Kaum Lelaki Yang Dapat Diandalkan

92 15 27
                                    

Seperti yang sudah saya jelaskan tepat di bagian sebelumnya, kelas saya hanya memiliki 10-1 lelaki (karena Afif pindah). Jadi, di kelas saya ada 9 lelaki di antara 25 perempuan.

9 lelaki ini dibagi menjadi 3 bagian : Kelompok Lima, Kaum Lelaki yang Dapat Diandalkan, dan Ekstrem (ini nanti-nanti saja).

Di kaum lelaki yang dapat diandalkan, ada tiga lelaki yang termasuk. Aula, Diko, dan Dimas.
Mereka masuk ke kaum ini karena merekalah yang mampu benar-benar diandalkan dalam keadaan terdesak.

Contohnya :

Sherly : “Catur laki kurang, butuh perwakilan!”
(Kami menunjuk salah satu kaum ini)
Sherly : “Ya udah Dimas ya.”

Dan Dimas iya-iya saja.

Kaum ini, menempati barisan depan meja guru, membuat mereka sering dilirik-lirik guru untuk diperintah menjawab pertanyaan.

Oke, seperti bagian sebelumnya, saya akan menggambarkan para anggota kaum ini.

Pertama, Dimas (karena dia belum dibahas di bagian sebelum-sebelumnya).

Dimas ini, rambutnya agak keriting. Kulitnya eksotis karena dia adalah salah satu anggota PMR yang sibuk. Dimas juga aktif dalam organisasi keagamaan loh, teman. Keren, bukan?

Namun, bagaimanapun juga, Dimas adalah lelaki normal. Jadi, kalau yang lain membicarakan hal terkait pikiran kotor lelaki, si Dimas ini ya... Konek juga.

Ikut nimbrung, lalu tak segan ikut buka suara.

Setelahnya, dia bilang dia khilaf. Lalu dia insyaf. Terus kalau dipancing dia khilaf lagi, baru insyaf lagi. Begitu terus entah sampai kapan.

Namun, dibalik segala kelebihan Dimas, dia juga punya kekurangan karena dia adalah manusia biasa.

(Bukan bermaksud mengejek ya Dim) Tulisan Dimas ini, susah dibaca.
Saya tidak bilang jelek karena jujur saya masih bisa membacanya, hanya saja, memang agak sulit.

Tapi, karena kemampuan menulis cepatnya di atas rata-rata, guru-guru bertipe yang-penting-catatan-dikumpul-cepat-dan-lengkap-tulisan-mah-bodo-amat tetap memberi nilai bagus pada catatan Dimas.

Tapi, beda cerita bila guru yang meminta catatan adalah Ibu Biologi. Ibu ini, benar-benar teliti dalam memeriksa catatan siswanya. Setiap koma, titik, baris, paragraf, diperiksanya dengan sungguh-sungguh. Ibu ini, (sepertinya) satu-satunya guru yang mempermasalahkan tulisan Dimas.

Saya baru mengetahui ini saat pelajaran Biologi. Kurang lebih, seperti ini cerita di hari itu :

Ibu Bio : “Dimas, kenapa nilai kamu di absen saya kurang satu? Kamu tidak mengumpulkan tugas, ya?”

Dimas : “Saya selalu ngumpul kok, Bu! Ini catatan saya lengkap.”

Ibu Bio : “Bukan catatan, tapi latihan di akhir bab tiga kamu tidak ada.”

Dimas : “Kan itu memang nggak Ibu nilai, cuma Ibu kasih tulisan E--”
“Oh iya.” Langsung dipotong ibu itu.

Kan saya penasaran tulisan E-- apa. Jadi saya tanya Dimas saat jam Biologi selesai.

Ternyata, di buku latihannya, tepat di atas jawaban-jawaban Dimas, terdapat tanda tanya besar. Dan di tempat di mana seharusnya nilai itu tertulis, terdapat sebuah tulisan :





‘Edek pusing bacanya Bang!’

Ditulis dengan huruf kapital.
Lengkap dengan nama jelas ibu itu di bawahnya.

Saya hanya bisa pasang wajah cengo.

Lanjut dari Dimas, saya akan menggambarkan ulang dengan lebih detail tentunya, sosok ketua kelas kami yang sudah lebih dulu muncul di bagian 2. One and only, Diko.
(Kalau mau tau ciri-ciri Diko, baca ulang chapter berjudul Pengurus Inti Kelas...)

36 - 2 = Boom Squad!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang