01

200K 11.5K 486
                                    

"Kinera, lu dipanggil Bu Siska tuh."

Alamak...
Salah apa aku? Perasaan kerjaanku beres semua, enggak ada yang belum selesai.

"Kenapa Mbak?"

Mbak Sisil, salah satu karyawan yang sering dipuja sebab memiliki paras yang rupawan itu pun hanya mengangkat bahunya tak acuh.

"Paling mau dipanggang sampai gosong, Kin. Lu ada buat dosa kali sama Bu Siska." Celetuk Rangga yang kuhadiahi dengan tatapan tidak setuju.

"Enggak ada ya. Gue mah karyawan paling berbakti disini."

"Daripada lu nerka-nerka, mending buruan ke tempat Bu Siska deh, sebelum dia ngamuk." Saran Joana yang setelah aku pikir ada benarnya.

Namaku Kinera Anastasya, mahasiswi semester akhir yang tinggal menunggu kelulusan dan juga seorang pekerja kantoran di salah satu perusahaan ternama di Indonesia.

Awalnya sih cuma magang karena tugas kuliah, lalu entah bagaimana perusahaan menawarkan kontrak kerja. Tentu saja dengan senang hati kesempatan langka seperti itu langsung aku terima.

Pekerjaanku saat ini di bagian marketing. Tugasku tidak terlalu rumit sebenarnya, hanya mengurus sosial media beberapa brand yang dikeluarkan perusahaan dan juga terkadang ikut andil dalam menyelenggarakan suatu event.

Aku mengetuk pelan pintu ruang kerjanya Bu Siska, "Masuk."

Suara Bu Siska yang cukup nyaring pun terdengar dan seketika jantungku langsung berdegup dengan kencang.

Aku enggak mungkin jatuh cinta sama Bu Siska kan?

Jangan ngaco, Kinera.

"Kata Mbak Sisil Ibu manggil saya. Kalau boleh tahu, ada apa ya Bu?"

"Kamu sudah saya pantau dari awal masuk kerja sampai sekarang."

Hamdalah. Kok bau-baunya pembicaraan ini akan berakhir enggak enak ya? Dipantau kenapa nih? Jangan-jangan mau dipecat?

"Performa kerja kamu cukup baik. Kamu juga sering membantu karyawan lain mengerjakan beberapa pekerjaan. Bahkan kata mereka kamu itu multitalenta."

Aku berusaha tersenyum mendengar ucapan Bu Siska. Mereka memuji aku pasti karena ada maunya saja. Multitalenta darimana, yang ada aku harus ngebantuin kerjaan mereka yang sebenarnya tidak berat, tetapi karena sering ditunda dan akhirnya waktu sudah dekat dengan deadline, baru deh nyari orang minta tolong karena pekerjaan menumpuk.

Salah satu manusia yang sering minta bantuanku itu ya Mbak Sisil, cewek cantik yang isi otaknya cuma barang branded dan makeup.

"Kamu bisa apa saja? Mungkin ada yang belum saya tahu." Tanya Bu Siska.

Mendengar pertanyaan seperti itu malah membuatku sedikit bingung. Aku harus promosiin diri nih ceritanya?

"Background pendidikan saya kan memang belajar komunikasi, Bu. Jadi saya sangat suka dengan namanya desain, belajar bahasa, dan juga mengatur suatu event. Saya lumayan fasih berbahasa Inggris dan Mandarin. Saya juga sedang belajar beberapa bahasa asing lainnya. Lalu kalau buat proposal, surat menyurat, dan semacamnya itu saya kan pernah menjabat sebagai sekretaris di suatu organisasi, maka dari itu saya belajar banyak dari sana."

Dalam sekali tarikan napas aku mengucapkan kalimat tadi. Kurang songong apa coba?

"Bagus. Sepertinya saya tidak salah pilih orang."

Loh, ada apa nih?

"Mulai besok kamu jadi sekretaris Pak Arvian. Sekretarisnya baru saja resign, jadi beliau lagi butuh orang. Kebetulan saya merekomendasikan kamu."

"Pak Arvian?"

Bu Siska mengerutkan keningnya mendengar penuturanku, "Iya. Kenapa?"

Astatang, ibaratnya yah kalau Bu Siska itu kandang macan, kalau Pak Arvian itu kandang setan. Eh, enggak ada korelasinya ya antara Macan dan Setan. Bodo amat deh, intinya jadi sekretaris Pak Arvian itu enggak enak sama sekali.

Sebenarnya kasihan setan sih disamain sama Pak Arvian.

Bu Siska juga kenapa bisa merekomendasikan aku untuk jadi sekretarisnya Pak Arvian. Akan tetapi, jika dipikir-pikir ini memang merupakan kesempatan yang cukup bagus sih. Gajinya pasti bisa lima kali lipat dari gajiku saat ini.

"Kok tiba-tiba saya naik jabatan ya Bu? Jauh pula dari ngurusin sosial media ke ngurusin setan." Gumamku yang sepertinya masih terdengar hingga ke telinga Bu Siska.

"Setan?"

"Maaf, saya salah ngomong Bu. Lagi enggak fokus. Maksud saya jadi sekretaris."

"Ini semua sudah berdasarkan pertimbangan saya dan Pak Arvian. Saya juga merekomendasikan kamu itu enggak asal nunjuk. Saya tahu kapasitas kamu."

Duh, sepertinya aku emang tidak bisa dipuji. Aku langsung melting mendengar Bu Siska ngomong kayak gitu.

Fyi, Bu Siska itu jarang banget muji orang, sekalinya muji dan diakui oleh Bu Siska, berarti kamu cukup kompeten.

"Mulai kapan ya Bu?"

"Besok."

"Masalah gaji pasti lebih besar, jam kerja juga fleksibel sesuai dengan jadwal Pak Arvian, kamu tinggal buat kesepakatan saja sama Pak Arvian. Ada pertanyaan, Kinera?"

Aku menggelengkan kepalaku, "Enggak ada, Bu."

"Ya sudah, kamu boleh kembali."

Siapa sih yang tidak mengenal seorang Arvian Devano Putra? Kinerjanya di dunia bisnis sudah tidak bisa dipandang sebelah mata, begitupula dengan namanya yang sering wara-wiri di televisi.

Arvian Devano Putra, CEO yang baru menginjak usia dua puluh delapan tahun dan sudah sukses menjadikan perusahaannya sebagai salah satu perusahaan besar di Indonesia. Sangat mengesankan.

Jelas saja apabila kehidupan pribadinya selalu dinantikan oleh banyak orang. Bayangkan saja, sudah mapan, berparas rupawan, dan juga muda. Siapa yang enggak tertarik dengan pria yang hampir mendekati kata sempurna seperti dia?

Hanya saja aku punya pengalaman buruk dengan Pak Arvian yang membuat semua kelebihan dia jadi minus di mata aku.

Percuma ganteng, kalau hobinya marah-marah. Percuma kaya, kalau orangnya galak. Sudah galak, pemarah, jutek, mulutnya kayak samyang.

Emang ya manusia diciptakan tidak mungkin sempurna, kayak Pak Arvian salah satunya. Punya kelakuan minus.

"Kamu anak marketing? Masalah kecil seperti ini saja kamu tidak bisa handle. Mungkin Bu Siska salah memperkerjakan orang. Nama kamu siapa?"

"Kinera, Pak."

"Oh. Lain kali kerja yang fokus, saya tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun."

Gila enggak sih, aku dimarahin di depan banyak orang, padahal yang tugasnya handle acara itu bukan aku, tapi Sisil. Tanpa mau tahu kebenarannya, dia marahin aku kayak gitu.

"Welcome to the hell, Kinera." Gumamku ketika memikirkan betapa tersiksanya aku nanti.

💜💜💜

Karena My Annoying Chef mau tamat. Jadi aku nulis cerita ini untuk selingan. Mohon dukungannya! Heheh. Oh ya untuk cerita Calon Mantan kayaknya gak bakal aku up disini dan juga sudah gak ada ide lagi untuk lanjut. Semoga suka dengan cerita baru kali ini🙏

My Weird Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang