Bagian 1

20 5 0
                                    

Pagi yang cerah untuk hari yang muram

..........

Hariku selalu terasa berwarna bersamamu, namun lebih tenang jika tanpamu.

..........

Isla melotot kesal, "Udah gue bilang. Tidur cepet. Jangan jadi kalong. Telinga lo budeng?" Isla berkata dengan ketus sambil berkacang pinggang dan Dean yang berdiri menjulang tinggi dihadapannya. Isla harus mendongak untuk melihatnya.

"Nunduk!" Dean menatapnya memelas.

"Nunduk gue bilang. Lo harus dikasih pelajaran." Dengan pasrah, Dean menundukkan badannya hingga sejajar dengan tinggi Isla. Tangan Isla langsung menjewer telinga Dean dengan kuat.

Isla Mairani. Cewek imut dengan pipi tembem, muka oval dan pendek. Memiliki hidung yang mancung dan bulu mata melentik.

"Mai maaf Mai," mohon Dean dengan tampang memelas.

"Jangan panggil gue Maira lagi. Berapa kali gue bilang. Gak ngerti bahasa manusia lo?" Isla makin melotot kesal, menjewer telinga Dean lebih kuat bahkan telinganya sudah memerah.

"Iya, ampun Mai eh La. Ampun Isla." Dean menatap Isla memelas. Isla langsung membuang muka acuh. Gemas melihat wajah Dean.

Isla melepaskan tangannya dari telinga Dean. Dean segera berdiri tegap, punggunya sakit jika menunduk terlalu lama dan telinganya juga sangat sakit. Dean menggosok telinganya yang kemerahan dengan gerutuan tak jelas.

Isla yang menangkap gerutuan Dean, menoleh ke arahnya, "apa? Mau marah? Mau gue tambah lagi jewerannya biar putus telinga lo." cetus Isla dengan garang. Mirip sekali seperti emak-emak yang memarahi anaknya. Isla emaknya dan Dean anaknya.

"Gak. Ampun Mai. Gak lagi dah," Dean naik ke motornya, memasang helm lalu memberikam helm satunya ke Isla, "nih." Dean memberi helm itu ke Isla.

Sebelum Isla mengambilnya, Dean kembali menariknya, "ngapain lo tarik? Mau lama-lama? Mau terlambat?"

"Gak Mai. Ya Allah. Kok lo su'udzon banget sama gue. Gue mau makaiin. Lo kalau pakai helm gak becus, rambut lo jadi kusut." Dean menjelaskannya sambil memakaikan helm ke kepala Isla.

"Bilang dong. Gue kan gak tau."

"Dih ... Lo nya aja yang asal nuduh," cibir Dean.

"Jangan mulai. Gue tabok nanti lo."

"Iya kagak."

Dean mengulurkan tangannya. Membantu Isla naik ke motor besar miliknya. Sudah mengerti, bahwa Isla akan selalu sulit naik ke motornya. Isla itu pendek, tidak akan sampai naik motor sebesar itu.

Setelah duduk diboncengan. Isla langsung melingkarkan tangannya ke perut Dean dan menyandarkan kepalanya dipunggung kokoh milik Dean.

Dean melirik dari kaca spion. Di rasa Isla sudah aman, ia menghidupkan mesin motornya. Membawa motornya keluar dari komplek perumahan ke sekolah.

🍂🍂🍂

"Mai gue suka heran deh." diperjalanan menuju sekolah. Dean membuka suara.

HALUSINASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang