rindu.

37 3 0
                                    

3 minggu berlalu, kulihat pesan dari Lintang yang tak kubaca dari seminggu yang lalu. Aku penasaran dengan isi dari pesan itu. Aku buka dan kubaca pesan tersebut.

"Eng, aku tau kamu disana lagi seneng banget ketemu temen baru. Masa kamu tega banget sih ngelupain aku gitu aja. Dua minggu loh kamu gak chat sama aku, nyapa aja nggak pernah. Kamu ada cewe baru ya? Ciee selamat deh kalo udah ada doi. Yaudah, Eng. Aku gatau lagi mau ngetik apa. Hati-hati disana. Aku kangen sama kamu yang dulu, tapi ya buat apa juga sih. Oh iya, Eng aku ganti nomor habis pesan ini. Kalo ada apa langsung ke rumahku aja ya. Aku gak pindah rumah kok." Katanya di Whatsapp.

Aku hanya diam, menyesali perbuatanku yang tak ada baiknya di mata Lintang. Dia merindukanku disana, tapi aku malah melupakannya dan mengutamakan orang yang baru kukenal. Aku sadari, diriku sudah terlalu jahat padanya. Aku memutuskan untuk menemuinya, ke rumahnya secara langsung dan ingin meminta maaf dengan semua yang telah kulakukan padanya. Aku juga rindu bercanda tawa seperti dulu lagi dengannya.

Aku telah sampai di depan rumahnya. Rumahnya mewah, bercat putih dan berpagar tinggi, membuat gugup setiap laki-laki yang mengunjungi rumahnya untuk menjemputnya berkencan. Aku menekan tombol bel yang ada di depan rumahnya dan aku bertemu dengan Bibi Rusmah, seorang pembantu yang bekerja di rumah Lintang. Meskipun orang-orang yang tinggal di rumah Lintang memanggilnya "Bibi" aku lebih suka memanggilnya "Bu" karena usianya yang tua dan sangat ramah kepada orang orang yang mendatangi rumah Lintang.

"Eh, mas Angga, lama gak ketemu mas Angga."

"Iya, Bu. Sibuk sama tugas sekolah. SMA sekarang udah banyak tugas, kaya anak kuliah."

"Oalah, iya mas Angga. Monggo masuk dulu. Mau ketemu Mbak Lintang ya?"

"Iya, Bu Rusmah. Udah lama gak ketemu Lintang."

"Anu, mas Angga, maaf. Pangapunten sanget, mbak Lintang diapeli sama pacarnya barusan. Mas Angga masih mau tah ketemu mbak Lintang? Biar saya panggilin mbak Lintangnya."

"Oh, nggak usah Bu Rusmah. Saya pulang saja kalau begitu. Takut ganggu lintang sama pacarnya."

"Pangapunten nggih, Mas Angga. Hati-hati"

Aku memang melihat mobil yang tak pernah terparkir di depan rumahnya, aku berpikir bahwa mobil itu adalah mobil barunya. Namun, apa yang kupikirkan itu salah. Tak kusangka dia lakukan hal yang sama dengan apa yang sudah kulakukan padanya. Dia mulai belajar tentang cinta dan menemukan kekasihnya disana. Aku juga tak percaya bahwa lelaki yang mendatangi rumahnya itu seumuran denganku, dia mengendarai mobil, hal itu tak mungkin dilakukan oleh anak 15 tahun sepertiku.

afair.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang