'Saya terima nikah dan kawinnya...'
'alhamdulillah'.
Fahri menatap wajah istri yang baru saja dipersuntingnya seraya mendekatkan kepalanya ke depan wajah istrinya dan mengecup kening sang istri sekilas dengan mata yang masih menatap wajah sang istri. Seumur senyuman yang terlukis di wajah indah sang istri membuat tenang perasaan Fahri saat melihatnya.
'kau adalah seorang bidadari yang Allah takdirkan untuk ku, yang akan selalu kucintai sepanjang hidupku'
Fahri memeluk erat sang istri dan tanpa sadar Fahri meneteskan air matanya.
🍁🍁🍁
"Astaghfirullah"
Fahri terperanjat kaget dengan napas yang tersengal-sengal dan langsung mengambil jam Beker yang ada di samping tempat tidur. Jam menunjukkan pukul 01.30 malam. 'ternyata hanya mimpi' batinnya.
Mata Fahri mengontrol ke segala arah, alhamdulillah gak ada satu orang pun yang terbangun padahal Fahri sendiri merasa berteriak cukup kencang.
"Kenapa ya, akhir-akhir ini aku bermimpi sangat aneh, menikah? Tapi siapa wanita yang aku nikahi? Kenapa aku sama sekali tidak mengingat sedikitpun wajahnya? Ya Allah apa ini petunjuk darimu?" Bisik Fahri didalam hati sambil menutup matanya dan melipat telapak tangan di dadanya.
'berdetak kencang' itulah yang sedang dirasakan Fahri saat ini.
🍁🍁🍁
"Assalamualaikum"
Fahri masuk kedalam kamar dengan pakaian yang sudah rapi dan tidak terlupakan senyum ramahnya yang selalu terlukis di wajahnya.
"Waalaikumsalam..." Jawab Zein, Latief, Fikri, dan Doel serentak tak lupa membalas senyuman Fahri.
Fahri adalah ketua kobong, tentu sangat dihormati terlebih Fahri adalah kepercayaan Abah, dan orangnya juga sopan, ramah dan baik.
"A' tumben baru ke kobong? Abis darimana pagi-pagi? Zein pantau aa udah gak ada dikobong, hayoo abis ngapain..?" Zein bertanya dengan menggoda membuat Doel, Latief, Fikri saling tatap dan ikut tersenyum jail menggoda Fahri.
"Iya nih, aa darimana pagi-pagi udah gak ada dikobong?!" Sahut Fikri yang mulai ketularan kepo nya, Zein.
Fahri tersenyum dan menaikkan satu alisnya. "Ih apaan sih. Yang jelas aa gak ke pondok nya santriwati terus ngintipin yang lagi mandi. Udah ah, bentar lagi kan mau mulai ngajinya. Entar terlambat lagi, sekarang ngaji Abah tau."
Tidak tau siapa yang memulai Zein, Doel, Latief, dan Fikri malah tertawa dengan tangan yang sibuk mencari kitab.
"A Fahri, a Fahri.. siapa coba yang nuduh a Fahri ngintip orang yang mandi... Haha, a Fahri teh lucu." Balas Zein dengan sisa tawanya.
Zein adalah anak kamar yang paling kepo dan paling pintar menggoda orang lain. Tapi jangan salah, Zein juga orang yang sangat pintar bermain marawis nya.
"Entos atuh entos, entar a Fahri nya marah. Entar siapa yang bakal ngasih tau kalau ada ulangan perkelas?!" Sergah Latief dengan logat khas sundanya, karena memang ia asli kelahiran Bandung.
Fikri dan Doel langsung mengangguk mengiyakan. Zein langsung berhenti tertawa dan menatap Fahri dengan ragu. Yang ditatap hanya sibuk mencari-cari kitab dengan tersenyum geli.
🍁🍁🍁
'Ya Allah berilah petunjuk kepadaku siapa wanita yang selalu hadir di mimpiku. Kenapa aku tidak pernah mengingatnya? Umurku sudah 23 tahun tapi sampai saat ini aku belum pernah merasa cocok dengan siapapun. Ya Allah berilah petunjuk pada hamba Mu ini.'
Fahri menatap lurus dengan pikiran yang terus bertanya-tanya sudah tiga kali ia bermimpi bertemu seorang wanita tapi wajah wanita itu sama sekali tidak diingatnya. Dan semalam malah mimpi nikah padahal wanitanya saja gak punya, gimana mau nikah. Fahri tersenyum sendiri.
"Fahri."
Fahri melirik ke asal suara yang memanggilnya. Ternyata itu adalah Zahier, anak bungsu Abah yang juga mengajar di pesantren.
"Iya a." Jawab Fahri dengan melemparkan senyuman ramah.
Zahier duduk di samping Fahri dengan menatap lamat garis muka Fahri dan membalas senyuman ramah Fahri.
"Aa liat kamu lagi bingung, ada apa?"
Fahri tersentak kaget. 'kenapa a Zahier tau yang aku pikirkan?'. Fahri menundukkan wajah dan menggeleng kepala.
"Gak usah malu Fahri. Cerita aja, siapa tau aa bisa ngasih pendapat atau saran. Gini-gini juga aa ngerti loh masalah cinta." Zahier tertawa renyah menggoda Fahri yang terus menunduk.
Yang ditanya malah diam tak bergeming. Zahier juga terdiam, menunggu Fahri bercerita.
"A', Fahri pengen nanya." Akhirnya Fahri membuka percakapan dengan nada yang serius sambil terus menundukkan kepala.
"Nanya apa Fahri?"
"A', mimpi itukan bisa disebut bunga tidur tapi jika tiga kali mimpi dengan sama, apa itu juga termasuk bunga tidur?"
Zahier terdiam memutarbalikkan pemikiran. Fahri menatap Zahier lamat menunggu jawaban.
"Mimpi apa?" Balas Zahier dengan penuh pertanyaan.
"Mimpi bertemu wanita dan yang semalam mimpi nikah sama wanita, tapi Fahri gak tau siapa wanita itu. Mukanya juga lupa a' ". Cerita Fahri atas apa yang dialaminya dengan malu-malu.
"Udah istikharah?" Tanya zahier
"Belum"
Zahier tersenyum akan tingkah Fahri. "Coba dulu shalat istikharah, siapa tau ada petunjuk. Ya udah, aa mau pulang dulu nanti kita teruskan lagi. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam"
Zahier meninggalkan Fahri yang merenung dengan seribu pertanyaan. Padahal Fahri masih banyak yang ingin ditanyakan kepada Zahier.
'aku akan mencoba sholat istikharah.' batin Fahri meyakinkan.
Say hello gaesss:):)
Aku buat cerita islami,, bukan buat sih sebenarnya. Hanya mempublikasikan cerita yang sudah lama tertulis dalam buku yang ku pegang.
Yeah, meski begitu butuh beberapa perbaikan juga. Ini bukan cerita copy yah,, cerita ini tuh asli dari pelangi yang selalu datang pada temanku. Aku mengajaknya untuk memasukan cerita ini ke wattpad. Jadilah seperti ini. Temanku yang membuat dan aku yang memasukan pada wattpad.
Oke,, sudah cukup informasinya..
Pokonya jangan bosan ya..
Jangan lupa juga vote and koment nya.See you next part😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dalam do'a
Ficção GeralKisah seorang santri yang mengharapkan cinta dan ridho Allah. 🍁🍁🍁 Jika saya bukan muhrim untuk memeluk dan menghangatkan badanmu, tapi saya bisa menghangatkan mu dengan cara lain yang lebih halal tanpa ma'siat. Yaitu dengan memberikan obatnya, ya...