Matahari kembali muncul, menimbulkan sedikit semburat cahaya untuk menerangi bumi bagian tersebut secara perlahan sesuai berjalannya waktu. Cepat sekali, rasa-rasanya baru beberapa menit Atsushi terlelap di kasur empuk asrama miliknya.
Ia telah menghafal sedikit bagian-bagian yang ada di asrama setelah berkeliling dengan Kunikida kemarin. Jadi, tidak masalah baginya untuk berjalan sendirian tanpa takut tersesat.
Atsushi bangun, bersiap untuk memulai hari pertama ia aktif dalam kegiatan di asrama. Memakai seragam khusus akademi, Atsushi berjalan menuju gedung sekolah yang berada beberapa meter dari gedung asrama. Sejenak, ia menatap kearah pembatas. Ada banyak pertanyaan memenuhi pikirannya. Namun, hanya dua hal yang lebih ingin ia ketahui. Siapa yang ia lihat saat pertama kali menginjakkan kaki disini? Apa yang akan terjadi jika ia masuk ke asrama Mafia?
"Satu hal yang perlu kau perhatikan adalah, jangan melewati pembatas. Kau tidak akan mau mencoba berada di asrama Mafia."
Perkataan Dazai saat itu malah membuatnya semakin memiliki tanda tanya besar yang hinggap di atas kepalanya.
Kakinya berjalan kearah pembatas tanpa perintah. Ia hampir saja masuk kedalam bagian Mafia jika tidak ada yang menarik tangannya sehingga membuat laki-laki bersurai perak itu menjauh dari pembatas.
"Ku-Kunikida-san?" Atsushi sedikit mendongak, lalu menunduk ketika Kunikida menatapnya dengan setajam silet.
"Apa yang kau lakukan, Atsushi?"
"E-etto ... maaf. Aku tidak sengaja berjalan kearah pembatas." Atsushi kembali menunduk, takut sang pria berkacamata itu murka.
"Ohayou, Atsushi-kun dan Kunikida-kun~" Dazai tiba-tiba saja datang menghampiri mereka berdua. Mata merah, bekas air liur di sudut bibirnya, serta rambutnya yang acak-acakan membuatnya terlihat jelas bahwa ia belum bersih-bersih diri. "Ada apa ini? Sepertinya seru."
Kunikida menjitak kepala Dazai hingga menimbulkan suara. "Matamu yang seru. Kenapa belum siap-siap? Kelas dimulai beberapa menit lagi tahu!"
"Ah, memangnya iya, ya~?" Dazai menguap, menganggap ocehan Kunikida sebagai angin lalu. Dan untuk kesekian kalinya, pria berkacamata itu mengguncang-guncangkan Dazai dengan kencang.
"Em ...." Dan untuk kesekian kalinya pula, hawa keberadaan Atsushi kembali menipis.
"Ayo ke akademi. Kita tinggalkan Dazai disini," ucap Kunikida yang dengan betahnya menggenggam erat kerah leher Dazai, yang si pemilik kerah langsung menatap seperti berkata apa-apaan-itu-Kunikida-kun.
Atsushi menghela nafas, lalu menatap Dazai yang kerahnya masih dicekik Kunikida sambil berjalan lebih dulu menuju akademi, meninggalkan ia sendiri. Ia takut tidak dapat bertahan lebih lama disini dengan penghuni yang seperti mereka berdua.
Yah, semoga saja.
***
"Hajimemashite, watashi wa Atsushi Nakajima desu."
Kakinya melangkah maju, duduk di meja ketiga di barisan kedua dari kanan. Orang-orang disini ramah, Atsushi langsung disambut hangat ketika ia pertama kali menginjakkan kaki di lantai kelas.
Suasana yang sedari dulu ia inginkan. Sedari kecil ia idamkan. Begitu banyak kejadian menyakitkan yang menyayat hatinya. Atsushi pikir akan mustahil untuknya melihat secercah cahaya kehidupan. Namun, untuk kali ini, sepertinya Tuhan berada di sisinya.
Desir jantungnya berubah menjadi cepat ketika seseorang mengejutkannya dari belakang. Atsushi menoleh sebagai refleks. Iris matanya menangkap siswa berambut oranye dengan jaket merah yang diikat di pinggang tengah tersenyum padanya disertai jari yang dibentuk huruf V.
"Aku Tanizaki Juunichirou, yoroshiku ne, Atsushi-kun!"
"Y-yoroshiku." Atsushi tersenyum, berusaha terlihat ramah, tentu saja. Walau jantungnya masih belum bisa dikontrol menjadi normal kembali.
"Kau ini pendiam, ya?"
"Yah ... kurang lebih." Ah, bahkan Atsushi tidak mengenal dirinya sendiri. Ia terlalu lama mendekam didalam ruangan gelap, tanpa mengetahui siapa jati dirinya. Jadi, seharusnya ia sangat bersyukur karena dapat keluar dari tempat penuh siksa itu.
"Semoga kita dapat menjadi teman baik, ya!" Tanizaki tersenyum, menatap Atsushi penuh makna.
Untuk kedua kalinya, mungkin Tuhan benar-benar berada di sisinya, memperkenalkan Tanizaki menjadi temannya adalah suatu anugerah untuk dirinya seorang. Kenapa? Karena Atsushi ingin seseorang yang dapat menemani nya dengan penuh hangat.
Atsushi tersenyum. Tersenyum lebar. Mengucapkan terimakasih kepada-Nya mungkin tidak akan cukup. Ini adalah sebuah hari yang membahagiakan untuk dirinya. "Ya, Tanizaki-san!"
***
Bunyi nyaring berdenting kencang, membuat para siswa langsung berhamburan keluar kelas dan menuju kantin untuk mengisi perut mereka.
Atsushi ada disana bersama dengan Tanizaki. Menyuap sesendok bakso kedalam mulut, Tanizaki memulai obrolan. Selain suara dentingan antara mangkuk dengan sendok, canda tawa juga mengiringi makan siang mereka.
Mata Atsushi tiba-tiba saja meleset kearah seorang siswa yang berpakaian serba hitam tengah menatapnya tajam. Melihatnya, tanda tanya besar kembali hinggap di kepalanya. Siapa dia? Ketika pertama kali masuk ke asrama pun ia sudah melihat wajah itu.
"Tanizaki-san ...." Kepala Atsushi menatap ke luar jendela, sedangkan jari nya menunjuk siswa misterius itu.
"Hm?"
"... Kau tahu dia siapa?"
Tanizaki ikut menengok kearah yang ditunjuk oleh jari telunjuk Atsushi. "Siapa yang kau maksud?"
Mendengar itu, Atsushi ikut menoleh kembali, melihat siswa tersebut. "Itu- lho? Hilang?"
"Kenapa, Atsushi-kun?"
"Apa kau kenal dengan siswa yang berpakaian hitam? Setauku ia bagian dari Port Mafia."
Uhuk!
Tanizaki tersedak bakso yang baru saja ia suap kedalam mulut. Tetapi, Atsushi berpikir Tanizaki batuk seperti itu karna hal lain. "Kau tidak apa-apa?"
"Kenapa kau bertanya tentang Port Mafia? Ku yakin kau tidak akan mau berhadapan dengan mereka." Setelah meminum minumannya, Tanizaki lantas mengalihkan pembicaraan dengan langsung pada to the point, "Terakhir kali para siswa Armed Detective Agency membuat sedikit kekacauan di daerah Port Mafia, pemilik daerah tersebut tidak terima, sehingga melawan kami sampai banyak yang terluka. Jika tidak ada Dazai-senpai, mungkin kami akan tewas seketika."
"Dazai-san? Ia melawan siapa?"
"Namanya Chuuya. Dapat diberikan gelar sebagai sahabat ataupun musuhnya."
"Lalu? Yang berpakaian hitam itu siapa?"
"Ia Akutagawa. Alisnya yang tidak tumbuh membuat orang-orang ingin tertawa, termasuk aku. Perlu diingat, jika sudah mengamuk, Akutagawa bisa jadi berbahaya. Kau harus hati-hati, Atsushi-kun."
-To be continue-
***
Selamat malam!
Maaf karena keterlambatan update. Semoga suka~Untuk chap 3 akan di publish di akun SyieraAquila ya. Nanti akan ada informasi lagi.
Ditunggu~ (•﹏•*)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate and Destiny
FanficTakdirnya berubah ketika kakinya tidak diizinkan masuk kedalam panti. Ia bertemu dengan pria berperban itu, dan yang kebetulan atau entah bagaimana, ikut dipertemukan dengan rivalnya. Atsushi, laki-laki bersurai perak itu masuk ke The Gifted Academy...