J

728 95 6
                                    

"jaemin!!"

aku berlompat-lompat kecil kearahnya saat melihatnya keluar dari ruang ganti.

"mau pulang ya? gamau istirahat dulu? kamu capek?"

dia mengemasi barangnya tanpa suara lalu keluar dari gedung sekolah.

aku mengikutinya.

"jaemin, kau tau, kau sangat keren saat menembak panah tadi! bahkan kamu mencetak skor 10! benar-benar hebat!"

jaemin diam. dia pasti tidak menghiraukanku.

aku kembali terdiam. senyumku hilang. selama setahun ini dia selalu begini.

aku terkadang lelah mencoba.

tapi lagi-lagi aku mencoba tanpa kenal lelah.

aku hanya berjalan di samping jaemin ditengah malam yang dingin.

hari ini dia tidak berhenti di toko biasanya, melainkan langsung kerumah.

aku tentu heran, tapi dibandingkan bertanya, lebih baik aku diam saja dan terus mengikutinya.

"jaem--"

mataku melebar saat melihat mata jaemin yang memerah. hidungnya juga.

airmatanya mengalir.

"jaemin..." panggilku lirih.

dia duduk di depan pintu rumahnya, menunduk, menahan isakannya.

aku ikut duduk di sampingnya, kembali menepuk pundaknya seperti di taman waktu itu.

airmataku ikut menetes. "menangislah. jika kau lelah dan tidak ada yang bisa kau ajak bicara, menangislah. aku tidak akan memandangmu aneh karena sudah menangis."

isakannya kembali terdengar. sungguh hatiku sangat sakit mendengar tangisan itu.

di tangannya ada ponselnya yang menyala. bukan panggilan. tapi sebuah reminder.

'tabrak lari'

melihat itu, aku menatap jaemin. airmataku semakin deras.

aku bergeser sedikit agar lebih rapat dengannya, lalu memeluk dia.

"aku tau, jaemin. aku tau itu berat. tumpahkan saja semua. tumpahkan. aku disini."













bingung? sama :)

di vote gais biar gw merasa berguna nge up chap lagiii

Sight | na jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang