Nikmat

5 0 0
                                    

Aku tak menikmati angin dalam riuh angin puyuh
Juga tak menikmati air dalam riak dan pusarnya
Aku tak menikmati api dalam kobarnya
Juga tak menikmati tanah dalam hetarannya

Aku hanya menikmati teh dan biskuit
Ditengah meja di ruang tamu itu
Aku hanya terdiam dan mengatakan
Teh dan biskuit ini mengapa mereka tak beranjak meski aku nikmati
Meski aku habiskan mereka berdua
Meski aku koyak mereka

Ah tahu ternyata mereka benda mati
Mereka bukannya tak punya kehendak
Tapi mereka mungkin sudah pasrah denganku

Andai yang didepanku adalah ayam yang masih gagah dengan kokoknya
Mungkin ia sudah pergi bebas
Keluar dari ruangan yang bernama tamu
Dan menghirup udara segar

Lantas bagaimana dengan manusia-manusia bodoh itu
Mereka berusaha dimanfaatkan.
Mereka tahu
Tapi mereka tak bergerak.

Ah sudahlah matahari sudah mulai terbenam
Semuanya tak peduli
Yang peduli hanyalah kau
Kau
Kau
Kau
Yang merasakannya

Di Suatu Daerah Tinggi, di BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang