Enjoy~ typo maaf 🌝
.
.
.
.
"hai sayang!""!!!"
.
.
.
"ckk, apa yang kau maukan Bua?" ucap Perth dingin. Bua tersenyum manis menatap kearah Perth. Dia terus masuk kedalam apartemen Perth tanpa disuruh.Bua mengalihkan pandangannya kearah Pete yang dari tadi memerhatikan nya. Bua menatap nya dengan pandangan tidak suka lalu dia mendekat kearah Perth dan memegang lengannya.
"Perth~maid mu ini dari tadi memerhatikan ku. Dia sangat kurang ajar Perth" ucap Bua memalas. Title memutar bola matanya malas. Jika benar Bua adalah adik iparnya nanti, maka jangan salahkan dia jika satu hari dia membunuh wanita itu.
Perth melepaskan pegangan tangan Bua dari lengannya lalu menghampiri Pete yang sedang menunduk dengan hidung nya yang memerah. Dia mengusap belakang Pete pelan. "jangan menangis sayang, abaikan perkataan yang keluar dari wanita itu, abaikan ya" ucap Perth pelan.
Earth yang mendengar satu isakan dari Pete terus mendekatinya lalu memandang tajam kearah Bua. Title tersenyum, istrinya jika sudah rapat dengan seseorang maka akan dia pertahankan separuh nyawanya.
"hey, you! Pete bukan nya maid dirumah ini melainkan calon istri untuk Tuan Tanapon. So you,get lost!" ucap Earth. Dia menenangkan Pete yang masih berusaha keras untuk tidak terisak. Bua terdiam, lidahnya kelu.
Dia teringat dengan ucapan Perth selama ini.
"aku tidak akan menikah dengan sesiapa melainkan dengan pria yang ada dilukisan itu"
'apa mungkin?' Bua menatap kearah Pete dengan tatapan sengit. "kau!" ucapnya lalu mendekatinya, berusaha untuk memukulnya. Bua dengan kuat menolak Pete hingga kepalanya terbentur dinding dan mengeluarkan suara yang cukup kuat. Pete meringis sambil memegang kepalanya yang terasa pening. Earth dan Perth dengan cepat menahan Bua yang hendak menghajar Pete lagi.
"STOP!" suara tegas dari Perth dan Title membuat semua orang yang berada diruangan itu terdiam. Memang dua beradik ini terkenal sangat tegas dan keputusan mereka pasti muktamad. Jika kau berani membantah maka siap siap lah untuk kehilangan pekerjaan mu atau bahkan nyawamu. Title tidak tahan melihat Pete dengan cepat menghampiri.
"Perth! Dia kesakitan!" ucap Title saat melihat Pete meringis. Kepalanya terasa pening. Perth dengan cepat menghampiri Pete. Dia mengusap surai coklat milik Pete lalu meniupnya. Dia memberikan tatapan tajam kearah Bua membuat nyali nya sedikit terciut.
"Get out!!" bentak Perth lalu dengan cepat dia mengangkat tubuh ramping Pete dan membawanya kedalam kamar. Bua ingin menyusul Perth tapi dengan cepat ditahan oleh Title. Title memberikan tatapan maut pada Bua hingga dia sedikit ketakutan.
"anda sudah mendengar keputusan adikku kan? Pergi dari sini atau anda boleh tetap disini tetapi hanya badan tanpa roh" ucap Title dingin lalu mengiringnya untuk keluar. Bua menghentak hentakkan kakinya saat dia berjalan keluar.
Blamm!
Pintu ditutup kasar oleh Title. Bua hanya terdiam menatap pintu itu dengan pandangan sebal. "jika bukan karena hartamu, aku tidak akan merayu padamu seperti ini. Dasar gay sialan!" ucap Bua lalu pergi dari sana.
.
.
.
.
.
.
Perth dengan pelan meletakkan tubuh ramping Pete diatas kasur. Pete masih memegang kepalanya yang sakit."apa masih sakit, sayang?" ucap Perth khawatir. Pete tersenyum. "tidak lagi, phi" ucap Pete. Perth mengecup bibir Pete singkat.
"maaf sayang" ucap Perth. Dia mengusap usap kepala Pete. Pete memiringkan kepalanya bingung.
"kenapa meminta maaf? Ini bukan salah P'Perth" ucap Pete tersenyum lalu Perth juga ikut tersenyum.
Ting.. Tong...
"tidurlah" ucap Perth. Dia mengecup dahi Pete lalu keluar dari kamar. Pete tersenyum manis lalu memejamkan matanya.
.
.
.
.
.
.
Title membuka pintu utama dan seulas wajah khawatir dari Mark dan Gun membuat Title bingung."dimana Perth?" ucap Mark. Belum sempat Title berkata Perth dengan cepat memotong. "Pete ada didalam, masuklah" ucap Perth lalu Mark dan Gun terus masuk kedalam tanpa menghiraukan tatapan bingung dari Title.
Perth yang paham akan raut wajah Title dengan cepat menepuk bahu phi nya itu. "Mark adalah Phi pada Pete, P'Tle." ucap Perth singkat lalu masuk kedalam kamar. Title menggeleng lalu menutup pintu utama. Dia menghampiri Earth yang masih sibuk membersihkan meja makan.
"let me help you" ucap Title lalu membantu Earth.
.
.
.
.
.
"maafkan aku, kawan. Aku tidak menjaga nya dengan baik" sesal Perth. Mark membelalakan matanya. "kenapa? Apa yang terjadi? Nongku kenapa? Jawab Perth!" ucap Mark. Gun mengelus bahu Mark pelan.Perth menghela nafas panjang lalu berkata, "Bua datang kesini. Dia mengetahui bahwa Pete adalah calon istriku dan dia mengamuk. Dia menolak Pete hingga kepalanya terbentur dinding" ucap Perth. Mark mengepal kan tangannya.
Tidak, dia tidak marah pada Perth. Dia marah pada Bua. "sialan!" ucap Mark.
Perlahan mata Pete terbuka saat mendengar suara obrolan. Dia membuka matanya dan dia melihat kearah phi-nya yang tidak menatap kearahnya melainkan sedang mengelamun. Gun yang menyadari Pete telah sadar dengan cepat menepuk bahu Mark. Mark tersadar dari lamunan nya dan melihat kearah Pete.
"Pete, kamu tidak apa apa, nong?" ucap Mark lalu mengelus pelan surai coklat nya. Perth dengan cepat menghampiri kasur itu. Mark dan Gun duduk diatas kasur dan Perth berdiri. Pete menangis saat melihat phi nya. Dia memeluk Mark dengan erat.
"hiks...pho jahat, phi...dia menjualku..hiks hiks...untung ada P'Perth disana...hikss....kalau tidak.. Pasti aku akan..hiks.. Hikss...huwaaa" Pete menumpahkan segala rasa pada Mark. Mark hanya mampu mengepal kan tangannya dan satu lagi tangannya mengelus surai coklat Pete.
Setelah Pete sudah tenang, Mark kembali menyuruh Pete untuk berbaring dan Pete hanya menurut. Perth naik keatas kasur lalu menggengam jari lentik Pete.
"phi akan berbicara dengan pho. Apapun keputusan phi, Pete harus mengikuti nya" ucap Mark tegas. Pete ingin membantahkan tapi dipotong oleh Gun.
"N'Pete, dengarkan phi mu na. Phi tidak mahu kau kesakitan lagi" ucap Gun memelas. Pada akhirnya Pete hanya diam dan mengangguk mengiyakan ucapan phi nya.
"kami pergi dulu, Perth. Aku harus menyelesaikan masalah ini secepatnya. Jaga nong ku dengan baik" ucap Mark datar. Perth hanya mengangguk tidak ingin berbicara lebih karena dia tahu Mark sedang marah.
"phi pergi dulu, nong" ucap Mark tersenyum pada Pete lalu keluar dari kamar itu disusul Gun dan Perth. "jika ada apa apa beritahu padaku" ucap Perth saat mereka didepan pintu utama. Mark mengangguk lalu menarik tangan Gun. Perth menghela nafas panjang saat melihat pasangan MarkGun semakin menghilang.
Title menepuk pelan pundak Perth berusaha menenangkan nya. Perth tersenyum miring. "ma mengajak kita makan malam dirumah. Ma juga ingin kau membawa calon menantunya. " ucap Title. Perth mengangguk.
Perth masuk kedalam kamar lalu memberitahu Pete. Awalnya Pete menolak tetapi selepas dibujuk oleh Perth, Pete hanya bisa pasrah. Perth mempersiapkan semuanya.
.
.
.
.
.
.
.
TbcTunggu selanjutnya na~😁😁sila abaikan omongan gw sebelumnya 🙏🙏
![](https://img.wattpad.com/cover/208953033-288-k652089.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Behind The Painting (hiatus)
RomancePerth membeli sebuah lukisan yang dilukis oleh seorang pelukis terkenal, lukisan tersebut menampilkan seorang pemuda yang sedang menangis ditepi danau. Perth seperti dihipnotis saat dia melihat lukisan indah itu, tetapi saat ia melihat dengan lebih...