1

92 10 1
                                    

"Ni Hao" ujar seorang lelaki yang membuyarkan lamunanku

"Ck, kau mengagetkan ku" ujar ku pada lelaki yang ku yakini adalah salah satu mahasiswa FIB, ya karena saat ini aku sedang melamun di taman dekat Fakultas Ilmu Budaya

"Kau selalu melamun di taman dekat gedung fakultas ku, ada masalah dengan mu?" Tanyanya sambil menenteng sebuah map

"Kau memata-matai ku atau bagaimana?" Tanya ku balik sambil menatap kedua manik indah lelaki FIB yang berdiri tepat dihadapan ku saat ini

"Ini kan taman dekat gedung fakultas ku bodoh, jadi secara tak langsung aku melihat mu setiap kali aku keluar atau masuk gedung fakultas" ujarnya kesal

Aku yang posisinya sebagai lawan bicaranya hanya tersenyum simpul melihat lelaki dihadapan ku saat ini, ya lelaki berpostur tinggi dan tegap serta gagah dan netra matanya yang indah ini sejenak mengambil alih pikiran sehat ku

"Sepertinya akan sangat menyenangkan jika aku bisa menjadi submissivenya" batin ku

Aku melamun sembari melihat salah satu ciptaan Tuhan yang terukir dengan amat indah pada lelaki yang berada dihadapan ku saat ini

Lamunan ku pun buyar saat lelaki FIB ini menepuk bahu ku

"Hei mengapa menatap ku sangat dalam?" Tanyanya

"Aku menatap langit yang berada diatas mu, lihat lah langit siang ini amat indah" ucap ku yang mencoba mengalihkan pembicaraannya

"Oh aku pikir, jadi siapa nama mu? Kita belum berkenalan sama sekali sedari tadi" ujarnya

"Eh aku? Aku Hendery Wang, kau bisa memanggilku Hendery" ujar ku sembari berdiri, ya menyamakan diriku dengan dirinya

"Aku Qian Kun, kau bisa memanggilku Kun. Omong-omong kau fakultas apa?" Ujarnya memperkenalkan diri lalu bertanya

"Bagaimana jika sambil berjalan ke kantin? Jujur aku lapar" tawar ku yang dibalas anggukan olehnya

"Aku Hendery dari fakultas teknik dan aku mengambil prodi teknik mesin, kau prodi apa?" Tanya ku pada Kun sembari berjalan

"Aku mengambil bahasa dan sastra Inggris" jawabnya yang fokus dengan jalan tanpa menoleh ku sama sekali

Akhirnya keheningan menyelimuti kami berdua, aku yang sama sekali tak berbicara dengannya malahan berbicara dengan teman sefakultas ku, Mark melalui aplikasi WhatsApp

"Jadi kau mau makan di kantin mana, Hendery?" Tanya Kun yang membuyarkan hawa hening diantara kami

"Aku rasa aku berubah pikiran setelah melihat gerbang kampus, bagaimana jika kita makan bakso di sebrang kampus?" Tanya ku sembari memasukkan ponsel ke saku celana ku, Kun mengiyakan ajakan ku dan kami langsung berjalan ke warung bakso yang berada di sebrang kampus

Saat sampai aku langsung memesan begitu juga Kun, aku langsung mencari tempat duduk dan mencoba menghangatkan tubuhku. Suhu udara sangat dingin siang ini di kota Malang dan sialnya aku tidak membawa jaket atau almamater ku. Aku langsung menggosok kedua telapak tanganku tapi itu sama sekali tak membuat ku merasa hangat, malah semakin dingin. Saat aku berusaha keras menghangatkan tubuhku, aku merasa bahwa ada sesuatu yang menempel disekitar bahu ku dan saat aku lihat itu adalah almamater, namun siapa yang memakaikannya?

"Pakailah kau lebih membutuhkan itu daripada aku" ujar Kun sembari tersenyum padaku, aku hanya memperhatikannya yang sedang duduk sambil bermain ponsel disebelah ku

Makanan yang kami pesan tadi sudah datang bersamaan dengan hujan yang turun amat deras disertai kilat dan juga gemuruh, aku makin merasa kedinginan meski aku memakan makanan panas, ya aku sedang agak sakit sekarang makanya aku sering merasa kedinginan.

Tubuhku sedikit menggigil dan bibir ku bergetar menandakan aku kedinginan, Kun yang menyadari bahwa aku kedinginan langsung memelukku

"Tubuh mu panas, kau demam?" Tanyanya

"Tadi pagi hanya sedikit pusing dan badan ku hangat" ujar ku

"Kau demam bodoh, jika kau memberitahu aku akan membawa mu ke ruang kesehatan tadi" ucapnya dengan suara baritonnya

"Tidak aku tidak mau, aku benci bau obat-obatan" ucapku

"Jika begitu biar nanti aku yang merawatmu, Hen" katanya

"Tidak usah, aku hanya merepotkan mu nantinya. Lagipula mama ku sedang keluar kota, kakak-kakak ku pasti sedang keluar dan aku lupa membawa kunci rumah" balas ku

"Jika begitu aku akan membawa mu ke rumah ku dan merawat mu disana" ujarnya

"Tapi ak–" kata ku yang terpotong oleh ucapannya

"Aku tak menerima penolakan dari mu manis" ujar Kun sambil mengecup pipiku sejenak

Aku langsung memandang Kun sebal

"Apa-apaan dia" batin ku

Serius?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang