Cip's Notes:
Hei~
Lama ga up, maaf aku ingkar janji. Padahal bilang sama kalian mau up tanggal 23, malah di up sekarang:"). Cip harap, masih ada yang mau baca:DHappy reading
Cukup lama Soobin mengecup pelipis kanan Yeji. Keduanya bahkan mulai terhanyut. Oh, tidak! Jantung Yeji ingin meledak, dengan panik ia menoleh ke arah pria itu sehingga dahi mereka saling bertemu. Wajah Yeji semakin memerah, refleks ia memundurkan kepala. Hampir saja belakang kepalanya terpentok jendela mobil. Namun, tangan kanan Soobin dengan sigap menahan tengkuknya, sedangkan yang kirinya menarik lengan Yeji sehingga terbentur pada dada bidang pria Choi itu. Ditambah, Soobin mengelus punggungnya seraya berkata dengan datarnya.
"Tidak apa-apa. Aku hanya membantumu." Kalimat itu.... Tersimpan kelembutan di dalamnya.
Membuat Yeji nyaman menyandarkan kepalanya pada dada bidang itu.
Tapi, tunggu. Posisi dan kalimat ini seperti familiar untuknya. Rasanya teringat akan peristiwa yang dialami 7 tahun lalu. Dimana ada seorang anak lelaki bertubuh jakung yang menyelamatkannya, dari serangan orang-orang yang ingin menindas bahkan mencelakainya.
Setetes air asin, turun dari monolid gadis cantik itu tanpa diminta.
Terharu.
Rasanya, kilas balik itu terulang lagi. Tapi, dengan situasi yang berbeda.
"Sampai kapan akan bersandar disitu?" Suara Soobin refleks membuat Yeji menyeka air mata dengan telunjuknya. Buru-buru gadis cantik itu mendorong dada Soobin, kemudian menopang dagunya menghadap keluar jendela.Gadis itu tak tahu, bahwa jantung Soobin juga saat ini seperti bermain.
"Kita ke panti asuhan Pyongyang, aku ingin menyumbang boneka-boneka ini pada anak-anak yang ada disana." Ujar Yeji, datar. Bukan apa, tapi gadis itu sedang berusaha menahan gugup. Tanpa banyak bertanya lagi, Soobin segera melajukan mobilnya ke tempat yang dituju.
--//--//--
30 menit memakan perjalanan, akhirnya mereka sampai di Panti Asuhan Pyongyang baby. Dengan wajah sumringah, Yeji segera turun dan membawa sekantong boneka, sebelum akhirnya atensinya teralih menatap Soobin yang hanya diam saja di kursi pengemudi.
'Lagi-lagi hanya diam saja.' Batin Yeji, seraya menghela napas. rasanya dia sedang jalan-jalan dengan sebuah robot. Sepertinya Yeji harus mengambil inisiatif untuk menegur pria ini lagi.
"Soobin. Tolong bantu aku untuk membawa dua kantong boneka yang lain." Soobin mengangguk. Tanpa babibu, pria tampan itu segera mengangkat dua kantong boneka lainnya.
"Ayo, masuk bersama!" Pinta Yeji seraya menggandeng lengan kiri Soobin dan berjalan masuk kedalam Panti, yang disambut baik oleh sang ibu pengasuh.
"Ah, selamat datang di Panti ini." Ujar sang ibu pengasuh dengan nada formal disertai senyum lebar.
"Ah, bibi. Anda tidak perlu seformal itu. Umm, aku ingin memberikan boneka-boneka ini untuk anak-anak panti." Sahut Yeji seraya menyodorkan sekantong besar yang berisi banyak boneka lucu dan mungil.
Soobin tak bereaksi apa-apa, membuat Yeji kesal saja melihatnya.
"Hei, setidaknya tersenyumlah, atau berikan dua kantong boneka itu!" Bisik Yeji sebal. Pria jakung itu menoleh dengan datarnya, kemudian menyerahkan kedua kantong itu pada Yeji dengan polosnya. Rasanya gadis bermarga Hwang itu ingin mengacak rambut saking frustasinya. Sang ibu pengasuh terkekeh melihat kelakuan kedua sejoli itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without expression
FanfictionHwang Yeji. Dia adalah gadis yang sangat ceria. Dia cantik, dan juga populer di sekolahnya. Dia selalu dikejar banyak lelaki karena visualnya yang tidak main-main. Sampai ia jatuh cinta pada pria tampan bernama Choi Soobin yang selalu dijauhi oleh s...