#4: Amaris

27 3 5
                                    


"Teman? Kita? Jangan harap"

-San-

--->Enjoy👍

"Rais, minggir gak!"

San berjinjit sembari menekan pundak cowok itu, mencoba sebisa mungkin agar Rais segera menekuk kakinya.

"Heboh amat" Rais mendecih. "Mukanya aja pasaran gitu"

Cewek yang sedari tadi sibuk menjulurkan kepala untuk melihat wajah ketos itu mendelik sebal ke arah Rais.

"Bantuin gue dong, mukanya gak keliatan tau"

Rais menghela nafas cukup keras "caranya?"

San memijat pelipis. "Deskripsi aja lah"

Cowok di depannya itu memasang ekspresi malas, ia melirik sekilas ke arah depan.

"Kulitnya coklat, matanya dua, rambutnya berantakan, kalau senyum manis banget, hidungnya mancung, terus...."

Belum selesai Rais mengoceh, San segera memotong tanpa basa-basi.

"Gue nanya muka ketos, bukan muka lu. Terus apa tadi? Senyumnya manis? Mau muntah gue." Ucapnya sambil mendelik.

Rais mendecih lagi.

====>

"Perkenalkan nama saya Zein Amaris selaku ketua osis SMA Candramawa. Pertama-tama saya akan menyampaikan beberapa hal..."

Suara ketos itu bergema memenuhi atmosfer sekolah.
Suara berat dengan intonasi yang tenang.

Lah suaranya kok familiar? Batin San dalam hati.

Ia menjulurkan kepala untuk kesekian kalinya dan akhirnya ia berhasil. Tapi bukannya senang ia malah terperanjat dan hampir terjungkal ke belakang.

"E....eh i-itu kan....









"ORANG YANG GUE TABRAK TADIII!!!!"







Rais menoleh sambil menaruh telunjuk di bibir
"Ssstt.... jangan keras-keras, bego. Semua orang jadi merhatiin kita"

San refleks menutup mulut dan memerhatikan pandangan siswa lain ke arahnya.

"Jahat lo! Kok gak bilang itu orang yang tadi sih?!"

"Kok lo jadi marah ke gue?"
Cowok itu memasang muka tanpa dosa lalu memalingkan wajah ke depan lagi.

"Asem ni orang" umpatnya.

Rais memeletkan lidah sambil terkekeh "Dia alumni SMP gue" terangnya lalu menyeka keringat di pelipis.

San bergidik.

Sambutan ketos itu tak berlangsung lama, disusul sambutan-sambutan berikutnya dari pengurus lain.

Zein Amaris, ketos dengan tubuh semampai itu kembali ke lapangan, bergabung dengan para panitia.

15 menit kemudian, selepas upacara penyambutan dibubarkan, siswa baru diarahkan ke aula sekolah.
Melewati koridor area kelas 11 yang rusuh. Hampir  Semua siswi membicarakan sambutan ketos tadi, kecuali untuk satu orang...


San.


"Woi, jangan ngelamun gitu. Ntar kesambet" sahut Rais meledek.

"Plis, gue lagi gak niat bercanda. Terlebih lagi.... kenapa sih lo dempet ke gue terus?"

"HAH?!"

"dari upacara tadi sampe sekarang lo ngekor gue mulu"

"Ya karna kita teman" Rais tersenyum sumringah.

San menggeram.
"Teman? Kita? Jangan harap!"

Cewek itu mempercepat langkah meninggalkan Rais, ekspresinya benar-benar kesal. Entah sebab apa.

Rais membeku.
"Eh... t-tunggu itu hati-hati di depan lo ada..."

BRUK!

"Ouch!"

"Aduh!"

"ARGH! KENAPA SIH HARI INI GUE SIAL BANGET!"

San menyerah. Mood nya rusak sudah.

Orang yang di tabrak itu mengangkat kepala dengan muka keheranan.

"Ck, lo lagi..., lo lagi. Sengaja ya?"

San mematung di tempat.

Musnah aja lah gue.

"Kak, maaf saya benar-benar gak liaaaat! Sumpah!"

Ketos itu memasang senyum

"Hahaha... gak papa. Santai aja kali. Tadi pagi gue cuma bercanda!"

Ia tertawa.

"well, gue juga mau minta maaf, gak fokus kalau jalan"

San mengerjap beberapa kali, tidak percaya.

"Lo kalau bicara liat orangnya dong, jangan nunduk mulu"

San menegak.

"Lo... siswa baru kan? Panggil aja gue Zein, cepetan ke aula. Teman-teman lo mungkin dah nunggu di sana"

Zein menepuk kepala cewek itu sekilas kemudian melangkah pergi, menyisakan seorang cewek yang terpaku.





Iya, terpaku. bukan terpanah.






------->

Ada yang aneh. Seseorang jadi aneh. Tingkahnya jadi aneh.

Rais.

Dia memasang wajah datar, saat kejadian tadi dia juga hanya terdiam, saat ketos itu pergi ia hanya melirik San yang membisu lalu melenggang pergi. Rais jadi aneh. Rais yang banyak bicara dan konyol itu jadi diam seribu bahasa.

Tak hanya Rais, San juga bertingkah serupa. Ia memilih menepi ke barisan aula paling belakang. Wajahnya tak memasang ekspresi apapun. Ia menyaksikan panggung aula dengan tatapan kosong. Ada yang mengganggu pikirannya.









Hingga bahkan ia tak manyadari ada sesuatu yang salah.






#ini cerita random tapi bukan telur yang di orak-arik
#vote and like
#seikhlasnya...

See you in next chapter~























Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SunRiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang