Menghayalkan hujan
..........
Kamu itu seperti hujan hayalanku. Dapat disentuh namun tak dapat digenggam.
..........
"La, kenalin dulu temen baru gue," ucap Rena sambil menarik seorang laki-laki duduk dihadapan Isla. Saat ini mereka sedang di kantin, berbaur diantara orang-orang yang sedang kelaparan.
Isla yang fokus ke makanan. Mendongakkan kepalanya, menatap laki-laki yang 'katanya' teman Rena.
Rena mendekatkan sedikit wajahnya ke Isla, lalu berbisik ditelinganya dengan suara sepelan mungkin, "Dia juga calon pacar gue," kekehnya dan menjauhkan wajah dari Isla.
"Hallo ... gue Atha," kenalnya sambil menyodorkan tangan. Isla memberi senyum ramah dan menyambut uluran tangan Atha dengan hangat.
"Gue Isla," balas Isla sambil melirik Rena yang senyum-senyum tidak jelas. Mereka duduk bertiga di meja itu, sedangkan Dean sedang pergi bersama teman-temannya. Entahlah, anak itu tidak bisa pernah diam bersama Isla. Lagian, mungkin Dean juga butuh teman selain Isla.
"Kalian udah lama kenal?" tanya Isla membuka pembicaraan. Tak enak juga jika diam-diam saja.
"Baru-baru ini juga. Gue kan pindah ke sini 3 hari yang lalu," jelas Atha. "Temen lo ini yang nempelin gue mulu. Makanya lumayan deket jadinya," lanjut Atha sambil terkekeh pelan, apalagi Rena sudah cemberut menatapnya.
"Lo mah gitu. Berasa gue ngejar-ngejar lo mulu dah," cetus Rena tak terima, lalu memalingkan wajahnya sambil melipat ke dua tangan di dada. Seperti orang merajuk.
"Kan emamg kenyataannya begitu. Lo ngejar gue," ucap Atha mengangkat bahu acuh, lalu tertawa. Ya, sebenarnya memang Rena selalu berusaha mendapat perhatian Atha, hingga Atha pasrah membiarkan Rena mengikutinya dan memberikan nomor ponsel kepada Rena. Rena pemaksa!
"Jangan jujur amat bisa kagak?" ucap Rena dengan pelototan. "Lo menjatuhkan harga diri gue didepan sahabat gue sendiri," kesal Rena dan berakhir dengan cemberut. Atha tertawa pelan, lalu mengelus rambut Rena dengan lembut.
"Tapi gue suka kok," ucap Atha. Rena langsung menatapnya dengan binaran. Atha menurunkan tangannya.
"Suka gue?" tanya Rena menunjuk dirinya. Sangat percaya diri memang.
"Bukan. Suka Isla," kekeh Atha dengan nada bercanda. Tertawa seakan yang dikatakannya lucu.
Isla yang tadi ikut tertawa melihat keakraban mereka terdiam, begitu pula dengan Rena yang langsung terdiam. Atha masih tetap tertawa bahkan sampai terbahak.
Isla dan Rena saling pandang. Lalu menatap Atha dengan pandangan yang tak dapat dijelaskan artinya.
"Kalian kenapa diem?" tanya Atha bingung setelah ia meredakan tawa. Isla menggeleng sebagai jawaban. Rena menyorot Atha dengan pandangan kesal.
"Gue bercanda doang, sorry girls, jangan dibawa serius juga kali," cengir Atha. Mereka baru kenal, namun seperti sudah kenal lama. Karena Atha yang humble membuat lawan bicaranya nyaman dan mudah mengimbangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALUSINASI
Teen FictionKisah tentang seorang Isla yang selalu berhayal mendapat pangeran hati yang mampu membuatnya luluh. Tiap saat wajahnya selalu terbayang dibenak ini. Barang sedetikpun tak mengizinkan diri ini untuk tenang tanpa gangguannya. Bukan ia yang salah, nam...