"Kangjoon-ya....kita harus bicara!"
"Bicara apa lagi? Toh....badanmu sudah tidak enak lagi kunikmati, jadi apa salah aku bersama wanita lain?" Kangjoon tersenyum smirk.
Plak!
Tamparan itu mendarat jelas di pipi Kangjoon, "Aku hamil, mau apa? Mau mengelak? Justru karena kau terlalu sering melakukannya, brengsek!!"
"Gugurkan dia"
"Sekejam itukah kau?"
"Kejam? Toh....kau sendiri yang mengelak saat kita melakukannya, 'aku akan langsung melakukan aborsi saat hal ini terjadi'"
"Tapi.....setidaknya.....kita bisa menikah, Kangjoon-ya..." Sooji sudah tak sanggup lagi untuk marah.
"Sudah seminggu kita putus. Kau urus sendiri anak itu jika mau, kalau bisa kau aborsi sekalian. Sooji, bukankah kau yang menyakitiku duluan? Diam-diam.....kau ubah hampir semua asetku agak jatuh menjadi namamu. Kau ingin kita menikah, lalu kau bisa membunuhku dan merebut semua hartaku. Bukankah itu kejadian sebenarnya atas kematian ayahmu Sooji? Ibumu kan?"
"Eungh..."
Mata kecil mungil itu terbuka perlahan, sesekali kembali menutup sambil mengernyit, sakit sekali kepalanya. Ia sadar, tidak akan ada yang peduli jika ia tertidur di lantai seperti ini. Pingsan bahkan!
"Sakit! Bunda.....Yoongi mau Bunda...." Yoongi terus memejamkan matanya di tengah sakit yang menghujam kepalanya. Ia sudah bangun, namun titip kesanggupannya hanya sampai pada dinding yang dibuatnya bersandar.
Ingin ia berteriak memanggil ibunya.
Yoongi ingin mendengar kata-kata yang Bundanya ucapkan dengan jelas tanpa bantuan hearing aids.
Setidaknya, ibunya tak akan membencinya sekejam ini.
Tapi.....ibunya bilang, sejak lahir ia kotor dan menjijikkan. HARAM.
Yoongi menangis lagi. Dalam kesendirian yang kini menemani. Hatinya sakit saat terus kenangan pahit menghujam dirinya. Apa dunia benar-benar menganggapnya haram?
"Yoon....omo, Yoongi? Kau baik, saeng?" Seokjin yang baru masuk flat kecil Yoongi, terkejut dengan keadaan tubuh Yoongi yang meringkuk bersandar di dinding, kepalanya terus ia sembunyikan disertai isakan kecil yang terdengar.
"Yoon....hey....jangan begitu"
Seokjin celingukan, tak menemukan hearing aids Yoongi, entah dimana alat bantu adiknya itu. Seokjin menepuk bahu Yoongi.
Yoongi mendongak, dengan air mata yang telah membasahi wajahnya, "Hyung tidak seharusnya disini, Hyung pergi!"
"Ya....waeyo? Hyung disini buat kamu, dahimu kenapa, hm?" Seokjin mengelus pelan dahi Yoongi yang mengeluarkan darah, saat itu pun Yoongi kembali meringis. Terpaksa Seokjin memakai bahasa isyarat karena Yoongi tak terlihat memakai hearing aids.
Yoongi menunduk, takut! Ia tidak akan pernah bilang jika semuanya perbuatan ibunya.
"Lain kali, kamu bisa cerita sama Hyung siapa yang menindasmu di sekolah, dan siapa yang melakukan ini semua padamu di rumah" Seokjin memapah Yoongi untuk beristirahat di kasur.
"Hyung bagaimana jika Tuan Na tau kau disini? Aku takut Hyung...."
"Tidak apa, Ayah sedang keluar bersama Jaemin dan Bunda" Seokjin melihat Yoongi menunduk saat dirinya mengisyaratkan nama ibu Yoongi dengan indahnya, sedangkan ia yang anak kandungnya tidak diizinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just The Way You Are | Min Yoongi [END]
RandomAku menyayangi Bunda.... bagaimanapun bunda memperlakukanku. "Yoongi itu sempurna di mataku dan di mata Tuhan, Jaem!"