🥀 -; Tama

229 21 0
                                    

Semoga kalian tau caranya menghargai karya orang.

Pinkoneyxx

2020©

🥀🥀🥀

Sejak kepergian Arjuna, Adhista menjadi sangat pendiam, tak begitu ceria seperti dulu, dan seringkali menangis setelah membaca scrapbook dan surat yang diberikan Arjuna kepada Adhista beberapa hari setelah kepergiannya.

Entahlah, Adhista seperti bukan Adhista. Dia berubah, bahkan teman-temannya pun sempat tak mengenali sifat Adhista yang baru.

Saat ini Adhista ada kelas pagi dan dirinya harus bersiap-siap agar tidak telat, karena waktu itu adalah uang, katanya.

Adhista berkuliah disalah satu Kampus Negeri di Yogyakarta dengan mengambil jurusan kedokteran. Ya, Adhista nekat hijrah demi memudarkan semua kenangan tentang dirinya dan Arjuna, karena hampir semua tempat di Jakarta dan sekitarnya terdapat kenangan manis mereka berdua.

Adhista tinggal tidak jauh dari kampusnya, hanya berjarak dua ratus lima puluh meter saja dan ia pun sudah sampai di Kampus barunya itu. Namun Adhista lebih memilih naik motor, karena menghemat waktu dan tidak terburu-buru.

Di Yogyakarta, Adhista tidak memiliki banyak teman. Dirinya menjadi tertutup dan enggan untuk bersosialisasi. Adhista lebih nyaman sendiri sekarang.

Calla Margaretha, memiliki kulit sawo matang, rambut sedikit ikal, tidak terlalu tinggi, sedikit gemuk, dan sangat pintar. Biasa dipanggil Calla teman-temannya, Calla berteman dengan Adhista sejak mereka masih bayi, dan terpisahkan saat mereka SMA dikarenakan Calla harus ikut keluarganya pindah ke Jogja karena pekerjaan sang ayah.

Dan satu lagi, Agatha Poernomo Sanjaya, anak dari seorang Konglomerat namun tetap rendah hati dan tidak pernah sombong. Badannya yang tinggi tegap, kulit putih bersih, rambut lurus dengan dicat menjadi abu-abu, bibir kecil dan bulu mata yang lentik, membuat Agatha disukai banyak orang karena paras dan sifatnya yang cantik.

Mereka bertiga berteman dari saat masih kecil sampai menjadi gadis remaja yang cantik seperti ini, walaupun sempat terpisah, namun mereka masih tetap berkomunikasi sampai akhirnya mereka kembali dipersatukan kembali oleh semesta di kota penuh kenangan ini.

"Dhis, udah berangkat belum?" tanya Calla dari telepon.

"Udah rapih sih, tapi bentar. Lo otw duluan aja," jawab Adhista terburu-buru karena dirinya kesiangan pagi ini.

"Oke, kalo ada apa-apa lo telpon aja ya, gue otw duluan. see you," ucap Calla dari sebrang sana.

"oke, see you" jawab Adhista lalu mematikan teleponnya dengan sepihak.

"Aduh telat ini mah, apalagi ya yang kurang," tanya Adhista kepada dirinya sendiri sambil memeriksa barang bawaannya.

"Tas, Laptop, Pulpen, Notebook, Cas an, apalagi ya, kaya ada yang kurang," gumam Adhista memastikan lagi.

"Ya udah deh, kalo ada yang ketinggalan pulang lagi," ucap Adhista lalu mengunci pintu kostnya dan menyalakan mesin motornya.

✨✨✨

"Tumben Dhis telat tadi, kenapa emang?" tanya Agatha sambil memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Gue juga lupa abis ngapain, yang jelas tadi malem gue begadang," jawab Adhista.

"Pasti lo mikirin si Arjuna Arjuna itu ya?" tebak Calla tepat sasaran dan Agatha langsung menatap tajam kearah Calla lalu suasana mendadak canggung.

"Tam duduk sini aja," ajak seorang laki-laki tepat di samping meja Adhista dan kawan-kawannya.

"Iya-iya," jawab seseorang yang dipanggil Tam tadi.

"Tam, mau makan apa lo?" tanya laki-laki lainnya.

"Gue makan nasi goreng aja deh," jawab laki-laki yang di panggil Tam itu lalu ia berdiri dan berjalan menuju warung nasi goreng di cafetaria.

Adhista tak menggubris sekelompok laki-laki itu, namun Calla memperhatikan dengan penuh keseriusan sekelompok laki-laki tersebut.

"Masa yang beli nasi goreng tadi ngeliatin Adhista terus," bisik Calla kepada Adhista.

Adhista sudah tidak kaget lagi kalau ada yang berbicara seperti itu. Apalagi kedua temannya ini, hampir setiap hari mereka berucap seperti itu.

"Udah lah biarin aja La, mereka punya mata," jawab Adhista cuek lalu kembali memakan makanannya yang sempat tertunda tadi.

Tak berapa lama, laki-laki yang membeli nasi goreng tadi kembali, dan beberapa kali melirik kearah Adhista yang tertangkap basah oleh Calla.

"Dhis Dhis, itu anjir. Creepy," bisik Calla berlebihan.

Akhirnya Adhista penasaran lalu menengok kearah meja yang berada di samping nya. Benar saja, laki-laki itu memperhatikan Adhista walaupun sudah ketauan juga. Dia tersenyum tipis, namun Adhista hanya menatapnya dengan pandangan judes dan cuek tanpa senyum diwajahnya.

"Ayo, abis ini kita masih ada kelas," ajak Adhista lalu dirinya bangkit dan berjalan keluar dari cafetaria.

Calla dan Agatha tak mengikuti nya, karena mereka tau, Adhista seperti itu hanya ingin menghindari laki-laki tersebut dan ingin menyendiri di tepat favoritnya.

Adhista pergi ke tempat sepi dikampusnya, yaitu perpustakaan. Tak banyak orang yang datang ke sana, karena mereka lebih suka menghabiskan waktu mereka di cafetaria atau nongkrong di depan kelas, buang-buang waktu.

Adhista duduk di pojok paling belakang perpustakaan, dia menangis dengan surat yang ada ditangannya. Ya, Adhista yang sekarang sering kali menangis sendirian. Walaupun banyak yang peduli, namun pikir Adhista, mereka tak akan mengerti apa yang ia rasakan, jadi hanya buang-buang waktu saja Adhista menceritakan itu semuanya.

Adhista menangis, dia bingung kenapa dirinya menjadi gadis cengeng seperti ini, menjadi tertutup dan tidak seaktif dulu. Ternyata, dampak Arjuna di hidupnya sangat berarti.

Padahal, Jika Adhista ingin mencari pengganti Arjuna tinggal pilih saja mau yang mana. Toh sudah banyak yang menyatakan perasaannya kepada Adhista sejak pertama masuk.

Tapi, Adhista masih mencintai Arjuna, dan tak mungkin semudah itu melupakannya. Adhista hanya butuh waktu, sampai dia menemukan pengganti Arjuna, yang sebenarnya.

AdhistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang