03. Danindra Gianni

50 4 2
                                    

Juanda memiliki alasannya tersendiri untuk kemudian menjadikan Gianni istrinya. Padahal makhluk satu ini sangat tidak bisa diatur, kasar dan urakan.

Selain itu, Juanda juga menyadari jika perwujudan ketidakpedulian dia terhadap dirinya sendiri adalah, dengan menikahi Gianni.

Kisah panjang mereka akan diceritakan mulai dari sini. Juanda mungkin tidak memiliki keinginan kuat untuk mengingat masa lalunya, tetapi selama ada Gianni disana. Tidak ada masa lalu yang menyedihkan untuknya.

Itu karena, Gianni menyenangkan.

Statusnya yang sudah menikah, maupun fakta pernikahannya bersama Gianni, tidak ada yang mengetahui itu selain keluarga Gianni dan keluarganya sendiri.

Sesuatu membuatnya tidak yakin akan bisa menceritakan ini pada temannya dalam waktu dekat.

Apalagi semua orang yang berpihak di sisinya tidak menyukai Gianni. Begitupun pihak pembela Gianni semua membencinya.

Lagi-lagi, kecuali keluarga mereka. Atau setidaknya begitu yang Juanda pikirkan.

Malam ini, Ketika semua lampu sudah dimatikan, temaram layar laptop Gianni menjadi salah satu sumber cahaya di kamar Juanda malam itu. Jendela besar dibelakang sosoknya adalah sumber cahaya yang lain.

Karena apartemen mereka cukup tinggi, pemandangan kota dapat terlihat jelas, kelap kelip maupun solid, semuanya merupakan permata malam yang indah.

Juanda baru saja selesai mencuci dan mengeringkan pakaian gym Gibran yang berbau sampah. Gianni sangat sensitif dengan barang orang lain, meski sudah tahu itu Juanda tetap membawanya pulang untuk sengaja membuat masalah. Mereka bertengkar dan saling memaki setelahnya, kemudian makan dan mandi dengan damai.

Tetapi, ini malam yang terlalu cepat selesai, Juanda rasanya masih ingin membuat Gianni naik pitam. Dia bosan dan ingin main game.

Tetapi, permainan apapun akan seratus kali lebih menyenangkan jika Gianni ikut serta.

Dengan piyama dinosaurus, Juanda bangkit dari ranjang, membawa kursi lain dan duduk di samping Gianni yang sedang bekerja.

"Tadi celana boxer-ku kamu pakai, tidak? Aku sampai keringatan seharian ini-"

Belum selesai bicara, sebuah sikut menghantam keras dada bidangnya.

"Jangan coba-coba.." Gianni memberi Juanda peringatan dengan telunjuknya, matanya melotot dan bibirnya mengatup rapat.

Juanda hanya mengedikkan bahunya, "Iya, iya.. tidak"

Mengganggunya mungkin adalah cara tercepat untuk membuat Gianni marah, tapi salahkan saja dia yang tidak bisa tidur.

Juanda menautkan bibirnya, tangannya yang bebas mencari benda untuk dimainkan. Dia memutar pulpen, meminum kopi di meja itu, menulis lirik lagu di buku catatan, sampai memutar musik dari ponsel Gianni.

Musik pop dengan dominasi suara gitar elektrik, dari musisi favoritnya.

Sosoknya yang tidak bisa diam juga berputar-putar di kursi, berkeliling dan berkaraoke ria di meja kerja istrinya.

Namun, matanya yang juga berkelana itu akhirnya tertuju pada rambut Gianni yang tergerai, beberapa rambutnya menutup bagian samping wajahnya.

Tangan Gianni yang yang sedang mencatat tiba-tiba mengepal kuat, membuat Juanda sadar akan sesuatu. Dia segera meraih ikat rambut di samping gelas kopi dan memakaikannya pada Gianni.

Sejurus kemudian, Gianni berdiri dan meraih baju kerah Juanda yang berpura-pura memberontak.

"Hey, hey, apalagi ini.. aku kan sudah membantumu mengikat rambut" Juanda mencoba meraih tangan Gianni yang menyeretnya pergi dengan tidak serius.

Ludic L-(ove)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang