16

4.9K 401 26
                                    

Pulang kerumah dengan naik kereta Api, ke stasiun dengan ojek online karena mas panji yang katanya sedang ada rapat, dan juga ada pesanan desain rumah dari salah satu anggota dewan, jadi kini mas Panji tak bisa mengantarkan ke stasiun.

Sampai di Kediri di jemput dengan Amar, memang dia selalu bisa di andalkan dalam sibuk pun pasti akan meluangkan waktunya.

Masuk kedalam rumah, di dapur ramai sedang memasak, bahkan mbak gendis pun datang bersama sang putra, selain itu Tante Ara juga datang bersama si kembar yang katanya sedang berlibur.

"Ada acara apa sih, kok masak besar" ketika aku duduk di samping mbak gendis yang sedang menyusui sang putra.

"Ada tamu si papa" mbak gendis kini menutup bajunya "gendingin Rafa ya dek" lanjutnya menyerahkan sang putra kepadaku.

Kubawa Rafa untuk rebahan pada kasur lantai depan televisi, bergabung dengan si kembar yang sedang asik bercanda bersama sang kakak.

"Udah pantes loe gendong bayi" amar yang melihatku menimang Rafa. Yang kubalas dengan mencebikan bibirku.

"Kak galuh sudah punya cowok ya?" Aci si bungsu ini adalah tipe yang paling supel dengan orang lain di banding Aca, yang hanya akrab dengan orang terdekat saja.

"Sudah dong" kataku bangga dengan memarkan senyumku "Aci udah punya pacar belum?" Kembali kubertanya.

"Kata Daddy dosa ,nggak boleh pacaran" jawabnya santai kini sudah ikut tertidur memeluk Rafa.

"Mampus loe" amar terkekeh mendengar jawaban sang adik.

"Kamu sendiri juga pacaran gitu kan" tuduhku pada Amar.

"Kata siapa, aku nggak punya pacar kok" elaknya yang masih dengan cengengesan, kesel melihat amar yang menggodaku di depan adik-adiknya, seketika tanganku reflek menonyor kepalanya. Amar pun membalasku, hingga aksi kami pun membuat para adik-adiknya tertawa.

Hingga petang datang, pukul tujuh malam semuanya siap menyambut tamu yang dari siang tadi di bicarakan akan kedatanganya, aku pun juga di minta mama untuk berdandan dan di berikan gaun.

Hingga petang datang, pukul tujuh malam semuanya siap menyambut tamu yang dari siang tadi di bicarakan akan kedatanganya, aku pun juga di minta mama untuk berdandan dan di berikan gaun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keluar kamar Amar menyambut ku dengan candaan ya seperti biasanya, "cieh cantinya adik gue" .

"Aku kakak kamu ya brother" secara usia Amar memang lebih tua, tetapi menurut silsilah amar adalah adik sepupuku, tetap saja aku adalah adik bagi Amar.

"MasyaAllah, cantiknya ponakan satu ini" Tante Ara datang dengan menggendong Rafa.

"Kok galuh bajunya beda sendiri ya warnanya" karena kulihat Amar dan Tante Ara memakai warna berbeda dengan gaun yang kupakai.

Suara mobil berhenti di depan rumah terdengar, papa berseru bahwa tamunya sudah datang, ketika aku ingin melihat kedepan dilarang oleh Amar beralasan di suruhnya aku memanggil mama yang masih menata makanan di meja makan.

Mama dan mbak gendis memakai baju kembaran dan hijab yang sama juga, mbak gendis kini menggendong Rafa sedangkan Tante Ara menemani mama kedepan, perasaanku semakin tak enak, dan rasa gugup tiba-tiba datang padaku.

Duduk pada sofa ruang tengah dengan si kembar, dan mbak gendis yang sedang menyusui Rafa, datang lah Amar yang menghampiri ku.

"Galuh, yuk kedepan" amar kini menarik tanganku agar cepat berdiri. Aku yang masih bingung dengan acara ini, juga gugup yang menyerang, hanya bisa nurut dengan tarikan Amar.

Diminta aku menyalami para tamu, ketika wanita paruh baya yang seusia Tante Ara memeluku, seketika aku teringat tentang sang putra.

Kucari keberadaan sang putra, ternyata sedang duduk di pojok berdampingan dengan suami mbak gendis, ribuan pertanyaan dalam kepalaku siap ku keluarkan, tetapi hanya sebatas dalam pemikiran.

Hingga suara papa menyadarkan ku, bertanya tentang jawabku, aku pun tak mengerti jawaban apa yang di maksud papa, aku benar-benar tak menyimak larut dalam lamunanku.

"Sayang, kamu terima nggak lamaran ini?" Tante Ara yang duduk di sampingku menyentuh lembut lenganku.

Lamaran? Sungguh ini sebuah kejutan bagiku, aku tak tahu sama sekali jika kepulangan ku yang tak ku kabarkan kepada orang tua ku, menyambut ku dengan lamaran.

Senggolan pada lenganku oleh Tante Ara kembali menyadarkanku dari lamunan, kuarah kan pandangan ku kepada sosok laki-laki yang duduk di pojokan ruang tamu dengan memakai baju batik, ketika pandangan kami bertemu dia memberikan senyuman.

Kembali arah pandang ku kutujukan pada mama dan papa, beliau membalas dengan anggukan, dan Amar pun menepuk pundak ku memberikan dukungan padaku.

Antara siap dan tak siap, entah ini benar atau salah aku hanya bisa menjawab dengan anggukan kepala.

Ucapan syukur terdengar dari semua yang berada pada ruangan ini. Setelah nya obrolan di lanjutkan oleh para orang tua, aku dan amar dan lelaki yang telah melamar ku tiba-tiba itu kini berada pada teras rumah.

"Kok nggak ngomong dulu sama Galuh?" Kupandangi dia dengan tajam, terlalu banyak kejutan yang dia berikan selama ini.

"Enggak surprise dong yang kalau ngomong" masih dengan tersenyum.

Kenapa aku nggak kepikiran, beberapa hari ini kan dia selalu bertanya tentang lamaran kepadaku, kalau nanti ingin lamaran ingin apa dan apa, dan yang lebih bodohnya aku, kan hari Sabtu kantornya libur kenapa aku bisa percaya saja ketika dia bilang masuk kerja dan berangkat sejak subuh, ternyata dia telah lebih dahulu pulang ke Kediri.

"Walaupun sudah tunangan, bobo tetap di kamar masing-masing ya" amar kini dengan terkikik menggoda kami.

Kupandangi jari tangaku, ada cincin yang di pasangkan oleh calon ibu mertua tadi.

"Sebenarnya tadi mau Galuh tolak lo" seketika dua laki-laki yang bersahabat ini melotot kompak kepadaku. "Tapi kasian aku, yang mau sama dia kan cuma Galuh" lanjutku kini dengan terbahak.

"Enak aja, yang ngantri sama mas banyak kali, mas tolakin" mas Panji kini ikut terkikik.

"Termasuk Laras? Sampai mas Panji deket-deket sama laras, awas aja" ancamku, kini status kami sudah jelas mendapatkan restu dari kedua keluarga, jadi hubungan ini berarti serius.

"Drama rumah tangga, gue masuk aja deh" Amar pergi masuk kedalam rumah.

"Terimakasih ya dek, sudah nerima mas" membawa genggaman tanganku kedepan bibirnya di kecupnya berulang kali.

Mas Panji, yah dialah yang malam ini  datang melamarku, memberikan banyak kejutan dalam hari-hari ku termasuk kedatangannya malam ini, bersama keluarganya memintaku dari orang tua ku.






Tbc

Selamat merayakan Natal, bagi saudara ku semua yang merayakan.

Romance in Puri Kencana (Tersedia Lengkap di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang