Kamu tahu satu kata untukmu hari ini, hm? Iya, rindu.
-Lee Jeno"Nak, bangun sayang. Ini sudah jam 6, apa kau mau telat ke sekolah?"
Mata Yeji yang kata banyak orang mirip mata kucing hanya mengerjap dan setelah itu dia duduk dan memeluk pinggang mamanya.
"Ma, hari ini malas ke sekolah. Boleh bolos saja, kan?"
"Aduh, nggak boleh begitu sayang. Kamu harus sekolah, nak. Tapi sayang, setahu mama hari ini kan bukan hari libur, kok di kalendermu tanggal hari ini dilingkari merah? Apa Festival Hanami dilaksanakan hari ini?"
Dengan pikiran yang masih setengah sadar, Yeji berjalan menuju meja belajarnya dan mengambil kalendernya. Ketika dia melihat lingkaran merah itu, tubuhnya berjengit dan langsung lari ke kamar mandi. "Ma, aku bawa bekal saja, nggak sempat sarapan!" seru Yeji dari dalam.
°°°°°°°°°
"Hoahmm, akhirnya pelajaran sejarah berakhir. Kalian tau? Dari jam pertama, Pak Suho ngomong aja nggak aku dengarkan. Bayangkan sudah berapa kali Pak Suho ngomong "ya begitu". Hhh, untung saja hari ini aku tak ambil kursi depan, bisa-bisa mati aku disetrap depan kelas karena tidur saat Pak Suho mengajar 😣". Barusan adalah salah satu sahabat Yeji, Lia, yang selalu mengeluh setelah pelajaran sejarah :)
"Ah, sudahlah. Lagipula sekarang sudah istirahat. Lupakan saja dulu meganthropus erectus dan segala tetek-bengeknya." Ya, ini adalah Yuna, sahabat Yeji yang satu lagi.
"Iya deh, daripada aku stres juga nih." Lia akhirnya berdiri dan menarik lengan Yeji dan Yuna.
"Eh woi, hati-hati dong, sakit tauu", seru Yeji yang mengaduh kesakitan karena Lia menarik tangan mereka terlalu kencang.
"Ayo kita ke kantin, keburu semuanya habis ludes tau."
Sampai di kantin, Yuna langsung memesankan 3 mangkuk ramen untuk kami makan.
Lia pun membuka percakapan, "Eh Yeji, gimana kelanjutan hubunganmu dengan Jeno Lee? Apa kau masih menunggunya?"
Mendengar pertanyaan itu, Yeji agak terkejut dan menjawab, "Eum, kami sama sekali tak ada kontak. Bahkan ini sudah 6 tahun sejak kepindahannya ke Seoul." Malu-malu Yeji melanjutkan, "Tapi hari ini, kami sudah janji untuk ketemuan di suatu tempat."
Lia dan Yuna yang mendengar hal itu pun terkejut, "Hahh?? Yang benar saja hari ini kau bertemu Jeno?!" tanya Yuna.
"Ya ampun, kau ini nggak halusinasi kan, Hwang Yeji?" Lia berkata dengan suara yang cukup keras dan setelah itu menempelkan punggung tangannya di dahi Yeji.
"Ck, mana ada aku berbohong pada kalian", balas Yeji yang sedang menopang dagu dengan tangannya.
"Oke, yang jelas, kau ini ternyata menunggu seorang cowok yang selama 6 tahun ini tak ada kontak apapun denganmu, dan sekarang kau ingin bertemu dengannya hanya gara-gara janji apalah itu yang waktu itu kau ceritakan ke kami?" seru Lia berapi-api.
"Mm, ya, sepertinya begitu." Yeji hanya tersenyum manis setelahnya.
"Kau nggak berubah, Nona Hwang.", gumam Yuna.
°°°°°°°°°
Saatnya pulang sekolah.
"Dahh, semua...aku pulang dulu ya..." seru Yeji pada teman-teman sekelasnya."Huh, selamat ya.. yang mau bertemu pangerannya hari ini..." seru Lia yang sengaja mengeraskan suaranya agar seisi kelas dengar.
Ah, Yeji hanya bisa tersenyum malu mendengarnya.
Sesampai di taman, Yeji mendudukkan dirinya di bangku taman dan memasang earphone di telinganya. Sambil sesekali mengenang ketika dia bermain di taman tersebut bersama Jenonya. Jenonya? Ah, kenapa kali ini Yeji ingin bersifat egois. Entah, bisa saja Jeno sudah lupa kepadanya.
Hei, "kenapa sekarang aku di sini?" Begitu bunyi benak Yeji.
Kenapa tidak terlintas sedikitpun pikiran, bisa saja Jeno sudah lupa dengan Yeji. Bahkan dengan janji yang mereka buat. Ah, sore itu Yeji merasa terlalu naif. Kenapa dia berpikir sependek ini?
Namun hanya benaknya saja, Yeji tetaplah Yeji dengan segala kebatuannya. Sampai jam 6 sore, laki-laki yang ditunggunya tak kunjung datang. Yeji menundukkan kepalanya karena bosan.
Srek, srek...
Terdengar suara langkah kaki...Yeji mengangkat kedua sudut bibirnya, dan menatap laki-laki di depannya.
Ah, ternyata Na Jaemin, tetangga kelasnya yang akhir-akhir ini selalu menyapanya.
Sempat tergambar raut kecewa di wajah Yeji, namun untuk menghormati Jaemin, Yeji membungkuk untuk memberi salam. "Selamat sore, Jaemin."
"E-eh yaa...selamat sore Yeji. Mm, apa yang kau lakukan di sini? Bukannya ini terlalu menakutkan anak cewek pulang sesore ini?" (bahkan ini hampir malam).
"Ahh, aku sedang menunggu seseorang di sini, tapi orang itu tak kunjung datang. Jadi, setelah ini aku akan pulang."
"Bagaimana jika kita pulang bersama? Sepertinya tidak baik meninggalkan cewek manis sepertimu pulang sendiri."
Yeji sempat terkejut dan tertawa kecil "Mari, kita pulang."
Selama di jalan pulang, mereka mengobrol banyak hal. Yeji pun sangat senang jika sudah diajak ngobrol dengan Jaemin, pasalnya Jaemin ini sangat ramah dan lembut kepada setiap orang. Kalau kata Lia sih "Dabest ih, soft pisan T_T".
Ketika mereka mulai berbelok ke arah komplek rumah Yeji, Jaemin mengatakan sesuatu yang membuat Yeji terkejut.
"E-eh, itu, Yeji, aku ingin mengatakan sesuatu padamu, sebenarnya aku suka sama kamu. Maaf ini mungkin terlalu mendadak, tapi maukah kamu jadi pacarku?"
Dada Yeji sedikit berdebar, tapi setelahnya Yeji menjawab dengan tenang, "Maaf, Jaem. Bukannya aku ingin menyakiti kamu, tapi aku sudah punya orang yang kusuka."
Keadaan berduanya menjadi sedikit canggung.
Jaemin akhirnya membuka suaranya lagi, "Ah, itu nggak masalah Hwang Yeji. Aku yang terlalu cepat mengatakan ini hehe. Tapi setidaknya aku sudah menyatakan perasaanku. Omong-omong, siapa orang yang kau suka itu?"
>>>©®<<<
Pendek lagi wakakak
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali dalam Pelukanmu
FanfictionSaat dimensiku diwarnai kegelapan, dia datang layaknya pangeran berkuda putih yang menyelamatkan jiwaku. Teringin kusampaikan rasaku padanya yang semakin hari membuat jantungku berdebar. Tapi jarak tiba-tiba menjadi pemisah raga kami, yang pada saat...