkitkan sebuah rasa yang selama ini belum pernah Bimo rasakan untuk perempuan lain. Bimo cemburu dengan seseorang yang menyebut dirinya sebagai pengagum rahasia Kia. Kembali, Bimo mengulang deretan kata yang terdengar manis tersebut.

“Semoga bingkisan dari saya bisa menemani waktu bekerja kamu.” by Pengagum Rahasia. 

Cemburu? Tentu saja Bimo sangat cemburu. Meskipun ia sendiri tak tahu siapa pengagum rahasia tersebut. Bimo yakin dia seorang laki-laki. Tidak ada yang boleh mengagumi Kia kecuali dirinya. Kia adalah istrinya. Jadi hanya dirinyalah yang berhak atas Kia. Kembali Bimo memejamkan mata. Mencoba meredam emosinya yang berhasil meluap. Ia harus tetap tenang. Tidak boleh bertindak gegabah. Semuanya harus ia cari tahu dahulu kebenarannya. Lalu Bimo segera mengirimkan nomor tersebut ke nomor ponselnya. Setelah memastikan terkirim Bimo segera menghapus pesannya. Tapi tidak dengan pesan misterius tersebut. Untuk saat ini Bimo memilih diam. Menunggu hingga Kia sendiri  yang bercerita kepadanya.

Bimo kembali meletakkan ponsel tersebut lalu bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Karena khawatir Kia terbangun dan mencarinya Bimo melaksanakan salat di kamar mereka. Sebenarnya Bimo lebih sering tidur di ruang kerja daripada satu ranjang bersama Kia. Bimo laki-laki normal yang tentu saja tidak akan sanggup berlama-lama tidak menyentuh Kia. Perempuan yang jelas-jelas halal untuknya. Namun demi kebaikan hubungan mereka Bimo mencoba selalu mengalah. Bimo ingin secara perlahan-lahan membuat Kia jatuh cinta padanya. Membuat perempuan itu nyaman dan pada akhirnya bergantung kepadanya.  Meskipun hal itu tak semudah anggapan Bimo karena nyatanya Kia adalah pribadi yang tertutup.

Sejenak Bimo menatap Kia sebelum menggelar sajadah di dekat ranjang. Untuk beberapa menit Bimo terdiam dengan kedua mata tertutup. Mulailah Bimo membaca niat lalu disusul dengan bacaan takbir. Rakaat demi rakaat Bimo selesaikan dengan khusyuk hingga sampailah pada bacaan salam berulang. Kemudian kedua tangan Bimo terangkat. Bermunajat kepada Allah. Memohon kebaikan dan keberkahan pernikahan mereka. Bimo juga meminta agar Allah segera membuka hati Kia untuknya. Melembutkan hati perempuan itu agar segera luluh. Dan mereka berdua mampu menunaikan hak dan kewajiban masing-masing sebagai pasangan suami istri. 

The Sweetest LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang