●Prolog

378 172 69
                                    


Alunan melodi terdengar indah dikamarku, entah apa yang membuat malam ini terasa panjang. Sejenak aku merindukan seseorang, sudah jauh dari kata lama aku mengenalnya. Ku lirik pigura foto kita berdua sewaktu kelulusan SMA, ah dulu menyenangkan, walau ada sedikit kendala.

Apa yang aku katakan hanya tentang dia, tidak akan ada yang bisa memasuki atau membuat pertikaian diantara kita, kecuali diri kita sendiri. Ku putar semua lagu yang dulu dia buatkan untukku, tiap sajaknya indah, alunan melodi nya sangat lembut. Aku ingin memberikan kisah ini, ingin mengulang kisah diantara kita, hanya beberapa waktu saja, mungkin tidak akan ada air mata yang keluar, aku akan berusaha menahannya.

Aku akan memberitahu sedikit tentang kisahku, kuharap kalian mengerti apa yang aku katakan dan aku ceritakan.

©hanya fiksi dan sebatas cerita karangan.

Cuaca hari ini sungguh terik, aku hanya diam menikmati semilir angin siang ini, dan duduk di bawah pohon besar yang cukup rindang.

"Woi, kapan berhenti halu?" Seseorang dengan tiba-tiba menepuk pundakku dari belakang.

"Apasih Rey nganggu!" Balasku diselingi candaan, dia sahabat kecil ku, orang yang selalu ada disetiap aku sedih, ah dia juga menyebalkan.

Aku biasanya memanggil dia dengan nama 'Rey' dari nama lengkapnya yang panjang itu. Alviando Reyhan putra, jika kalian penasaran. Hmm bisa di bilang semua teman ku kenal dengan Rey, karena aku dan dia hampir 10 tahun satu sekolahan. Dan yah, aku masih menduduki bangku kelas 10 di SMA Jaksatri, SMA ini cukup populer dikotaku. Satu hal lagi, walau kita selalu satu sekolah, aku dan Rey jarang dapat tempat duduk bersama, jadi susah untuk bekerja sama saat ulangan.

Ah iya, jika kalian mau tau aku, kalian bisa memanggilku Seyra, nama yang bagus bukan? Tapi tidak dengan Rey, dia selalu memanggilku Cece! Apa-apaan itu! Tadinya aku tidak terima, tapi ya... sudahlah, satu hal yang kalian harus tau, aku ini anak nya sungguh baik hati! Mmm hanya pada orang-orang tertentu saja sih.

"Ce, gue minjem uang dong," ucap Rey dengan entengnya, apakah dia tidak tau jika aku juga—masih punya hutang dengan ibu kantin.

"Gak! Mau buat apaan sih? Inget ya Rey, ini tanggal tua, dompet seorang pelajar semakin tipis," elak ku padanya.

Dia hanya bergeming tidak menjawab, dan pergi meninggalkan aku dan segala pikiranku yang nyaman untuk berandai-andai.

***

Pagi ini, seperti biasa dan tidak ada yang istimewa, hanya saja hari ini aku datang lebih awal ke sekolah, beri tepuk tangan padaku.

"Ra!! Gawat!!" Ucap ku sedikit kencang, sontak teman sebangku ku mengahadap padaku dengan mengerutkan alisnya.

"Apaan sih? Gausah heboh!" Balasnya sedikit kesal karena ulahku. Kenalkan dia Rara, bendahara di kelas ku, terkadang teman sekelas mengejeknya dengan nama 'preman gorila' entah dari mana, mungkin karena dia yang paling galak dan suaranya yang paling melengking dikelas, ah bukan melengking, semacam...bunyi terompet. Tidak Ra, aku bercanda.

"Buku...buku sejarah gue ketinggalan, ayo keperpus!!" Aku dengan segalaa pikiranku yang kalut langsung menyeret Rara keluar dari kelas, dan berlali secepat mungkin sebelum bel sekolah berbunyi.

Napas ku tak beraturan saat telah sampai, tapi akhirnya tersenyum lega saat penjaga perpus memperbolehkan ku meminjam paket sejarah lagi, ketentuan nya hanya 1 kali setiap semester, tapi penjaga perpus sekolah ku ramah.

"Sey! Udah belum woi??" Teriak Rara diambang pintu masuk perpustakaan, dia tidak mau masuk karena malas melepas sepatu, kalian tau kan? Perpustakaan itu tempat yang harus selalu bersih.

"Udah!! Eh?" Saat aku berbalik, tiba-tiba saja ada seseorang yang menatapku seakan menjelaskan dia akan berkata—'ngapain?'

"E...eh bapak negara."

- Continued -

Gini aja dulu prolognya :')
jangan lupa Vote !!


Dunia PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang