Sudah jam 06.15 tapi sampai saat ini sang fajar belum menampakkan dirinya. Langit sedang sedih sekarang mungkin itu alasan mengapa sang fajar enggan untuk bersinar.
Tetesan air dari langit jatuh,dan awan kelabu mengingatkan aku pada sebuah laguYou are my sunshine
my only sunshine
You make me happy When skies are grayYou'll never know dear how much I love you
Please don't take my sunshine awayIngin rasanya melanjutkan tidur tapi aku harus bangun dan pergi ke sekolah. Hujan bukan alasan aku tak berangkat ke sekolah tapi hujan adalah alasanku untuk mengenang kenangan yang pernah kita ciptakan dulu.
Hujan kini menunjukkan kembali kebaikannya. Ia kini berhenti seakan ia mengerti apa yang harus ku lakukan. Ku letakkan kembali payung yang tadi ku ambil di samping meja belajarku. Kuturun ke bawah dan membuka pintu rumah yang menandakan aku akan berangkat ke sekolah.
Kali ini bukan dimas yang ku cintai
Tapi tentang diriku
Diriku yang tak pernah mendapatkan cinta dari diri sendiri.
Selalu menunjukam kepedulian kepada orang lain tapi masih saja tidak peduli dengan diri sendiri.Ku berjalan menuju sekolah dengan aspal yang basah ku langkahkan kaki ku dengan hati hati, sepatu putih yang ku kenakan menjadi alasan mengapa aku berjalan dengan sangat hati hati.
Jalan yang biasa ku lewati adalah jalan sunyi melewati rumah kosong yang selalu menjadi tempat aku singgah jika aku ingin sendirian.
Dari arah rumah kosong itu aku mendengar suara anak kucing.Aku berjalan menuju asal suara itu. Ku lihat di balik bangku ada beberapa anak kucing yang sangat lucu. Sepertinya mereka kelaparan, aku membuka tas ransel ku disana terdapat kotak makanan yang ku bawah dari rumah.
Aku memberi mereka banyak makanan, jadi hanya tersisa sedikit untuk aku makan nantinya, tapi tidak apa mereka lebih membutuhkan dari pada aku.
Saat ingin berdiri ternyata sedari tadi ada yang melihat aksi ku.
Seorang pria tinggi putih dan ganteng pastinya, pria berbalutkan pakaiaan serba hitam melihat ku sambil tersenyum manis."Imut ya?"
"Hehe iya kak, kucingnya imut banget"
"Bukan kucingya tapi kamu"
" ih apaan sih kak"
"Iya aku suka kucing dan kamu"
"Maaf ka, saya tidak kenal anda"
"Tapi terlebih dahulu saya sudah mengenal anda, selamat pagi tania"
Membeku sesaat orang yang tak kukenal mengenal ku? Bahkan wajahnya tak kukenal sama sekali. Aku tetap tersenyum ramah kepadanya walau apa yang ia katakan membuatku risih.***
"Tumben terlambat mba"
" iya nih, eh dimas temenin aku ke rumah kosong yang di jalan cemara itu ya?"
" mau ngapain sih? Kan aku udah larang kamu jangan ke situ lagi"
"Yah kan aku biasanya kalo ke sekolah lewat jalan itu, temenin ya"
" iya deh"
" hmm tania?"
" Hm?"
" kenal regina gak?"
" Regina anak ips 5 itu ya?"
" iya kenal gak?"
" kenal, temen Sd ku dulu tapi dia pindah pas kelas 4"
" beneran tan?? Berarti akrab dong??"
" dikit sih , emang kenapa sih?"
" gini tan, 1 minggu yang lalu tuh kan aku ke rumah kamu trus pas jalan pulang aku singgah ke toko yang di muka jalan nahkan aku lagi milih milih tuh barang yang mau di beli
..."
" langsung ke intinya, kepanjangan ceritanya"
" yaela tega banget lu tan temen curhat gak di dengerin, jadi aku suka tuh sama regina bantuin aku yah?"Terdiam..
Orang yang ku cintai ternyata mencintai orang lain.
"K-kamu suka diaa?" Ucap ku dengan lesu tak tahan rasanya, ternyata begini rasanya cemburu, bukan rasa manis ataupun pahit tetapi rasa ingin terjun bebas ke lantai bawah
Apakah aku berhenti mencintainya saja?
"Iya tan, kenapa emang? Kok gitu mukanya, gak suka ya?"
" ih gak gitu kok hehe, pasti di bantuin kok masa gak di bantu"
Memang benar aku terlalu peduli dengan orang lain hingga akhirnya lupa bahwa peduli dengan diri sendiri itu jauh lebih penting.
Tertawa saat api cemburu membara aneh rasanya di saat sudah tersakiti diri ini memberikan kesempatan untuk tetap tersenyum.***
"Dimas jadi gak temenin tania?"
" hmm maaf ya tan kayaknya aku gak boleh kali ini maaf yaa"
" yah kok gitu sih, emang kamu mau kemana?
" aku udah janji pulang bareng sama regina, maaf ya tan nanti kapan kapan aku bakalan temenin kamu kok"
" ya udah , aku duluan yah"Marah? Yah pasti
Cemburu? Sangat sangat lah cemburu tapi aku hanya teman masa kecilnya aku tak berhak cemburu***

KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas Dan Tania
RomansApakah kisah cinta akan selalu berakhir dengan indah? Apakah semua kisah cinta itu akan mempersatukan kedua insan yang sedang merasakannya? Bagaimana jika takdir dan semesta tidak merestui akan kehadiran rasa cinta tersebut. Dalam dekapan genggaman...