02 | Pernah suka

197 11 5
                                        

Happy reading!

* * *

Hari ini hari yang cukup menyenangkan untukku, karena hari ini ayah akan mempercayaiku untuk memegang perusahaan pusat. Sejak kecil aku sudah tertarik dengan dunia perbisnisan, aku sangat suka duduk di sebelah ayah dan menatap layar laptop hingga berjam-jam. Semakin dewasa, aku tumbuh menjadi anak yang dingin dan berbicara seadanya. Aku lebih suka duduk dihadapan laptop selama berjam-jam seperti yang sering dilakukan ayah, hingga akhirnya aku mengambil keputusan untuk kuliah dengan mengambil jurusan Bisnis. Aku lulus S1 dengan nilai IPK tertinggi di jurusanku pada salah satu universitas terbaik di Indonesia kemudian, aku kembali melanjutkan S2 dengan jurusan yang sama di salah satu universitas terbaik di Amerika serikat.

Aku sedang melakukan mobilku dengan kecepatan standar, mengendarainya dengan santay dan sangat menikmati perjalananku namun, tiba tiba sesuatu membuat moodku seketika hancur. Bayangkan, aku sudah mengendarai mobilku dengan sangat baik lalu, dengan bodohnya seorang wanita menyebrang jalanan tanpa memperdulikan orang yang sedang berkendara di jalanan itu.

Hampir saja aku menabraknya, dengan sangat kesal aku keluar dari mobilku untuk menghampiri orang itu.

"Jika menyebrangi jalan itu hati hati, apa yang kamu lakukan barusan bisa saja mencelakakan dirimu dan orang lain," ucapku dengan nada datarnya namun, sebenarnya aku sangat khawatir karena wanita dengan tubuh mungil itu nampak tertunduk karena merasa bersalah. Ditengah ke jengkelanku wanita mungil itu bisa membuatku gemas akan tingkah yang menurutku sangat menggemaskan.

Wanita mungil itu hanya berdiri mematung di depan ku, menundukkan kepalanya tanpa mau menantap diriku yang berada didepan nya itu. Tanpa sadar setitik air mata keluar dari pelupuk matanya, astaga wanita ini menangis. Aku mulai panik, perasaan diriku tidak melakukan apa apa selain menegur wanita ini dan menegurnya pun tidak begitu keras. Aku benar-benar tak mengerti bagaimana cara menangani nya, hingga bodohnya aku malah membentaknya.

"Hei! Saya sedang berbicara dengan anda, apakah anda tidak mendengarkan ucapan saya barusan?" Bentakku dengan nada yang tak begitu tinggi ,namun dapat membuat dirinya sedikit terlonjak kaget. Aku tak bermaksud untuk marah atau bagaimana, malah aku pun ikut terkejut dengan apa yang aku lakukan barusan. Betapa bodohnya diriku ini yang sama sekali tak mengerti cara menangani seorang wanita.

Wanita mungil itu sedikit demi sedikit memberanikan diri untuk mendongakkan kepalanya menatap kearahku yang berada didepannya itu, ia menggigit bibir dalam cukup keras untuk memahan kegugupannya saat menatap kearahku.  Perlahan tapi pasti akhirnya matanya bertemu dengan mata wanita itu yang nampak berkaca kaca, tubuhku menegang selama beberapa saat sebelum akhirnya dengan cepat ia memalingkan wajahnya kearah lain , dimana ada beberapa kerumunan orang yang menatap mereka , karena kejadian kecelakaan yang hampir saja menimpa dirinya.

"Kamu.." lirihku dengan mata yang mengerjap beberapa kali berusaha meyakinkan apa yang sebenarnya aku lihat saat ini.

Astaga, wanita itu. Aku mengenal wanita itu, aku benar benar tak percaya dengan apa yang sedang aku lihat saat ini.

Wanita itu nampak terkejut kemudian tanpa banyak bicara lagi wanita itu langsung berlari meninggalkan diriku, aku yang berniat menghentikan langkahnya namun wanita itu sudah terlebih dahulu meninggalkan dirinya.

Tapi tunggu dulu, apakah wanita itu masuk ke dalam perusahaan milik ayahnya? Jangan jangan wanita salah satu karyawan di perusahaan ayah.

Tanpa sadar aku tersenyum, "akhirnya aku bertemu kamu lagi,"

"Pah, terimakasih ya sudah membiarkanku menggantikan posisi papa sehingga, aku bisa bertemu lagi dengan dirinya," gumamku kemudian, berjalan kembali ke dalam mobilku.

The Hurt WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang