15

4.7K 389 31
                                    

Tanpa terasa kini aku sudah memasuki semester lima akhir, dan akan memasuki semester enam, ujian semester mata kuliah farmakologi di hari terakhir, kepala terasa pusing, perut terasa mual, bukan lagi hamil tetapi lagi mabok rumus kimia.

"Yang kenapa?" Mas Panji yang menjemput ku di kampus setelah dia pulang dari kantor di sore hari.

Motorku sedang di bengkel, karena kemarin tanpa sengaja ada motor yang menabrak salah satu motor yang terpakir sehingga motor yang berjejer di parkiran menjadi ambruk berderet salah satu korbannya adalah motorku.

"Mabok ujian mas" kataku kini memejamkan mata dan bersender pada jok mobil.

"Mau makan langsung apa mampir kost dulu" mas Panji sudah melajukan mobilnya.

"Makan langsung aja"

Tanpa mengganti baju, aku yang masih memakai baju atasan putih dan bawahan hitam, dan mas Panji pun masih mengenakan seragam PNS nya, kami memasuki warung makan padang.

Pukul empat sore, makan siang yang sangat tertunda. Mas Panji pun siang tadi tidak sempat makan siang karena ada proyek penataan kota yang dia harus benar-benar memperhitungkan dengan detai dan jelas, apalagi tentang biaya, sampai salah satu angka KPK bisa menjemputnya.

Sama-sama memesan dua gelas minuman, kini tak ada lagi kata sungkan dalam kamus kami, mau kentut pun mas Panji tak sungkan di depanku.

"Mas kalau aku nggak ada yang remidi, Sabtu depan aku pulang ke Kediri" ketika kami selesai makan.

"Nanti naik kereta aja, mas nggak bisa ikut pulang, jangan naik bus nanti oper di Mengkreng kelamaan" saranya yang kusetujui.

Setelah membayar makan di kasir, kini kami kembali ke mobil untuk pulang ke kost, sudah sangat rindu dengan kasur.

Sesampai di kost menuju kamar masing-masing, dan aku segera mandi dan merebahkan badan di atas kasur.

Semenjak kejadian di waktu lalu kini kami tak pernah lagi yang namanya tidur bersama, jika mas Panji sedang di dalam kamarku pun tak pernah kami menutup pintu, begitu pun jika aku sedang berada di kamar nya sekedar mengganti seprai atau memintanya mengerjakan tugasku.

Diwaktu magrib mas Panji mengetuk kamarku untuk mengajaku berjamaah di mushola, selesai sholat aku kembali ke kamar untuk meneruskan aksi pembayaran hutang tidurku.

Sudah cukup lama aku tidur, terbangun di tengah malam, pintu kamar kuingat terbuka, kini sudah tertutup mungkin mas Panji yang menutupnya, lampu kamar pun sudah di ganti dengan lampu tidur pasti mas Panji yang melakukan.

Menuju kamar mandi, untuk buang air kecil, samar-samar terdengar suara televisi menyiarkan sepak bola.

[Mas, kamu nonton bola ya] ,kukirimkan pesan singkat pada mas Panji. Dan tak ada balasan melainkan sebuah video call darinya.

"Kamu kebangun ya" mas Panji terlihat pada layar ponselku sedang berbaring pada kasur.

"Iya ini lapar, mau bikin mie"

"Mas sekalian ya, pakek telur ya" mintanya di sebelah kamar, berasa kami berjarak jauh saja, video call antar kamar.

Keluar kamar ternyata ada mas hari dan mas Angga juga menonton siaran sepakbola di luar.

Setengah jam dua mangkom mie instan, dengan irisan cabe dan sayur serta telur siap untuk kami nikmati.

"Mas, buka pintunya panas ini" teriaku karena tangan memegang nampan jadi tak bisa membuka pintu.

"Panji nyuruh buatin mie?" Mas Angga yang melihat ku membawa nampan dengan aroma khas mie instan tercium.
"Kalau itu Maya yang kusuruh, ngamuk pasti malam-malam tak bangunin" lanjutnya dan kubalas dengan terkekeh.

Kalau aku jadi mbak Maya pun pasti marah, enak tidur di bangunin cuma suruh buatin makan orang nonton TV, kalau ini kan beda cerita, aku yang lapar dan mas Panji nitip.

Makan bersama lagi di tengah malam, dengan menu mie instan di tambah kerupuk pasir yang kubeli sejak dua hari lalu.

"Kamu minum apa?" Ma Panji berdiri di depan dispenser membuat susu.

"Aku air es dong mas"

"Malam-malam juga, minum air es, katamu makan panas nggak boleh sama minum dingin" protesnya tetapi tetap memberikan ku air dingin dalam gelas besar.

Selesai makan aku kembali berbaring pada kasur nya, "mas kamu ya yang cuci mangkok".

Mas Panji kini tertidur pada karpet bulu di bawah, sambil menonton televisi sedangkan aku bersiap kembali kedunia mimpi.

******

Terbangun lebih awal dari mas Panji, dan kini waktu menunjukkan pukul setengah enam, dengan cepat aku bangun untuk mengejar subuh, karena sudah akan dhuha sinar matahari sudah terlihat akan terbit.

"Mas, sudah siang bangun, ini juga di suruh nyuci nggak di cuci mangkong sama gelasnya"omelku kini keluar kamarnya menuju kamarku untuk sholat.

Usai sholat kembali kekamar mas Panji untuk mengambil mangkok kotor bekas mie, kubawa ke dapur untuk mencucinya.

Melewati kamar mas panji masih terbuka, ternyata selesai sholat dia kembali tidur. Kututup pintu kamarnya dan aku menuju kamarku sendiri bersamaan dengan keluarnya mas haikal dari kamarnya.

"Sepi banget, weekend" mas haikal duduk pada kursi teras.

"Semalam kan pada nonton bola, ya sekarang tidur lah"

"Aku ketiduran mau nonton, bangun-bangun sudah bubar" kini mas haikal memakai sepatunya dan terlihat sudah rapi.

"Mau kemana mas?"

"Kondangan" jawabnya dengan nyengir.

Terlihat dari arah depan Laras berjalan kearah kami berdua, tumben sekali weekend tidak pulang kampung.

Melewati aku dan mas haikal yang sedang duduk tak menyapa atau sekedar tersenyum.

Mengetuk pintu kamar mas Panji lama, dan memanggil nama mas panji, tidak ada respon apapun dari sang pemilik kamar, jelas saja mas panji kan sudah tertidur pulas.

"Mas Panji kemana ya?" Akhirnya bertanya pada kami berdua.

"Tuh bobo di kamarku" bohongku pada Laras.

Laras terlihat kesal dengan jawaban ku yang terlihat menunjukkan kepemilikan ku. Seperti saran mbak indah sekarang Laras kutegasi.

"Padahal kan aku sudah WA kuminta antarin ke agen travel" kini dia hendak melonggokam kepala nya pada pintu kamarku.

"Nebeng mas haikal tuh" suruhku

"Naik ojek kan banyak" tolak mas haikal. Sampai mas haikal memberikan tebengan ni cewek bisa di cekik mbak indah.

Laras akhirnya pergi menuju kamarnya, mas haikal setelah mengunci pintu kamarnya dan hendak pergi, kembali menoleh padaku "memangnya Panji beneran di kamarmu?"

"Enggak lah, di kamarnya sendiri" jawabku dengan tertawa bersama mas haikal.

"Kirain di kamarmu bikin merah-merah di lehermu kayak dulu" godaan mas haikal mengingatkan ku, yang dengan lugunya bertanya pada mbak indah cara ngilangi bekas cupang, jelas saja mbak indah menceritakan semuanya pada mas haikal, seketika sepulang dari kantor mas haikal langsung menemui ku untuk memastikan bekas cupang yang di berikan mas Panji pada pipiku, bukan di tempat tersembunyi tetapi di tempat yang semua orang bisa melihatnya.

"Insaf aku sekarang"








Tbc

Romance in Puri Kencana (Tersedia Lengkap di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang