Daun mapel berjatuhan di tanah kering, menyambut penuh ria saat sang bayu menghempaskannya ke titik terbawah. Kini telah usai waktu kemarin, saatnya kita bangkit dari kesialan yang datang menghampiri kemudian berganti dengan yang baru.
¤ Dua kata diawal akan terbalik jika sesuatu menukarnya! Seperti halnya beberapa digit angka menjadi angka keberuntunganmu.
***
"Silahkan masuk ... dan pesanlah beberapa permen cokelat," sosok pria tampan dengan mata birunya beserta hidung mancung, berbadan tegap dan tak lupa rambut pirangnya yang menjuntai hingga bagian leher paling bawah. Kini dia sedang melayani pelanggan lokal maupun turis asing. Badan tegapnya itu terpasang sebuah arpon berwarna pink dengan motif daun mapel yang sudah tua.
Tampak terlihat sangat tampan ketika mata itu tersenyum hingga terlihat sebuah garis sejajar. Bibir kemerahannya sangat seksi tanpa adanya sedikit warna hitam, dia bukanlah seorang pecandu rokok yang telah menjadi legenda di beberapa negara.
Kafe cinta! Itu adalah di mana tempat dia bekerja, sebenarnya sih bukan bekerja, melainkan itu adalah menjadi hobinya ketika waktu dia kosong saat tidak bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak dibidang otomotif. Jadi wajar saja jika tubuhnya itu sangat sempurna di mata para kaum wanita.
"Apa di sini ada permen mapel? Kudengar kafe ini mempunyai perbedaan di antara kafe lain. Hm... apakah itu benar?" tanya wanita gendut dengan tas punggungnya. Tak lupa sebuah kamera mahal yang menggantung di lehernya.
"Welcomes to my cafe love, mis. Iya itu memang benar, tapi kafe ini sudah kehabisan permen mapel dari 3 jam yang lalu." jawab pria tampan yang menjabat sebagai pelayan kafe. Sebenarnya kafe cinta ini adalah miliknya sendiri, hasil dari ulangtahunnya yang ke 18 tahun, saat masih duduk dibangku terakhir di Senior High School's.
"Jadi aku telat datang kemari? Apakah tidak ada lagi barang kali satu biji? Sungguh aku ingin mencicipi permen legenda itu. Katanya sih, permen itu sangat enak menimbulkan sensani seperti mint saat telah sampai di lidah."
"Tapi sayangnya 2 hari ke depan kafe ini tidak akan memproduksi permen mapel. Karena---"
"Apa!! Kau tidak mau menjualnya padaku? Apa karena tubuhku yang gendut! Atau mukaku yang sangat buruk rupa? "
"Bukan itu!" Sangkal pria pemilik Cafe Love. Tangan kanannya mengibaskan tanda tak setuju, saat wanita itu melemparkan protes tentang ketidak layakan jika ia memakan permen mapel. "Sebenarnya kami memang telah kehabisan permen mapel, dikarenakan kami membutuhkan getah pohon mapeĺ untuk mengolahnya." Jelas pemilik cafe.
Kedua tangan wanita itu melipat di depan dadanya, netranya memicing curiga jika saja pemilik kafe itu tetap tidak mau menjual permen legendarisnya. Ia sangat tertarik tentang permen mapel yang dilihatnya dalam sebuah brosur di kota ini. Permen yang berwana merah menyala layaknya delima itu mampu menghipnotis matanya. Sungguh dengan melihatnya mampu mengeluarkan air liur yang menetes deras.
"Lantas bagiamana aku bisa mendapatkan permen itu? Jika saja permen yang aku cari tidak ada," tanya wanita gendut itu, yang tak lain adalah Virly. "Bukankah tadi kamu bilang selama 2 hari ke depan tidak akan memproduksinya, jadi tepat 1 hari setelahnya cafe ini akan kembali memproduksinya, bukan?"jelasnya seketika ia menarik hipotesis dengan akurat.
"Tentu, tapi kami sekarang akan break. Sebaiknya silahkan anda kembali ke tempat penginapan."
Pemilik kafe itu menyuruh semua karyawannya pergi dan beristirahat di kediaman masing-masing. Sembari tangannya cekatan membersihkan sisa noda yang menempel di meja. Lalu dia kembali meletakan bunga hidup di semua meja, menjadikannya sebagai pengharum alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
86.400 detik
General FictionBagaimana jadinya kita diberikan kesempatan untuk hidup hanya satu hari. Kita harus bisa menyelesaikan misi untuk mencari cinta sejati diberbagai negeri, tapi ternyata itu tidak semudah bayangan. "Aku mencintaimu, maukah kamu menjadi kekasihku hingg...