Ini Hanya Gambaran Next Chapter

148 21 37
                                    

Mungkin kelas satu SMA adalah saat kita merasa bimbang sebab kita yang dulunya menjadi kakak kelas tertinggi malah jadi adik kelas terendah.

Biasa berjalan dengan mengangkat dagu kini harus agak menunduk dengan senyum merekah dan jangan lupa sapaan basa-basi bila ada kakak kelas lewat.
Beruntungnya MOS dan aneka jenis perpeloncoan tidak adalagi, jadi setidaknya tidak dibabu-babuin amat saat pertama masuk.

Skip bicara soal MPLS saya yang-jujur saja-tidak ada menarik-menariknya (saya serius! Saat MPLS saya gagal menjadi seperti tokoh utama wanita di teenfict karena saya tidak terjatuh apalagi sampai ditangkap kakak tampan saat MPLS. Meski saya akui, senior saya bening-bening).

Sekarang saya akan masuk ke inti dari cerita ini, yaitu kelas saya.

Ipa 4 adalah kelas saya sekarang.

Meski kelas ini tidak se-heboh ataupun se-solid kelas Ipa lain, kelas saya juga sering disorot guru-terutama kelompok lima (soal ini akan saya jelaskan di chapter lain)-namun kata disorot di sini bisa memiliki makna positif dan negatif.

Saya yang awalnya meyakini kalau saya adalah tipe setengah animers berotak suci karena tontonannya hanya genre fantasy, military, thriller, horror, comedy yang masih aman ditonton anak enambelas tahun, jadi sedikit tercemari otaknya (lagi-lagi, hal ini akan dijelaskan di chapter lain).

Bicara soal kelas saya, rasanya tidak pas bila saya tidak memberikan sedikit gambaran mengenai kelas ini.

Jadi, karena kelas saya terletak tepat di atas tanah yang lebih rendah dari bangunan lain di SMA, kelas saya sangat strategis untuk mencetak murid bandel yang sering bolos. Ditambah depan kelas adalah koperasi dan di belakang ada kantin bibi mie, makin membuat suasana bolos serasa di surga dunia.

Tapi tidak bisa. Yang bolos selalu saja tertangkap dan menerima cubitan asmara dari guru paling senior dan paling killer di SMA kami.

Mungkin selanjutnya saya akan menjelaskan mengenai wali kelas.

Wali kelas saya adalah guru Bahasa Inggris yang sering menggunakan sedikit bahasa Inggris ke setiap ucapannya seperti :
"You, bersihkan sampahnya biar kelas kita clean!"
"Makanya setiap pelajaran terakhir you must cleaning kelas!"
"You, buang dulu sampah di depan, truk sampah dateng!"

Kenapa semua contoh yang saya ambil tentang bersih-bersih?

Jawabannya karena kelas saya adalah penganut aliran yang menganggap bersih-bersih adalah hal sakral yang sangat sulit di lakukan kecuali keteguhan hatimu mampu mencapainya.
Duh, saya hiperbola. Intinya kelas saya paling susah bersih.

Wali kelas saya, adalah orang yang gampang gregetan. Apalagi bila hal yang memantik rasa gregetannya berhubungan dengan kelompok lima.

Sebenarnya siapa kelompok lima?

Baik, saya akan sedikit menjelaskannya. Sedikit saja, karena saya berencana membuatkan chapter khusus untuk mereka.

Kelompok lima adalah kelompok yang terdiri atas lima anak yang sebut saja namanya Yoga, Roman, Farroz, Jordi dan Afif.

Sedikit bocoran lagi mengenai kelompok ini, mereka berlima adalah orang yang sering dicari guru. Terutama Sosiologi. Entah apa yang merasuki ibu Sosio, dia selalu memanggil mereka. Di manapun, kapan pun.

Berhenti bicara mengenai kelompok lima karena saya sudah bilang, ini hanya gambaran!

Kelas kami juga terkenal sebagai kelas yang paling sering masuk ke BK. Tapi, kasus kami berbeda. Kami masuk BK dengan sendirinya. Numpang curhat, numpang ngadem, pura-pura ngumpul tabungan, apapun itu yang pasti kami suka ke BK.
Tinggalkan soal BK karena lagi-lagi, saya berencana membuat chapter khusus tentang ini.

Sekolah kami, memiliki aturan yang sangat berbeda dengan kebiasaan penghuni kelas.

Dilarang membawa ponsel.

Tapi, seperti slogan yang sepertinya sudah akrab di telinga kalian yaitu, "peraturan dibuat untuk dilanggar", kami juga melanggar peraturan itu.
Dengan alasan saat perjanjian di atas materai tandatangan tidak mengenai materai, kami seolah bebas bawa ponsel.

Tentunya dengan berbagai cara agar tidak disita karena wali kelas kami sudah bosan dengan aduan guru tentang betapa bandelnya Ipa 4 (kami sayang wali kelas, teman! Kami bertekad tidak akan menyusahkannya lagi, ralat, sedikit tidak akan).

Pernah suatu ketika, saat razia besar-besaran ketika senam dimulai, salah satu teman saya panggil saja namanya Sulis, berlari dari lapangan dan menyimpan ponselnya di bawah tumpukan pecahan genting di pot depan kantor guru.
Tanpa ketahuan!
Iya, lejen sekali.

Karena kejadian ini, kelas kami bertekad membuat tempat persembunyian ponsel super aman. Setelah berbagai usulan diajukan, kami sepakat menggunakan ventilasi di atas pintu sebagai tempatnya. Karena bagian depan sudah tertutup papan bertuliskan, "sehat itu mutiara", jadi kami hanya tinggal menutup bagian dalam dengan sedikit menyisakan tempat untuk memasukkan ponsel.

Dengan karton hitam, kami berniat menutup lubang itu. Takut dicurigai, kami sepakat kalau harus ada tulisan agar guru mengira karton itu hiasan.

Dan masalah dimulai di sini!

Usulan beberapa kata yang akan ditulis di karton itu, di antaranya:
1. "Selamat jalan dari Ipa 4"
2. "Akhirnya, kamu pergi juga dari kelas kami."
3. "Hati-hati di jalan."
4. "Akhirnya, kamu keluar."

Pada akhirnya, karena usulan terlalu nyeleneh, sampai sekarang karton itu tidak jadi dipasang.

Mungkin itulah isi dari chapter berjudul Ini Hanya Gambaran Next Chapter.
Bila kamu mulai tertarik, lanjutkan ke halaman-halaman berikutnya!
Saya yakin tingkat ke-recehanmu akan bertambah.

--------

36 - 2 = Boom Squad!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang