separuh hati

19 1 0
                                    

Akhirnya laki-laki itu hanya bisa menghembuskan nafas, sejenak mencoba untuk mengabaikan semua perasaan dan fikirannya. Namun bagai mana ia bisa,,? jika janin itu adalah anak abangnya, jika perusahaan itu adalah kehidupan abangnya, bagai mana ia bisa,, bagaimana ia bisa mengabaikannya.

Ruang tunggu kamar inap VVIP tempat Haris terbaring masih senyap, dokter belum keluar dari kamar Haris sejak laki-laki itu siyuman, semua yang menunggu masih membisu, bagai mana tidak, baru beberapa bulan Haris mendapatkan donor jantung itu dan kini karena kelalaian mereka Haris kembali harus mendapatkan perawatan intensif.
“Mengapa sampean tidak mengabari kami kalau Haris sudah keluar dari rumasakit kang,,??” Suara bariton itu memecah keheingan, membuat Reza seolah tersengat petir karenanya, laki-laki itu segara terkesiap dari lamunannya.
“Maafkan saya kiai,,, maafkan saya,,, semampu saya, saya melakukan yang terbaik.” Kata reza gagap menghadapi kiai sepuh itu.
“Seperti itukah sampean menganggap kami,? Saya tau saya tidak bisa melakukan apapun untuk Haris, meski nyawanya di ambang kematianpun saya tidak bisa melakukan apapun, tapi sedikit saja,, sedikit saja,, tidakkah sampean merasa harus berbicara dengan saya, memang sampeanlah yang memperjuangkan semuanya, tapi bagai manapun kami adalah orang tuanya." Kemarahan kiai sepuh itu tak lagi terbendung, gumpalan hitam itu begitu saja terurai, batin kebapakannya terluka, ia khawatir.

"Mboten ngoten kiai, kulo pn kehabidan waktu. Dan tidak ada apapun yang saya pikirkan saat ini krcuali MLO, seminggu lagi pertemuan akan di lakukan, dan yang bisa menyelamatkan MLO hanya gus Haris, kulo mboten gadah kuasa. Sepuntene,, sepuntene kiai, sepuntene, sepindah meleh kulo berusaha semampu kulo melakukan yang terbaik untuk semuanya."

  Abah menghembuskan nafas resah, kegundahan menyeruak. Sekali lagi, untuk kesekian kalinya laki-laki itu hanya bisa menutup wajah dengan keduatangannya.

"Haris samasekali tidak ada hubungannya dengan MLO kang, lalu apa yang bisa di lakukan Haris,,??" Tanya kiai Harun akhirnya mulai mendengarkan.

"Sepuntene kyai, sepindah meleh sepuntene engkang katah. Tapi namong niki satu-satunya cara engkang saget mengamankan MLO, setelah ini saya tidak akan lagi memaksa gus Haris, beliau cukup menjadi wajah MLO, saya dan sky waif yang akan melakukan semuanya."

"Wajah MLO,,?? Maksud sampean,,??"

"Sepuntene kiai. Kami,, kami tidak memiliki cara lain selain memanipulasi berita wafadnya gus Faris."

   Air mata laki-laki sepuh itu meleleh. Apa sesungguhnya yang ia sesali, apa sesungguhnya yang ia tangisi, bukankah ini adalah takdir tuhannya, dan pada asalnya anak-anak tersayangnya hanyalah titipan, bukankah Tuhan telah memperingatkannya

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلاً

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik menjadi harapan. [Al Kahfi:46].

Laki-laki sepuh itu mengucap istighfar beberapa kali, membuyarkan gumpalan hitam yang menguasai hatinya

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

embun padang pasir 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang