Perth Pov
Aku menghela nafas lelah, aku pulang agak lewat dari jam pulang biasa. Aku mengusap wajahku, lelah, sangat lelah. Aku seorang CEO muda di perusahanku sendiri, Tanapon Corp. Usiaku baru 24 tahun. Aku tinggal disebuah apartemen mewah. Aku membuka perusahan ku sendiri dengan bantuan papa ku.
Aku melihat sebuah lukisan yang berada tepat dihadapan sofa didalam kamarku. Aku membelinya dari seorang pelukis terkenal. Saat pertama kali aku melihatnya, aku seperti dihipnotis oleh lukisan tersebut. Aku membelinya dan melihatnya saat aku merasa kelelahan. Tetapi jika dilihat lebih dalam lagi, lukisan itu seperti sebuah gambaran nyata. Aku merasakan bahwa pemuda yang berada di lukisan tersebut benar benar ada didunia nyata.
Saat aku bertanya pada sang pelukis, dia mengatakan bahwa dia sedang melukis sebuah danau, dia terlalu fokus hingga tidak sadar dia melukis seorang pria yang sedang menangis ditepi danau. Dia terkejut, tetapi lukisan itu sepertinya cantik maka dia meneruskan lukisannya.
"Mark, apa kau ingat dimana letakknya danau itu?" soalku. Ya, pelukis terkenal itu adalah sahabat ku sendiri, jika tidak mana mungkin aku mendapatkan lukisan ini, kan?
"tidak, aku sama sekali tidak mengingat dimana letakknya danau itu, kenapa Perth?" ucap Mark. "aku merasakan bahwa pria manis dilukisan itu wujud Mark" ucapku. "gila, hey aku memang menganggapnya nyata tapi tidak mungkin pria didalam lukisan itu wujud Perth" ucap Mark. "tidak salah jika kita mencari, iya kan?" ucapku keluar dari studio nya.
'aku yakin pria itu pasti ada, aku sangat yakin' batinku. Aku melajukan mobil BMW hitamku membelah jalan raya Bangkok.
Perth pov end
"akkkhh....hikss...sakit....hiksss" rintih seorang pria manis didalam sebuah rumah kecil. "hidupku akan lebih baik jika kau tidak lahir jalang!! Kau dan ibumu hanya menyusahkan ku saja!" teriak seorang lelaki paruh baya yang memukul pria manis itu. "ph...hikkss...pho...sakit pho...berhen- akkkh!" belum sempat pria manis itu menyelesaikan ucapannya, pria paruh baya itu menendang perut pria manis itu dengan kuat.
Pria manis itu tidak mampu melawan, dia sudah tidak berdaya. "dengar ya, jika kau tidak juga mempunyai satu pekerjaan di desa ini, aku akan menjualmu disebuah club di Bangkok. Sebulan, cukup kan untukmu mencari pekerjaan di sini?" ucap pria paruh baya itu. Pria manis yang berada dibawahnya itu hanya menangis. Pria paruh baya itu menarik surai coklat pria manis itu.
"akkh!" teriak pria manis itu. "jawab jalang!!" ucap pria paruh baya itu. "i...iya pho" ucap pria manis itu. Pria paruh baya itu melepaskan surai pria manis itu dengan kasar. "baiklah, jadilah anak yang baik, Pete"ucap pria paruh baya itu. Pete menangis sejadi jadinya. "mae....hikkss...sakit mae...hikkss....mae bilang...hikss...suatu hari....hikkss..akan ada pangeran....hiks.... tampan yang akan mengubah hidup Pete.....hikss..mana mae?" lirih Pete. Pete seorang gay, tetapi ibunya tidak marah. Tetapi tidak dengan ayahnya, sejak mengetahui Pete seorang gay, ayah Pete membenci Pete dan selalu memukulnya.
Pete bangun dengan susah payah, berjalan menuju ke kamar nya. Dia merebahkan dirinya dikasur nya. "Pete akan menunggunya mae, pho keterlaluan, badan Pete sakit" lirih Pete lagi lalu terlelap.
.
.
.
.
.
.
.
.Second ff, maybe 😜😜😂😂
Ok, terus ke Tears Behind The Painting 1 👉

KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Behind The Painting (hiatus)
RomancePerth membeli sebuah lukisan yang dilukis oleh seorang pelukis terkenal, lukisan tersebut menampilkan seorang pemuda yang sedang menangis ditepi danau. Perth seperti dihipnotis saat dia melihat lukisan indah itu, tetapi saat ia melihat dengan lebih...