Part 10

550 113 52
                                    

Cip's Notes:

Hai! Apa kabar? Hehe^.^
Aku kangen untuk seenggaknya berinteraksi sama kalian! Kalian baik banget(⌒o⌒). Btw, ada beberapa kata yang Cip revisi di part sebelumnya, kayak.. ICU Cip ganti IGD. Ya pokoknya lumayan banyak lah:")

Happy reading

Soobin masih tidak mengerti.

Author pov

Tangan mungil itu masih senantiasa menangkup pipi Chubby Soobin untuk menatap wajahnya. Alih-alih memberikan jawaban, Soobin malah terlarut pada iris Si Cantik. Soobin baru sadar, betapa indahnya wajah Hwang Yeji jika dipandang dengan jarak yang hanya terpaut beberapa senti ini. Dadanya terus berdesir, seperti tersimpan perasaan yang semakin membuncah.

Rasa apa itu?

Kenapa Sulit sekali bagi lelaki itu untuk mengartikan ini? Terkadang Soobin sudah bisa merasakan beberapa hal, seperti bingung, senang dan penasaran. Soobin sadar itu. Tapi, perasaan yang satu ini benar-benar kelabu di otaknya. Bahkan, sepertinya perasaan ini tidak bisa ia temukan dalam kamus bahasa korea.

"Soobin?" Suara Yeji yang menginterupsi pendengaran, berhasil membuat pikiran Soobin yang tadinya berkelana itu kembali pada tempatnya.

"Ya?" Suara bariton itu akhirnya terdengar. Yeji menghela napas dan kembali mengulang pertanyaannya, "sebenarnya ada apa? Apa yang membuatmu begitu penasaran dengan wanita itu?" akhirnya pria itu bisa fokus lagi, dekat-dekat dengan Hwang Yeji ternyata berbahaya. Nanti pikirannya tidak akan fokus, jantungnya juga bisa meledak. Sembari melepas tangan lembut yang menangkup kedua pipinya itu, Soobin mencoba untuk menetralisir keadaan jantungnya, ia menarik napas, kemudian menghembuskannya perlahan.

"Hanya ingin memastikan apa aku mengenal wanita itu." Jawaban tersebut hanya di angguki Yeji, kalimat itu tentu tak memuaskan untuknya. Seperti ada sesuatu yang belum terkuak didalamnya. Tapi, apa Yeji punya hak untuk bertanya lebih lanjut?

Tidak.

Memangnya Yeji siapa? Pacar Soobin? Bukan tentu saja. Karenanya, Si Cantik itu cukup sadar untuk tahu batasan bertanya. Teman, tidak lebih dari itu. Sesak sebenarnya menerima fakta bahwa Soobin masih belum sepenuhnya bisa menceritakan sesuatu padanya. Lantas Yeji bisa apa? Toh, dia tidak bisa memaksa.

Hati Yeji telah berlabuh pada seorang penderita Alexithymia, dan perasaan itu sudah teramat kuat, sampai Tak ada yang bisa melarangnya. Termasuk Lia yang sudah dianggap seperti saudaranya sekalipun. Ayah dan Ibunya? Oh, apa kau penasaran mengapa aku tidak pernah menceritakan orang tua Yeji? Jawabannya adalah, karena mereka ingin Yeji menjadi gadis mandiri, dan menaruh kepercayaan sepenuhnya pada putri semata wayang mereka itu, yang akan terus Yeji jaga.

Sejak kecil, Yeji juga sudah ditanamkan etika. Maka dari itu, Yeji tahu caranya bertutur kata yang baik dan benar. Tidak mengenal pergaulan liar, tidak juga pergi ke tempat yang namanya Bar. Gadis itu sangatlah cerdas, maka tak heranlah jika pergaulannya terjaga. Ia tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tapi untuk Soobin, sepertinya Yeji akan mengecualikan, biarlah ia terlihat rendah dimata teman seantero sekolah. Tapi sahabat-sahabat Yeji tahu, bahwa ia bukanlah gadis yang seperti itu.

Tidak peduli dengan Image yang sudah terkenal buruk. Mereka tidak pernah tahu apa yang ada didalam diri Yeji, hanya selalu memandang gadis itu sebelah mata. Tapi, biarlah. Toh mereka akan capek sendiri nantinya.

Keheningan tercipta dalam ruang,
tak ada yang berani bersuara lagi setelah Soobin mengakhiri percakapan. Yeji tidak suka suasana ini, hingga ia berusaha memecah keheningan dengan asal ceplos,

Without expressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang