00 | Prolog

581 34 10
                                    

Happy Reading!

***

Seorang wanita duduk termenung dengan tatapan kosongnya didepan sebuah batu nisan, air matanya sudah kering. Apa yang selama ini ia nanti nantikan dan ia perjuangkan dengan sangat keras, kini telah pergi. Sekuat apapun ia menahannya, jika semesta tidak mentakdirkannya maka ia harus bisa merelakannya.

Semuanya mengira jika dirinya ikhlas atas apa yang terjadi , namun sebenarnya ia tak akan pernah ikhlas.

Ia kadang berbicara sendiri, kadang juga tertawa sendiri. Tangannya mengayun, seolah olah ada seseorang yang berada di gendongannya.

"Aku minta maaf, aku menyesali apa yang telah aku lakukan padamu," ujar seorang pria tampan yang tiba tiba saja masuk dalam rumahnya. Ia memandang bingung kearah pria didepannya ini, siapakah gerangan pria tampan ini dan apakah kepentingannya datang kerumahnya.

"Kamu siapa?" Tanyanya dengan wajah polosnya sambil terus mengayunkan tangannya.

Pria itu tiba-tiba saja menangis sambil berlutut dihadapan kakinya, kenapa dengan pria ini? Apa yang sedang terjadi padanya.

"Aku memohon ampun padamu, walaupun aku tau apa yang telah aku lakukan padamu tak pantas untuk diampuni," pria itu terisak dikakinya dengan suara yang cukup kencang. Ia mulai panik, suara pria itu dapat membangunkan bayi kecilnya.

"Aduh.. kamu siapa sih? Suara kamu jangan kencang kencang dong, baby aku nanti takut, " tegurnya sambil berusaha menenangkan bayi yang berada di gendongannya, pria itu semakin terisak. Pria itu memukul mukul dadanya dengan sangat keras membuat ia memandang pria itu dengan tatapan kasian.

"Anak kita sudah gak ada sayang, dia sudah berbahagia di surga sana. Anak kita tidak akan merasakan sakit lagi, kamu harus ikhlas," pria itu menjelaskan dengan lembut walaupun beberapa kali terisak. Ia tertegun saat mendengar ucapan pria itu, ingatannya terlempar jauh pada kenyataan.

"TIDAKKK! ANAKKU TIDAK AKAN MATI, DIA AKAN TERUS BERSAMAKU. KAMU PEMBUNUH! PEMBUNUH!," Ia langsung berteriak seperti orang yang kehilangan akal sehat, ia tak terima dengan apa yang telah terjadi dan juga dengan perkataan pria itu.

"Hahaha! Anakku disini.. kamu berbohong padaku, lihat inii anakku. Uhh cantik sekali anakku," tiba tiba saja tertawa sendiri, sambil mengajak bebicara bayi yang ia kira berada digendongannya. Pria itu memukul mukul dadanya keras, hatinya terasa sangat pedih saat melihat keadaannya sekarang.

"Kamu tidak menggendong apa apa sayang, sadar lah. Jangan seperti ini sayang, kita harus mengikhlaskan nya," lirih pria itu yang sama sekali tak di perdulikan oleh nya, ia sendiri sibuk dengan bayi yang berada digendongannya yang sebenarnya tak pernah ada.

"Apa yang harus aku lakukan untuk menebus dosa dosaku, mungkin nyawaku. Jika kau meminta nyawaku juga akan aku berikan padamu, maafkan aku,"

Pria itu mengambil sebuah pisau buah yang berada dimeja yang berada disamping kasur, pisau buah itu terlihat kecil dan tidak berbahaya namun pria itu  yakin pisau itu mampu merobek nadinya.

"Maafkan aku sayang, aku sangat menyayangimu,"

-*_*_*-

Hai teman teman, selamat datang dicerita baru Flo ya. Semoga kali menikmati cerita baru Flo ya, dan semoga Flo selalu rajin update. Makasih teman teman.

Jumat, 5 Juni 2020

The Hurt WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang