Sebut saja waktu itu adalah segalanya, tak bisa diputar kembali atau mempercepat masa depan. Tapi, lihatlah kita hanya bisa memanipulasinya melalui ruang dan waktu.
~~~
Di sebuah ruangan gelap minim cahaya, menyisakan kesunyian dan suara hewan malam. Suara mesin kesehatan itu kini menggema di sebuah ruangan. Hanya ada sosok perempuan yang terbaring lemah tak berdaya. Segala macam alat penunjang kehidupan itu melekat dengan sempurna. Hanya menunggu waktu saja jika sang perempuan akan kembali kepada-Nya.
"Bagaimana ini seluruh organnya tidak berfungsi lagi? Apa yang harus kita lakukan? Apa kita lepas saja alat penunjang ini," saran salah satu anak buah profesor itu.
"Jangan kita hanya menunggu waktu saja. Toh ini sudah sering kali terjadi, jadi kita hanya perlu mengawasi dan menjaganya. Selebihnya itu adalah urusan profesor, kita hanya bisa membantu hanya sampai di sini."
"Tapi bagaimana jika profesor tidak kembali? Bukankah dia sudah enam bulan berada di Singapore, bahkan beritanya saja kita tidak mendengar sama sekali,"
"Aku juga tidak tahu lebih baik kita berdoa saja. Semoga semua ini akan baik-baik saja. Jadi aku sarankan apa pun yang terjadi kita tidak berhak menyentuh alat penunjang itu,"
"Baik aku akan melaksanakan saranmu, sobat."
***
Ruangan itu atau lebih tepatnya adalah sebuah tempat rahasia, menyimpan segala teknologi modern dan juga teknologi tradisional. Bahkan teknologi memanipulasi ruang dan waktu. Mengaitkan semua perasaan yang ada di dunia ini.
Robot-robot itu berjalan dan membersihkan setiap sudut ruangan layaknya seorang manusia. Entah mengapa dalam ruangan ini tugas manusia diambil alih oleh robot ciptaan Profesor jenius.
Entah di mana, profesor itu tidak menampakan batang hidungnya hingga sekarang. Tidak ada yang tahu apa yang sedang dikerjakan oleh sang pencipta robotik jenius itu.
Tit....
Bunyi alaram tanda bahaya itu kembali terdengar. Semua penghuni berbondong-bondong menuju salah satu ruangan steril itu. Raut wajah mereka sangat panik dan gelisah melihat alat mesin kesehatan itu berhenti. Tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Bahkan wajah mereka tampak sedih melihat orang tercinta profesor itu tidak lagi menghembuskan nafasnya.
"Apa yang harus kita lakukan? Bagaimana ini jantungnya berhenti mendadak. Apa kita harus kembali menyuntikan obat yang disarankan oleh profesor?"
"Tidak perlu kita tidak bisa melanggar kode etik yang diberikan profesor. Kita harus percaya apa yang dikatakan profesor."
"Tapi bukankah ini tidak mungkin? Lihat saja perempuan itu tak lagi bernafas, tapi buat apa lagi alat penunjang kehidupan itu. Waktu dia pulih saja tidak memungkinkan lagi apalagi sadar dari tidur panjangnya,"
"Kita tidak boleh meremehkan profesor, profesor itu adalah orang terjenius dari jenius. Bukankah kita bisa hidup karena bantuan profesor? Jadi tidak mungkin ucapan profesor itu adalah bualan semata,"
"Lalu kita harus apa? Membiarkan dia yang tak bernafas itu tetap kembali seperti semula?"
"Iya. Sebaiknya kita harus menjaga suhu ruangan ini tetap aman terkendali. Semoga saja mahluk mikroorganisme tidak menyentuh tubuh lemah itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
86.400 detik
General FictionBagaimana jadinya kita diberikan kesempatan untuk hidup hanya satu hari. Kita harus bisa menyelesaikan misi untuk mencari cinta sejati diberbagai negeri, tapi ternyata itu tidak semudah bayangan. "Aku mencintaimu, maukah kamu menjadi kekasihku hingg...