Even if you can't see me, I can see you.
- Hwang Yeji"Omong-omong, siapa orang yang kau suka itu?"
"Mmm..."
"Kakak kelas? Kelas apa?"
"Ah, tidak. Dia tidak satu sekolah dengan kita. Dia sudah lama pindah dari Tokyo. Sudah lama juga aku tak bertemu dengannya." Yeji tersenyum menampilkan mata kucingnya yang menawan.
"Tapi bertahun-tahun ini, aku selalu memikirkannya. Otakku tak pernah berhenti memikirkan dia." Yeji tersenyum lagi dan menyibak beberapa helai rambut yang jatuh ke pipinya.
Jaemin yang melihat itu langsung merah pipinya, "Ah, cantik sekali", gumamnya dalam hati.
Seketika, Jaemin menghentikan jalannya sehingga membuat Yeji berhenti juga dan menatapnya.
"Ada apa?"
"Aku tak tahu siapa yang kau bicarakan itu. Tapi aku akan tetap berjuang!" Jaemin berseringai menampakkan deretan gigi putihnya yang siapapun pasti akan mengakui ketampanannya saat itu.
"Ah, Jaemin. Ini sudah arah rumahku. Kau langsung pulang saja tak apa. Terimakasih sudah mengantarku."
"Oke. Hati-hati sampai rumahmu nanti. Ingat, aku akan tetap berjuang, Hwang Yeji!" Jaemin melambaikan tangannya pada Yeji.
Yeji balas melambaikan tangan,"Kau juga hati-hati, Jaemin!". Entah kenapa, pada saat itu, dada Yeji berdebar tak karuan. Hmph, kenapa perasaan semacam ini selalu datang tanpa aba-aba?
Ah, sudahlah.
°°°°°°°°°
"Bagaimana pertemuanmu dengan Jeno?"
"Hm, kami tidak bertemu. Dia tidak datang ke taman. Sepertinya juga dia sudah melupakanku. Apa kalian pikir aku terlalu berharap?"
"Kupikir, bisa saja Jeno juga masih memikirkanmu, Yeji. Hanya saja, kau memang benar-benar tak memiliki kontaknya, ya?!", tanya Lia.
"Hmm, sama sekali tidak :(( "
"Ah, kau ini. Kenapa tidak terpikir untuk mencari akun medsosnya?"
"Hei, benar juga kau, Yuna."
"Sudahlah, sini. Aku bantu kau cari. Aku greget tau lihat hubunganmu dengannya!" seru Lia.
"Nah, Lee Jeno kan nama cowokmu itu?"
"Hmm, ya."
"Wah, langsung ketemu, nih! Yang ini bukan?", Lia menunjukkan foto profilnya.
Yeji sedikit memicingkan mata kucingnya, "Ya! Itu Jeno! Ah, leganya, jadi tau akun instanya :) "
Mereka hanya menemukan satu post foto dari akun @jeno_lee itu.
jeno_lee broadcast hari ini memuaskan haha
View all 50 comments
jangyeeun_ terima kasih untuk hari ini :)
Hah?! Siapa cewek yang komen itu?
Yeji langsung mengecek akun milik cewek itu."Kira-kira dia siapanya Jeno, ya? Apa mungkin itu pacarnya?", batin Yeji.
"Haha, kau khawatir kalau cewek itu pacarnya Jeno,ya?, Lia dan Yuna malah mentertawai Yeji karena Yeji terlihat cemburu.
Yeji menggembungkan pipinya setelah itu menundukkan kepala. "Apakah cewek ini benar-benar pacarnya? Mungkin saja hanya teman ya, kan?"
"Hahaha, sudah Yeji. Sekarang tidak usah dipikirkan. Kau follow dulu akunnya Jeno lalu kirimkan dia DM, lalu mintalah kejelasan tentang janji kalian itu!! 😆😆 seru Lia sambil tertawa.
"Aah, apa benar-benar harus kufollow? Pasti dia sudah lupa denganku."
Tuk!
You just followed @jeno_lee"Kalau tidak orang lain yang melakukan, pasti tak akan dia lakukan, Lia.", sahut Yuna.
Lia tertawa sangat keras. Diikuti dengan Yuna yang sekarang saking semangatnya tertawa dia sudah mulai menyikut-nyikut perut Yeji.
Yeji hanya memasang muka masam kepada mereka. "Sialan, Yuna."
°°°°°°°°°
School of Performing Arts, Seoul
"Hwang Yeji, sedang apa kau di sana?"
Hyunjin memegang bahu Jeno, sehingga Jeno terbangun dari lamunannya.
"Sedang memikirkan apa nih, pangeran?"
"Apa sih, kau ini! Aku tidak sedang melamun, hanya..."
"Hanya apa hayoo..." Ujin tiba-tiba datang dan ikut dalam obrolan.
"Sepertinya kau melamunkan cewek ya, pangeran?", tebak Hyunjin.
"Kalian ini. Sudah kubilang aku tidak melamun. Sudahlah, aku lapar. Aku mau ke kantin saja!"
"Dia beneran mikirin cewek?", tanya Ujin pada Hyunjin.
"Hm, entahlah. Tapi akhir-akhir ini sepertinya dia selalu melamun begitu."
Ujin menundukkan kepalanya, "Hei, beri tau aku jika Jeno sedang dekat dengan cewek ya."
"Hm, okelah."
>>>©®<<<
Jangan lupa votenya ya :))
Komen apa aja dehh wakakak
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali dalam Pelukanmu
FanfictionSaat dimensiku diwarnai kegelapan, dia datang layaknya pangeran berkuda putih yang menyelamatkan jiwaku. Teringin kusampaikan rasaku padanya yang semakin hari membuat jantungku berdebar. Tapi jarak tiba-tiba menjadi pemisah raga kami, yang pada saat...