Hujan; Antara Kedinginan dan Kegalauan

58 7 16
                                    

Hujan, cuaca paling menyenangkan bagi para siswa di sekolah!

Bayangkan, di antara panasnya otak akibat penggunaan daya yang berlebihan, hujan muncul sebagai penyejuk bagai minum es gratis yang diberikan oleh doi di siang terik .
Segar dan sangat baik untuk batin!

Semua penghuni kelas saya, menyukai hujan. Karena pada umumnya jarang ada guru yang mau basah-basahan menerjang hujan ke kelas. Apalagi, saat itu hujan deras.

Seperti biasa, di kelas saya ada beberapa tipe manusia dalam menghadapi hujan deras. Berikut di antaranya :


1. Tipe ghibah

  Tipe ini biasa dipilih oleh siswa yang-- bagaimana menyebutnya ya--let it flow gitu, tidak ada improvisasi sama sekali dalam menghadapi masa SMA setiap harinya. Seperti namanya, tipe ini mengisi waktu luang dengan membicarakan berbagai hal. Baik benda--paling sering novel-- sampai kucing bibi mie yang tiba-tiba hamil.
  Bagi kamu yang rajin, yang takut tidur di kelas karena khawatir akan guru yang tiba-tiba datang, kamu bisa bergabung ke tipe ini.

2. Tipe mengenang kenangan yang layak dikenang.

  Tipe ini biasa dianut para bucin dan para galoners (yang gagal move on itu loh). Yang dikenang pun beragam, bisa mantan, uang jajan yang disesalkan--mengapa dibelanjakan--, sampai nilai tugas yang tak seberapa.
Ngehayal waktu hujan itu enak, teman! Percayalah!
  Lagipula, hujan ini membawa inspirasi. Membuat puisi bertema kenangan atau—intinya— yang berkaitan dengan romansa di kala hujan biasanya lebih terasa hatjepnya.

Tapi, meski begitu, saya sarankan jangan bernyanyi ketika membuat puisi di kala hujan jika puisimu tak mau berakhir seperti salah satu puisi yang diciptakan oknum kelas saya ini :

Hujan

Aku terjebak
Di antara ruang rindu tak tertebak
Di dalam rulung hati yang terasa sesak
Di bawah hujan ku makin terdesak

Aku hilang arah
Mencari kepingan hati yang terpecah
Hilang, dibawa oleh hubungan yang kini terpisah
Adakah tempat ku berteduh?

Ingin ku teriak
Ingin ku menangis
Walau air mata
Sudah tiada lagi

Ku menangis membayangkan
Betapa kejamnya dirimu pada diriku
Harusnya engkau tau akulah hati yang telah
Kau sakiti


Saya tebak, si pembuat puisi adalah pecinta sinetron di mana sang tokoh wanita terlalu tersakiti oleh pria yang akhirnya menikah lagi.


3. Tipe tidur.

   Nyaris seluruh penghuni kelas saya adalah tipe ini! Bayangkan, hanya dengan berbantalkan tas beralaskan ubin yang dingin, kamu seolah bisa mendapat surga dunia dalam kelas.
Hujan mungkin menempati posisi pertama waktu yang tepat untuk tidur. Tapi, jangan lupa untuk selalu menutup wajah saat tidur di kelas. Takutnya sangking nyamannya dengan suasana, mulutmu akan terbuka dan mulai memproduksi ile—ralat—saliva yang mengalir keluar. Malu kan, dilihat teman!

4. Tipe random.

(Tipe ini berlaku untuk seluruh lelaki di kelas saya).
  Seperti namanya, saat hujan kaum bertipe ini kerjanya ya ngerandom. Mulai dari gebuk meja, kadang bernyanyi dengan suara yang tak seberapa, kadang ikut tidur, kadang juga main hujan.

Bicara soal hujan pasti tak lengkap jika tidak disertai hujan-hujanan. Nah, di kelas saya, yang pernah hujan-hujanan alias mandi hujan di sekolah adalah Fagan.





Fagan, berdiri di tengah hujan deras.

Fagan, menyiram siswa kelas sebelah dengan seember air hujan.

Fagan, disiram dua ember air hujan oleh siswa kelas sebelah.

Dan judul tiga paragraf aneh di atas adalah : Fagan, dan aneka cerita di bawah hujan.
Atau mungkin : Fagan, hatiku tertampar butiran hujan.

Saya tidak tau ini keren atau tidak tapi percayalah, hujan tidak membuat Fagan sakit. Padahal, hujan identik dengan kata membawa penyakit terutama demam. Kata lain yang identik dengan hujan berikutnya adalah dingin dan HIV. Bukan HIV penyakit melainkan Hasrat Ingin Vivis (B.A.K)

Apa hubungan antara hujan dengan buang air? Ingatlah, apa guna google.

Berkaitan dengan hubungan hujan dan kecenderungan ingin buang air,  pernah di suatu siang mendekati jam pulang sekolah, guru agama saya dengan rajinnya menerobos hujan yang sudah mereda untuk mengajar kami. Btw, guru agama kami menakutkan—bukan menakutkan dalam segi wajah karena ibu ini masih muda, masih gadis. Tapi menakutkan karena jarang tersenyum dan tertawa di kelas. Selalu serius.

Saat beliau mengabsen, mungkin karena bawaan hujan itu, Fagan dan Roman izin pergi ke WC. Ibu itu memperbolehkan dengan syarat, harus bergantian keluarnya. Jadi, Fagan duluan, lalu saat ia kembali baru giliran Roman.

Semuanya berjalan seperti biasa, sampai saat Roman kembali ke kelas, Farroz tiba-tiba mengangkat tangan dan izin ke WC juga. Mungkin ibu ini maklum--apalagi wajah Farroz benar-benar terlihat seperti menahan air yang akan segera mengalir turun-- sehingga ia mengizinkan Farroz.

Lalu saat Farroz kembali, Jordi tiba-tiba berlari sambil teriak, “Bu, izin ke WC!”


Setelah Jordi kembali, Yoga izin dengan melakukan hal yang sama.


Lalu kemudian disusul oleh Wahyu dengan cara yang lagi-lagi sama.



Saat Wahyu kembali, ibu itu sudah tampak kesal. Ia memasang wajah cemberut, lalu bertanya, “ada lagi yang mau ke WC?” sebelum memulai absen kembali.




Diluar dugaan, Aula mengangkat tangan sambil berkata, “iya saya bu, yang mau izin ke WC.”

Dan ibu itu hanya bisa diam karena lelaki pintar itu sudah keluar kelas.




























Sudah, segitu saja.
Sekian, terimagaji.

——————

Btw, selamat libur.
Dari ipa boom, penghuni kelas terujung💣

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

36 - 2 = Boom Squad!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang