¤[18]

1.7K 124 12
                                    

"K-kau menyalahkan ku lagi atas kematian orang terdekat mu itu? Kau membuat ku merasakan hal yang ku lalui dua tahu itu dengan masa depresi, Jeon. Kau sukses membuat ku merasakan hal menyakitkan yang telah ku kubur dengan susah payah."

"Sepertinya bagus juga aku mengungkitnya. Agar kau sadar bahwa kau memang pelaku yang telah membunuh mereka tanpa kau sadari. Pertama, kau sudah membunuh kakak ku. Dan yang kedua, kau membunuh kekasih ku. Kenapa kau tidak mati saja, sialan!." Geram Jungkook frustasi sambil mengusap wajahnya kasar.

"Jika aku boleh mengubah takdir ku, Jeon. Aku lebih memilih mati saat kecelakaan mobil yang dialami aku dan kakak ku. Tapi sayangnya takdir lebih menyayangi kakak ku." Yerim menatap Jungkook dengan tatapan yang sendu. Yerim merasa di dunia nya sekarang ini sudah tidak ada yang menginginkannya lagi. Lebih baik dirinya mati jika hanya mendapatkan kepahitan dan ketidak adilannya di dunia manusia ini.

"Jika aku mati dari dulu, mungkin kau tidak akan menaruh dendam ke padaku sekarang yang merupakan sahabatmu sendiri. Aku berpikir, jika aku mati saat itu apakah Jungkook akan sedih dan mengalami depresi juga? Itu akan membuat mu kesepian, tapi ternyata aku salah. Karena aku hidup pun tidak ada gunannya."

Jungkook masih diam. Ia tidak mengucapkan satu kata pun. Perasaan nya sekarang campur aduk.

"Kau menginginkan aku mati bukan? Baiklah aku akan mengabulkannya. Malam ini kau mengajakku ketempat yang cocok untuk bunuh diri, Jeon. Ada yang ingin kau lampiaskan padaku sebelum aku benar-benar pergi?." Ucap Yerim sambil menggengam tangan Jungkook. Ia tidak marah saat Jungkook menyalahkan atas semua kematian orang terdekatnya. Ia yakin Jungkook orang baik yang akan menjadi orang terbaik dalam hidupnya.

Sekarang Jungkook merasakan sesuatu yang aneh. Dirinya seperti tidak rela jika harus kehilangan Yerim. Seharusnya otak jernih nya berjalan dengan benar sejak awal. Seharusnya ia sadar bahwa Yerim jauh terpuruk karena gadis itu sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya, kakak nya, dan juga kekasihnya. Dibanding dirinya yang masih bisa merasakan hangat nya kasih sayang kedua orang tua.

"Sebaiknya kita pulang, Yer." Jungkook ingin menarik tangan gadis itu. Tapi Yerim menahan tangan Jungkook.

"Tidak, Jeon. Kita sudah jauh-jauh kesini. Kau juga sudah menunjukkan hal terindah sebelum kematian ku. Aku senang. Sehingga aku bisa meninggal dengan tenang." Senyuman yang terukir di wajah Yerim membuat Jungkook geram. Gadis itu masih bisa tersenyum disaat seperti ini. Kau sudah benar-benar gila mengajaknya kesini. Kenapa selama ini kau tidak menyadari Yerim yang selalu baik dan selalu ada di sisi mu itu. Kenapa? Kenapa kau terlambat mengakuinya? Kau bodoh, Jeon.

"M-maaf kan aku, Yer. Aku bodoh dan brengsek, karena berniat membunuhmu. Tapi kumohon jangan mengabulkan rencana iblis ku ini, atau aku akan benar-benar kehilangan orang berharga yang ketiga, Yer" Jungkook membawa Yerim kedalam dekapannya. Ia menangis.

"Jangan menangis. Aku ada disini. Semoga hari terakhir kita bisa membuatmu lebih baik. Tolong pesan kepada Bunda dan Ayah yang sudah baik menjaga dan mengurus diri ku dan juga memberi ku kasih sayang. Maaf juga karena aku telah membagi dua kasih sayang orang tuamu. Maaf kalau selama ini aku menjadi beban kedua orang tua mu dan juga dirimu, Jeon." Jungkook mengeratkan pelukan nya ke tubuh Yerim. Ia hanya ingin satu. Bahwa gadis ini tidak akan benar-benar lompat ke bawah sana. Akal pikiran Jungkook sudah jernih. Kau telat, Jeon. Semoga kau bisa menjaga hal yang membuatmu bahagia, yaitu Kim Yerim.

Yerim melepaskan pelukan Jungkook. Dipandang wajah Jungkook yang sembab karena menangis. Tangan nya ia ulurkan untuk menghapus jejak air mata milik Jungkook. Ia tidak ingin Jungkook terlihat sedih di terakhir pertemuannya.

"Jangan tunjukkan wajah sedih mu. Aku tidak suka melihatnya." Rajuk Yerim yang terlihat lucu di mata Jungkook.

"Kumohon, sebaiknya kita pulang. Kau ingin pulang kan, Yer?." Yerim mengangguk. Lalu berjalan perlahan kebelakang.

ғᴀᴋᴇ [ᴊᴜɴɢʀɪ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang