2016 awal dari segalanya🌧

9 1 0
                                    

Pagi ini sang kuasa tampak ramah sambil menebarkan berkahnya melalui butiran2 air langit yang turun secara lembut, cukup membuat jalanan bandung seperti menangis diatas aspal.

Seperti biasa 15 menit ....km. ialah asupan paginya, olahraga bagi vero ialah prioritas utama. Gerimis pagi ini bukan menjadi penghalang vero untuk tidak melatih kebugarannya. Keringat yang bercucuran kini bercampur dengan air hujan membasahi sekujur tubuh gadis belia itu. Setiap langkah ada target yang harus ia capai. Speed ialah kunci dari target di setiap putaran.

fisik, pikiran, insting, dan tehnik ia mainkan, genangan air di tanah yang berongga meloncat kesana kemari akibat pijakan keras gadis itu. Langkah dan ayunan kakinya semakin cepat dan cepat membelah angin, melawan petir ,dan menantang hujan. Sesekali ia lirik jam tangannya waktu menandakan 1 menit tersisa, disela sela langkahnya ia atur napas dan kecepatan,

Oke dikit lagi... lo pasti bisa ver , c'mon
Batinnya,

30 detik tersisa
Ia terus berlari memperpanjang langkah menyelaraskan ayunan tangannya mengatur nafas..
5 dtk

4dtk

3dtk

2dtk

1dtk BEEPPPP.. BEE-(alarm)

CIIITTTTTTT.............🚘

BRUAAHHKKKK........🔥

dengan langkah setengah berlari dokter memerintahkan para staf untuk mempersiapkan ruang penanganan.

Pagi ini atsmosfer yang terasa sunyi dirumah sakit itu, terpecah karena kehebohan yang tidak disangka2 datangnya.

Dokter dan para perawat mendorong kasur yang diatasnya kini telah terkapar tubuh seorang gadis dengan darah yang bercucur di area kepala dan leher, jaket parasut transparan yg ia kenakan kini seperti plastik bening berisikan daging mentah.

disamping sana ada seorang wanita paruh baya yang wajahnya terlihat amat sangat memerah tak kuasa menahan tangis dan air mata, tangannya kini ikut berdarah tetapi tak terluka, langkah kakinya ia seret dengan paksa, walau ia tahu tubuh nya kini tinggal setengah nyawa.

ia terus berteriak teriak layaknya orang gila memanggil nama puteri kecilnya, harapan, dan pahlawan di hatinya, yang selama ini ia jaga dan rawat 15tahun lamanya dengan penuh kasih dan sayang.

Sang ayah berusaha menahan tangis dan amarah Mega, isteri tercintanya. Raungan demi raungan berhasil memecah suasana pagi di dalam rumah sakit ini, tak kuasa menahan tangis Mega ibu vero berusaha keras membungkam mulutnya tidak percaya akan semua ini.

"Veroo verooo... sayang bangun nak ini bundaaa veroooo!!.. VEROOO!!!!"

"VEROO JANGAN TINGGALIN BUNDA SAYANG!! KAMU HARUS KUAT OKEYY... VEROO VEROO!!!!....."

"Mohon maaf buk ini batas pengantar dan pasien, saya mohon ibuk tenang dan percayakan ini kepada dokter, agar proses oprasi berjalan dengan lancar, sehingga pasien dapat melewati masa masa kritisnya "
Hadang salah satu pegawai rumah sakit tersebut dengan posisi tangan menahan area sekitar dada wanita paruhbaya yang terus meronta ronta sambil kebingungan. Dokter dan beberapa perawat lainnya cepat bergegas menuju ruang UGD.

"BUNDA... BUNDAA.. tenang okay?! Vero gaakan kenapa napa, kamu tenang, ini semua udah takdir dari yg maha kuasa, kita sekarang cuman bisa berdoa"
ucapan Hadi berhasil menenangkan tangisan istrinya, pria gagah itu kini masih berpakaian dinas merangkul pundak sang isteri dan mengajaknya duduk di samping ruang UGD, hadi melepas pet kehormatan berwarna putih dan meletakkan di samping nya.

30 menit berlalu... tangan hadi masih setia membelai pundak sang istri yang kini masih tersedu sedu, dengan wajahnya yang sembab dan sedikit memerah.

JEEGREEKKKKKKK🧤🥼

dengan sigap ayah dan bunda vero langsung bangkit dari duduknya..
"Dok!.. bagaimana?! Bagaimana keadaan anak saya dok?!!.."

Sambil melepas masker yang ia dikenakan dokter dengan sigap menjawab sambil tersenyum..

"Emmm.... alhamdulillah operasinya berjalan dengan lancar, tidak ada patah
tulang yg mengakibatkan cacat atau cedera, sehingga adik vero tetap bisa maju ke pertandingan minggu depan, untungnya anak ibu sendiri adalah atlet sehingga waktu pemulihannya akan lebih cepat. "

Hembusan napas kasar terlintas begitu saja, refleks membuat tangan menyentuh dada pertanda perasaannya kini mulai lega, Seketika itu juga rasa sesak dihati Mega seketika hanyut prrlahan dan menghilang entah kmana.

"Terimakasih banyak ya dok..."

"Iya sama sama. Sudah kewajiban saya sebagai dokter memberikan pelayanan yg terbaik untuk pasien. Kami sudah berusaha sekuat yang kami bisa pak, bu. Tetapi.."

Hembusan napas kecil terlintas begitu saja. Raut wajah dokter arnold seketika berubah. Dia berusaha mengatakan sesuatu yang mungkin dapat menampar keluarga kecil itu.

"Maaf.." secepat kilat mata kedua suami istri itu menangkap kata kata yang mungkin terdengar ambigu saat ini.

"Terjadi pembengkakan di area kerongkongan putri bapak dan ibu menyebabkan pendarahan yang mungkin jika tidak kami tindak lanjuti akan menyebabkan kematian, jalan satu satunya ialah kita mengambil pita suara puteri ibu. Kami sudah berusaha semampu yang kami bisa, kemungkinan besar puteri ibu tidak dapat berbicara."

Air mata yang surut kini kembali pasang dimata mega, tangisnya memecah keheningan dipagi hari kala itu. kehancuran ikut berlabuh diwaktu senja melanda mata indahnya. kaki serasa lemas tak mampu lagi menopang tubuh yang jenjang, raganya melayang merasakan tamparan batin yg kian terulang, seketika itu dekapan tangan yang mengalung di kedua pundak wanita itu mengencang seketika, meremas perlahan, mengatakan bahwa disampingnya ada pria yang siap menjadi sandaran semua pilu dan dukanya.

Hadi merasakan tubuh istrinya yang kian melemah ini langsung ia dekap erat, memutarnya perlahan dan mendorong masuk kedalam dekapan, hangat menyeruak didalam sukma pria paruh baya itu, sebisa mungkin ia tahan semua rasa kecewa, takut, dan sesal, semata mata agar terlihat kuat dan tak menambah beban wanita tercintanya ini. Biar kan dada ini menjadi labuhan rasa sendu, hampa, pilu dan hancur saat ini.

Tangannya tak berhenti sekalipun menepuk nepuk pundak Mega yang kini naik turun dengan irama yang tak stabil, raungan demi raungan ia teriakkan didalam dekapan sang suami.

Tabah.. iya,
mungkin itu yang bisa kedua suami istri lakukan saat ini. Mereka putus asa? Apakah tuhan adil ? Mendatangkan rasa syukur dan rasa hancur bersamaan saat ini?...

Kini hujan menari nari dengan riang diatas gedung putih ini, besenda gurau diatas tangisan kami, menebarkan pilu dan sendu yang menusuk sampai ke urat nadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

pathetic sloshyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang