Semesta 4, Sequence 1

6 0 0
                                    

Suasana pagi di negara ini memang tak sehangat di Indonesia. Mungkin karena di sini aku sendiri. Meski sebenarnya tak seutuhnya sendiri. Yang katanya budaya orang timur itu sudah lama memudar dari darahku. Sudah bertahun-tahun aku di sini. Mencoba bertahan dengan apa yang ada dan berusaha menjauh dari yang namanya rumah tapi penuh kekangan seperti penjara itu.

"Morning Honey?" suara sesosok laki-laki membangunkanku.

"Morning too, Hon!" jawabku sembari tersenyum tanda terima kasihku untuk kecupannya di keningku.

"Mau sarapan apa pagi ini?" tanyanya sembari menambah erat pelukannya.

"Surprise me!" jawabku.

Dia hanya membalas dengan senyuman dari balik punggungku. Ya, dialah lelaki yang kuanggap menemukanku dalam keterpurukan. Dalam dinginnya kesendirian. Dalam ketidaktahuan akan kemana langkahku menuju. Dia adalah Andrew. Lelaki dari negara yang sama denganku, namun sudah mendahuluiku tinggal di negeri dimana Hitler pernah lahir menyebarkan kekejaman ini. Tetapi justru aku menemukan cinta darinya. Menemukan kisah yang sama. Menemukan sepotong hati yang dirasa tepat bersatu dengan sepotong hati milikku.

"Ah, malah tidur lagi, nanti kamu kesiangan lho," balasku untuk membangunkannya.

"Two hours is enough to make a breakfast for us, to take a bath, to go to my workplace," jawabnya.

"Paling bisa deh jawabnya, iya deh Pak Bos, ya sudah aku mandi dulu ya. Sambil nunggu surprise dari kamu," jawabku.

Aku pun segera beranjak. Melihat ke wajahnya yang masih terselimuti senyum manja menatap dengan tatapan nakal namun penuh cinta. Ah, betapa aku mencintai lelaki ini.

Selesai mandi, dia pun segera menyusul untuk mandi. Seperti biasa sudah ada makanan luar biasa tersedia di meja. Andrew adalah seorang lulusan sekolah masak. Kini ia juga menjadi chef eksekutif di salah satu restoran miliknya. Ya, salah satu, karena ia memiliki tujuh cabang di seantero Eropa, dan beberapa restoran tematik di kota ini. Betapa bangganya aku dengan dia. Dia mendapatkan semua itu karena bakat dan tekadnya yang luar biasa. Dibantu oleh keluarga dari Ibunya, ia mengembangkan semua ini dengan modalnya seorang diri.

Betapa rugi sang Ayah menolak keinginannya itu. Sampai akhirnya dia harus "dibuang" dari keluarganya sendiri. Memilih hidup sendiri dan mandiri. Tak seperti aku, yang pintarnya tak seberapa dibanding dia. Bakat? Aku hanya mampu bernyanyi dan main piano dengan level biasa saja. Tetapi aku tak ingin menjadi penyanyi atau pianis profesional. Jauh-jauh ke Jerman hanya untuk belajar manajemen bisnis. Itu juga dipaksa oleh keluarga. Yang ingin aku melanjutkan usaha peternakan milik keluarga. Tetapi aku tak kuasa menolak karena aku anak satu-satunya.

"Hey, Honey! Apa yang sedang kau pikirkan? Kenapa jadi murung begitu? Masakanku tidak enak?" suaranyan pecahkan lamunanku.

"No, Honey. Its great. Kamu bikin sup yang rasanya mirip soto di Indonesia ya, tapi pake salmon. Kok kepikiran?" jawabku.

"Sebenarnya memang cuma ada itu di kulkas," jawabnya sembari tersenyum.

"Hahaha, dasar kamu! Oh iya ya, aku lupa belum berbelanja minggu ini. Sorry ya Honey, nanti habis final meeting ak mampir ke pasar sore dekat sini."

"Mungkin karena kamu sibuk mau pulang ke Indonesia," ucapnya sembari menyeruput kuah masakannya sendiri.

"I'm so sorry, nenek aku sakit. Sudah bertahun-tahun aku tak kembali dan selama itu juga nenekku tinggal sendiri dan mengurus semuanya sendiri. Toh kuliahku juga belum selesai. Aku pasti kembali ke sini," ucapku.

Dia hanya terdiam dan kemudian beranjak pergi berlalu begitu saja.

"Honey, don't do this to me, please!" seruku.

"Aku berangkat." jawabnya sembari berlalu dari pintu apartemen kami.

"Honey! Andrew! Wait! " usahaku mencegahnya tetapi aku tak kuasa mengangkat tubuhku sendiri.

Terlalu berat untuk menahansedih ini. Air mataku menetes begitu saja. Tapi apa yang bisa ku lakukan?Sungguh pagi ini aku seperti berada di atas jurang, melalui jembatan kayu usang,di antara pilihan untuk terus atau kembali. Aku terpaku dalam tangis.

Semesta CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang