PROLOG

17 4 1
                                    

"LUCIA MURIEL!!!" teriakan itu berhasil membuat gadis yang tengah tertidur dengan lipatan tangan sebagai bantalnya terbangun dan langsung menegakkan tubuhnya seketika "y-ya bu??" Tanya lucia panik, suasana kelas menjadi sunyi, dan mungkin suara jangkrik sangat cocok untuk dijadikan backsound sebagai pengiring yang tepat "berani beraninya kamu tertidur di jam pelajaran saya" suara bu dian memelan namun penuh penekanan "bel ko lo ga bangunin gue si" bisik lucia pada bella "gua udh bangunin lo berapa kali,tapi lo nya aja yang kebo" "ga usah bisik bisik, lucia lari keliling lapangan 10 putaran, CEPAT!!" "Yah bu...nego sedikit bu,5 putaran aja ya...kalo saya pingsan,ibu mau gotong saya ke uks" bu dian sudah melipat kedua tangannya di depan dada "nega nego nega nego cepat lucia atau saya-" ucapan bu dian terpotong karna lucia yang tiba tiba saja berlari keluar kelas.

Bukan lucia namanya jika terlalu patuh terhadap hukuman, sekarang dirinya berada dikantin untuk memesan makanan, jujur saja dirinya merasa lapar setelah tidurnya diganggu oleh  kembaran cikguk besar itu, waktu istirahat memang satu jam setengah lagi, jadi wajar saja kalau suasana kantin saat ini memang sepi "neng lucia teh dihukum lagi?" Lucia hanya  mengyengir dan menampilkan deretan giginya untung ga ada cabenya - author.

mang aron hanya menggelengkan kepalanya, dia sudah tau betul sifat Lucia yang seperti ini.

Saat dirinya ingin menyatap satu suapan lagi, salah satu bahunya dipegang dari arah belakang oleh seseorang "oh...enak banget ya kamu, disuruh lari malah enak enakan makan disini" lucia mengengok dan menyengir tanpa dosa "iya bu, enak bangetttt ibu mau?? Pesen aja bu" , apa lucia tidak sadar, dirinya sedang berhadapan dengan siapa? "Aw...aduh aduh sakit bu" jeweran bu dian mampu membuat lucia berdiri dari tempat duduknya.

Setelah beberapa menit lucia mendapatkan jeweran dan omelan bu dian. Mata lucia seketika berbinar melihat siapa yang baru saja memasuki area kantin "Adrian, bantuin gue" bisikan itu mampu membuat seseorang yang bernama adrian menengok kearah lucia, adrian hanya mengangkat salah satu alisnya 'elah segala ga peka, bantuin gue' hanya dengan berkomunikasi menggunakan kontak mata saja dapat langsung dimengerti dengan mudah oleh mereka.

"Lucia kenapa lagi, bu?" Tanya adrian yang sudah berada didepan mereka, "ini ni kembaran kamu, disuruh lari keliling lapangan, malah enak enakan makan dikantin,memang jauh  berbanding terbalik sama kamu, muka kalian aja beda, Bahkan ibu sempet berpikir, kalian ini beneran kembar ga si" jelas bu dian sambil sesekali melirik ke arah lucia, lucia hanya memutar bola matanya, dirinya paling tidak suka jika sudah dibanding bandingkan dengan adrian, memang mereka kembar tapi tidak identik, jelas saja mereka berbeda, toh adrian ganteng, dirinya cantik, adrian tinggi, dirinya juga tinggi meski emang masih tinggian adrian, adrian pinter, dirinya juga lumayan rada rada dan yang paling jelas dan nyata bahwa dirinya memang berbeda adalah jenis kelamin/ gender. adrian hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tersenyum lembut ke arah bu dian.

"oh...ya udah bu tambahin aja hukumannya" sontak ucapan adrian kali ini hampir membuat bola mata lucia keluar dari tempatnya.

Namun, hal itu juga berbuah baik, jeweran ditelinga lucia akhirnya terlepas. Lucia hanya mengusap-usap telinganya yang sakit, bu dian tampak berpikir sejenak " hm...benar juga ya kamu" saat itu juga nama lucia keluar lagi dari mulut Bu dian "lucia!!" Bu dian kembali menatap lucia dengan mata memincing "saya tambah hukuman kamu, lari keliling lapangan 20 putaran" baru saja lucia ingin membuka mulutnya namun sudah terpotong oleh lanjutan kalimat dari bu dian "tidak ada lagi negosiasi, sekarang cepat kelapangan" lucia mengerucutkan bibirnya sambil menghentak hentakan kakinya, Namun lucia kembali menyangkal "tanggung bu satu suapan lagi ya..." Baru saja lucia ingin mengambil sendok yang sejak tadi didiamkan saja olehnya "LUCIA CEPAT!!!" lucia terkejut oleh teriakan itu dan kembali memegang telinganya 'aduhh, kalo gini terus yang ada gue jadi penerus pak Bolot' batinnya "ck iya iya" saat dirinya berpapasan dengan adrian, "adrian!" lucia menunjuk kearah adrian, "apa?" adrian berusaha menahan tawanya "bukannya memperbaiki suasana, malah memperkeruh" lucia mendengus kesal lalu berjalan dengan gontai ke arah lapangan dan menjalankan tugasnya, yaitu berlari keliling lapangan 20 putaran.

TBC

Good luck lucia🎉

ALUS (ALTAN LUCIA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang